Dampak Herpes Genital pada Ibu Hamil, Apakah Bisa Berbahaya Bagi Janin?

4 Januari 2024 16:52 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dampak Herpes Genital pada Ibu Hamil, Apakah Bisa Berbahaya Bagi Janin?  Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Dampak Herpes Genital pada Ibu Hamil, Apakah Bisa Berbahaya Bagi Janin? Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Penyakit herpes genital bisa saja dialami ibu hamil selama masa kehamilannya. Penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simplex (HSV) ini bisa membuat penderitanya tidak nyaman. Dan dalam kondisi kehamilan, HSV mungkin bisa menular kepada bayi setelah dilahirkan.
ADVERTISEMENT
Herpes genital muncul dengan gejala bentol-bentol yang berisi cairan pada area kelamin, anus, hingga mulut. Wanita cenderung lebih rentan mengalami kondisi tersebut.
Meski begitu, kebanyakan penderita herpes genital tetap bisa melahirkan bayi yang sehat dan ibu tidak menularkan virusnya. Kondisi ini bisa terjadi apabila Anda melakukan tindakan pencegahan agar tidak sampai terinfeksi HSV.
Yuk Moms, pahami lebih dalam seputar herpes genital dan dampak yang bisa terjadi selama kehamilan.

Apa Itu Herpes Genital?

Dikutip dari Healthline, herpes genital dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan, darah, atau air liur orang yang terinfeksi. Herpes genital juga bisa ditularkan melalui hubungan seks termasuk seks oral. Itulah sebabnya, herpes genital dianggap sebagai infeksi menular seksual (IMS).
ADVERTISEMENT
Siapa pun bisa tertular infeksi herpes tanpa menyadarinya. Sebab, virus ini bisa tidak menunjukkan gejala. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan dua pertiga orang menderita infeksi herpes tanpa menunjukkan gejala.
Terdapat dua jenis virus herpes simpleks yang menyebabkan seseorang mengalami herpes genital, yaitu:
ADVERTISEMENT
Virus herpes bisa ditularkan kepada bayi selama persalinan pervaginam, jika bayi terkena lepuh atau luka herpes genital tersebut. Diperkirakan 22 persen ibu hamil di Amerika Serikat mengidap HSV-2, dan dua persen di antaranya menularkan infeksi tersebut kepada bayinya.
Sekalipun Anda sudah sembuh, virus tersebut tetap bisa ada di tubuh. Luka herpes tersebut kemungkinan besar dapat muncul lagi dalam beberapa bulan atau tahun setelah pertama tertular virus tersebut.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tubuh Anda akan semakin mengembangkan lebih banyak perlindungan antibodi terhadap virus. Antibodi ini akan membuat virus di dalam tubuh menjadi kurang aktif dibandingkan ketika Anda mengalami herpes sebelumnya.

Apa Saja Gejala Herpes Genital saat Hamil?

Gejala herpes genital saat hamil mirip dengan gejala saat kondisi Anda sedang tidak hamil, yakni:
ADVERTISEMENT
Jika Anda terkena infeksi herpes untuk pertama kalinya saat hamil, gejalanya mungkin akan lebih parah dibandingkan yang sedang tidak hamil.
Bila ibu hamil terdeteksi mengalami herpes genital, dokter akan memberikan obat-obatan antivirus oral untuk mengurangi kemungkinan virusnya masih ada pada saat persalinan. Namun, obat-obatan tersebut sebenarnya tidak menyembuhkan total herpes genital yang dialami, melainkan hanya mempercepat penyembuhan dan menekan risiko saat Anda hendak melahirkan.
Lalu saat persalinan dimulai, dokter akan memeriksa terlebih dahulu apakah ada lesi herpes genital, yakni luka atau lecet di sekitar area kelamin. Jika tidak menunjukkan gejalanya masih ada, maka persalinan pervaginam pun bisa dilaksanakan. Namun, jika masih ada lesi herpes genital jelang persalinan, kemungkinan besar dokter akan merekomendasikan untuk operasi caesar, sebagai pencegahan penularan virus herpes ke bayi selama persalinan.
ADVERTISEMENT

Mungkinkah Herpes Menular ke Bayi Selama Kehamilan atau Persalinan?

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, kemungkinan itu ada, Moms. Ketika bayi dinyatakan tertular herpes, maka kondisi tersebut bisa disebut juga sebagai herpes neonatal, yang terjadi ketika si kecil dilahirkan melalui persalinan pervaginam.
Sebenarnya, herpes neonatal jarang terjadi. Namun, jika sampai menginfeksi bayi, dikhawatirkan dapat menimbulkan komplikasi serius seperti cedera permanen pada sistem saraf bayi, gangguan tumbuh kembang, atau bahkan kematian.
Risiko paling besar bagi bayi tertular HSV ketika Anda berada pada trimester ketiga kehamilan. Hal ini disebabkan tingkat HSV di dalam sistem tubuh Anda akan berada pada titik tertentu. Sehingga, Anda hanya akan punya lebih sedikit antibodi pelindung untuk diteruskan kepada bayi sebelum persalinan.
ADVERTISEMENT
Dan jika Anda baru tertular infeksi herpes genital pada trimester ketiga, maka risiko menularkan virus ke bayi cukup besar, yakni 30 hingga 50 persen.