Daun Katuk sebagai Booster ASI, Mitos atau Fakta?

14 September 2020 16:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi asi. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi asi. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Daun katuk kerap dipercaya sebagai booster ASI. Ya, banyak ibu menyusui percaya sayuran yang satu ini bisa membuat ASI menjadi deras. Itulah kenapa ibu baru umumnya disarankan mengonsumsi daun katuk agar produksi ASI-nya lancar. Daun katuk pun dikonsumsi dalam berbagai bentuk. Mulai dari dimasak menjadi sayur bening, jadi jamu hingga yang sudah diolah menjadi kapsul atau tablet.
ADVERTISEMENT
Di samping berbagai kepercayaan orang terhadap khasiat daun katuk, rupanya tak sedikit pula ada beberapa ibu yang masih mempertanyakan hal tersebut. Umumnya, ketidakpercayaan ini karena mereka tak merasakan ada pengaruh apa pun alias produksi ASI tak meningkat setelah mengonsumsi daun katuk.
Jadi anggapan daun katuk sebagai booster ASI, mitos atau fakta, ya?
Ilustrasi ASI Perah Foto: Unsplash

Daun Katuk Bisa Jadi Booster ASI Asal Dosisnya Tepat

dr. Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, Dokter Spesialis Anak sekaligus Konsultan Menyusui menjelaskan bahwa memang ada beberapa zat herbal yang bisa meningkatkan produksi ASI. Misalnya saja daun katuk, daun bangun-bangun, daun moringa, daun kelor, dan fenugreek.
Ya Moms, beberapa jenis tumbuhan yang disebutkan itu dikenal sebagai galaktogog (galactogogue) yang bermanfaat untuk melancarkan ASI. Namun, menurut dokter yang akrab disapa dr. Wi ini, beberapa jenis tanaman tersebut dapat bekerja sebagai booster ASI jika dikonsumsi sesuai dosis atau takaran.
ADVERTISEMENT
"Hanya dosisnya itu tertentu dia, dia akan bekerja kalau dosisnya sekian. Yang biasa dikonsumsi ibu-ibu terkadang kan enggak sebanyak itu. Enggak sampai ke dosis galaktogok," kata dr. Wiyarni ketika dihubungi kumparanMOM pada Kamis (10/9).

Penelitian tentang Daun Katuk sebagai Galaktogok

Terkait benar atau tidaknya daun katuk dapat dijadikan booster ASI, ternyata hal ini sudah ada penelitiannya, Moms. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2004 melakukan penelitian tentang khasiat daun katuk ini. Dalam penelitian tersebut dijelaskan, ekstrak daun katuk yang dikonsumsi selama 15 hari dengan dosis 3 x 300 gram per hari (dalam bentuk tablet), dapat meningkatkan produksi ASI dibandingkan dengan ibu menyusui yang tak mengonsumsi daunkatuk.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana jika ibu menyusui tak konsumsi sesuai dosis?
Dokter yang berpraktik di BJ Medical Center ini pun menuturkan bahwa hal ini tak masalah. Karena kembali lagi, bila ibu menikmati makanan atau minuman apa pun yang disukainya, seperti daun katuk, kemungkinan besar hal ini secara tidak sadar akan terafirmasi ke diri sendiri bahwa ASI akan lancar. Namun sebaliknya, jika ibu tak suka mengonsumsi daun katuk, bisa jadi stres atau bahkan menurun produksi ASI-nya
"Makanya kita bilang ya kalau konsumsinya seperti itu ya mungkin sebetulnya bukan efek galaktogoknya, tapi efek plasebonya karena ibunya senang sudah dapat, usaha, minum teh, kapsul misalnya. Jadi lebih tenang dan rileks," ujarnya.
Daun katuk bisa membuat ASI perah Anda melimpah Foto: Shutterstock

Kandungan Daun Katuk

Perlu diketahui juga Moms, daun katuk mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin C, zat besi, kalsium, dan lainnya yang baik untuk kesehatan ibu menyusui. Yang tak kalah penting adalah kandungan galaktogok (galactogogue) --zat yang dianggap dapat meningkatkan produksi ASI.
ADVERTISEMENT
Selain itu, daun katuk juga bisa meningkatkan hormon oksitosin Anda. Sehingga, diharapkan bagi ibu menyusui yang mengonsumsi daun katuk dapat selalu merasa bahagia dan nyaman agar ASI lancar. Namun perlu diingat, bahwa mengonsumsi daun katuk tetap harus diseimbangkan dengan pemberian ASI kepada bayi sesering mungkin agar produksi ASI juga bekerja secara maksimal. Apalagi, isapan bayi merupakan salah satu hal yang dapat memicu produksi ASI.
"Secara medis yang disarankan itu tetap mengoptimalkan pengosongan payudara dengan lebih sering menyusui, skin to skin, pijat laktasi, relaksasi, dan belajar teknik pelekatan atau menyusui dengan benar supaya tak terjadi nyeri puting. Karena nyeri puting bisa juga mempengaruhi pengosongan payudara," tutupnya.