Demi Pekerjaan, Ribuan Wanita India Dipaksa Operasi Angkat Rahim

14 Juli 2019 12:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keluarga korban karena berdesakan di kereta India Foto: Reuters/Danish Siddiqui
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga korban karena berdesakan di kereta India Foto: Reuters/Danish Siddiqui
ADVERTISEMENT
Masalah kesehatan reproduksi dan kurangnya perlindungan bagi pekerja wanita tengah menjadi isu yang hangat diperbincangkan di India. Pasalnya, banyak pekerja wanita di sana, dipaksa melakukan operasi pengangkatan rahim agar tidak lagi mengalami menstruasi yang dianggap bisa mengganggu pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Meski menstruasi merupakan siklus alamiah yang wajar bagi wanita dewasa, rupanya sebagian masyarakat di India masih menganggap bahwa saat menstruasi, wanita dalam kondisi tidak suci. Karena dianggap tidak suci, selama menstruasi mereka dikucilkan dari masyarakat atau bahkan diisolasi termasuk dari keluarganya sendiri.
Hal itu kini diperparah dengan stigma buruk bahwa menstruasi bisa mengganggu pekerjaan yang dilakukan para pekerja wanita di sana.
BBC News melaporkan ada ribuan wanita muda India telah melakukan operasi pengangkatan rahim dalam tiga tahun terakhir. Sebagian besar alasannya terbukti karena pekerjaan.
Ilustrasi perempuan di India. Foto: Shutterstock
Setiap tahunnya puluhan ribu keluarga dari distrik Beed, Osmanabad, Sangli, dan Solapur, dikabarkan bermigrasi ke wilayah barat India yang dikenal dengan julukan 'sabuk gula'. Ketika sampai di sana, warga miskin yang sebagian besar berpendidikan rendah ini dikuasai oleh kontraktor serakah yang siap mengeksploitasi mereka.
ADVERTISEMENT
Para kontraktor itu enggan mempekerjakan wanita, karena memotong tebu adalah pekerjaan berat. Selain itu, wanita juga dianggap merugikan karena kehilangan produktivitasnya sebanyak satu atau dua hari saat menstruasi. Parahnya lagi, jika para pekerja wanita ini tidak masuk sehari saja, mereka tetap harus membayar penalti.
Keadaan semakin menyedihkan, karena upah yang mereka terima sangatlah kecil. Hal itu membuat hidup para pekerja jauh dari kata ideal. Tak ada toilet, tempat tidur yang layak pun mereka tak punya.
Para pekerja wanita di sana akhirnya harus membuat keputusan yang sulit, yaitu menjalani operasi pengangkatan rahim agar bisa bekerja di pabrik gula.
Nahasnya lagi, keputusan mereka itu didukung oleh dokter setempat. Karena sebagian besar wanita di sana telah menikah muda dan memiliki dua hingga tiga anak saat berusia 20-an, dokter tidak memberi tahu tentang masalah yang akan mereka hadapi jika mereka menjalani operasi pengangkatan rahim atau histerektomi. Mereka pun percaya kalau tidak ada risiko kesehatan saat rahimnya diangkat.
Ilustrasi seorang anak India dan ibunya Foto: Shutterstock
Padahal setelah menjalani operasi pengangkatan rahim, BBC melaporkan, banyak wanita yang mengeluh kesehatannya memburuk. Mereka mengaku kerap merasakan pusing, sakit yang terus-menerus di punggung, leher dan lututnya. Ketika bangun di pagi hari, mereka mengatakan tangan, wajah, dan kakinya sering kali bengkak.
ADVERTISEMENT
Jika belum menjalani operasi pengangkatan rahim, para pekerja di sana mengaku mereka diharuskan minum obat tanpa label saat menstruasi.
Thomson Reuters Foundation kemudian melakukan wawancara dengan sekitar 100 wanita yang mengaku telah mengkonsumsi obat-obatan tersebut. Mayoritas wanita itu mengatakan mereka mengalami sejumlah masalah kesehatan, seperti kecemasan hingga infeksi saluran kemih.
Para wanita itu tidak diberi tahu nama obat-obatan tersebut, juga tidak diberi peringatan mengenai kemungkinan efek samping dari konsumsi obat tersebut, sehingga bersedia meminumnya. Komisi Nasional untuk Perempuan di India menggambarkan kondisi para wanita di Maharashtra menyedihkan dan meminta pemerintah negara bagian untuk mengatasi permasalahan ini dan mencegah agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.
Ya Moms, semoga para pekerja wanita di sana segera mendapat keadilan dan penghidupan yang layak.
ADVERTISEMENT