Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Dampak Buruknya Kualitas Udara untuk Anak, Ini Upaya Penanganannya Moms
23 Agustus 2023 17:05 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Moms, beberapa waktu belakangan ini polusi udara di Jabodetabek kembali menjadi sorotan. Dari masyarakat hingga influencer ikut membagikan pengamatan dan pengalaman mereka melihat kondisi langit Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pada faktanya, polusi udara memang kembali memburuk dan masuk kategori “tidak sehat untuk semua orang" dengan rata-rata PM2.5 lebih dari ambang batas sehat yang ditetapkan pemerintah Indonesia yakni maksimal 50 µg/m³. Berdasarkan data yang dihimpun aqicn.org, terlihat bahwa kualitas udara DKI Jakarta semakin memburuk hingga 166.67 persen (naik hampir 3 kali lipat) sejak 1 Januari 2023.
Buruknya kondisi ini mengancam kesehatan semua orang, terutama anak. Karenanya, sebagai orang tua, kita perlu melakukan pengawasan terhadap kondisi si kecil, ya Moms.
Soal pernapasan anak dan polusi, European Environment Agency menjelaskan bahwa anak-anak punya frekuensi pernapasan lebih tinggi daripada orang dewasa. Anak-anak juga menghirup lebih banyak udara per kilogram berat badan.
Karena fisiknya yang lebih rendah, anak pun menghirup udara lebih dekat ke tanah, tempat beberapa polutan terutama dari knalpot lalu lintas dipancarkan dan menjadi terkonsentrasi. Dosis polusi yang mereka peroleh juga meningkat karena mereka bernapas lebih cepat dan seringkali lebih aktif secara fisik.
ADVERTISEMENT
Penyakit yang Mengintai Anak Akibat Polusi Udara
Polusi udara yang masuk ke saluran pernapasan anak bisa menimbulkan beberapa dampak buruk, lho.
Polusi udara dapat juga meningkatkan risiko penyakit, terutama pada anak dan remaja. Misalnya, peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, pneumonia, asma, rhinitis alergi, infeksi telinga (otitis media), eksim kulit, dan mata gatal (konjungtivitis).
Hingga saat ini, sudah ada satu rumah sakit di Jakarta mengatakan ada kenaikan kasus ISPA dari periode Maret–Juli 2022 dengan periode yang sama di 2023.
Meski belum ada penelitian spesifik yang membuktikan keterkaitan antara ISPA dan polusi udara, Anda perlu hati-hati, ya Moms. Sebab Kemenkes, melalui website P2PTM, mengatakan bahwa peningkatan polutan jadi faktor risiko pada kasus asma dan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK).
ADVERTISEMENT
Upaya Cegah Dampak Buruk Polusi Udara pada Anak
Moms, sudah tahu kan bahwa polusi udara bisa berdampak buruk pada kesehatan?
Soal polusi udara memang perlu penanganan yang mendasar dari pemerintah. Tapi, kita tidak bisa menunggu ya, Moms. Perlu ada tindak pencegahan untuk melindungi keluarga dari dampak buruk polusi udara.
Anda perlu mengimbau anak untuk menghindari berkegiatan di luar rumah dan di area yang punya paparan polusi tinggi, juga selalu memakai masker saat berkegiatan di luar ruangan. Jangan lupa pula untuk selalu sedia kotak P3K di rumah. Jika ingin berkonsultasi terkait keperluan obat yang tepat, Anda bisa melakukannya dengan dokter melalui aplikasi Halodoc, ya Moms.
Selain itu, Anda juga bisa mengajarkan anak salah satu langkah untuk menanggulangi dampak lebih lanjut dari masalah pernapasan akibat polusi, yaitu cuci hidung.
ADVERTISEMENT
Medical Manager Halodoc, dr. Anny Alfianti, MM., bilang, orang tua perlu mengajarkan langkah mandiri untuk mencuci hidung pada anak.
“Cuci hidung atau yang juga dikenal sebagai nasal irrigation, adalah upaya perawatan yang dapat dilakukan di rumah untuk membersihkan mukosa hidung serta melembabkan saluran sinus,” ujarnya.
Sinus ini biasanya terbuka sehingga seseorang bisa bernapas dengan mudah. Namun, jika sinus teriritasi atau meradang, lendir (ingus) dapat menyumbat rongga hidung.
Pencucian hidung dilakukan untuk mengeluarkan patogen, alergen, atau kotoran lainnya. Patogen bisa berupa kuman, seperti bakteri dan virus. Sedangkan alergi bisa berupa serbuk sari, jamur, kotoran, debu , dan bulu hewan.
Proses mencuci hidung dengan rutin bisa membantu melegakan hidung tersumbat atau berair, rasa gatal di hidung, atau kesulitan bernapas. Irigasi hidung juga biasa disarankan untuk orang yang mengalami infeksi sinus, pilek, bahkan pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Selain menggunakan semprot hidung atau nasal spray, cuci hidung dapat juga dilakukan dengan larutan fisiologis seperti larutan Natrium Klorida (NaCl) 0.9 persen. NaCl ini dapat juga digunakan sebagai cairan pembersih luka, campuran untuk nebulizer maupun sebagai cairan irigasi hidung.
Tidak disarankan menggunakan air keran, ya Moms. Sebab cairan yang digunakan harus dipastikan steril. Tapi, ada beberapa catatan tambahan. Cuci hidung sebaiknya dilakukan dengan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu dan tidak dilakukan jika:
Untuk durasi pencucian hidung—baik untuk anak dan orang dewasa—sebaiknya dilakukan sesuai dengan rekomendasi dokter terutama apabila punya kondisi kesehatan tertentu.
Untuk memudahkan, Anda juga bisa lakukan konsultasi melalui aplikasi Halodoc yang bisa diakses di setiap tempat dan di setiap waktu.
ADVERTISEMENT
Di Halodoc, ada lebih dari 20.000 dokter tepercaya dan berlisensi di seluruh Indonesia dengan berbagai keahlian, di antaranya dokter umum, dokter spesialis anak, dokter spesialis THT, hingga dokter spesialis paru-paru. Pengguna Halodoc bisa menggunakan fitur seperti chat, voice message, atau bahkan video call.
Masih banyak layanan lainnya yang bisa diakses dengan mudah dari aplikasi Halodoc. Jadi, langsung download di ponsel Anda, ya Moms. Selalu perhatikan kesehatan anak dan keluarga Anda bersama Halodoc!
Advertorial ini dibuat oleh kumparan Studio.