Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Di kumparanMOM Playdate, Orang Tua Belajar Bantu Anak Kelola Emosinya
27 Agustus 2023 14:21 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sejak pagi hari, para peserta ibu dan anak bisa menikmati berbagai hiburan yang tersedia, mulai dari mini playground, meniup gelembung, hingga aktivitas sensori dengan menempel pompom jadi bentuk kupu-kupu dan balon udara.
Selain bermain bersama, acara kumparanMOM Playdate juga menghadirkan Psikolog Pendidikan dari Rumah Dandelion, Binky Paramitha. I, M.Psi., Psikolog. Dalam kesempatan itu, Binky berbagi ilmu parenting tentang cara mengajari anak untuk mengelola emosinya. Bagaimana caranya?
Cara Bantu Anak Mengelola Emosinya Sejak Dini Menurut Psikolog
Menurut Binky, anak-anak sejak mereka dilahirkan sudah bisa mengekspresikan emosinya dan merasakan emosi dari lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, mengajari anak untuk mengelola emosinya perlu dilakukan sedini mungkin agar tumbuh kembangnya berjalan optimal.
ADVERTISEMENT
Sebab, Binky menjelaskan, kemampuan mengelola emosi bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Melainkan harus dilatih secara terus-menerus.
“Sedini mungkin bisa kok ngasih tahu, dari bayi bisa. Misalnya anak nangis popoknya basah, kita datengin, 'Aduh adik nggak enak ya popoknya basah nggak nyaman ya?'. Jadi, kasih tahu dulu itu namanya perasaan apa yang lagi dia rasain,” jelas Binky.
Orang tua juga bisa mengajari si kecl agar memberi tahu saat ia sedang merasa kesal, marah, cemburu, atau bosan. Meski belum bisa memberi respons, ini akan membuat si kecil memahami emosi apa yang sedang dialaminya. Jika anak sudah bisa diajak berkomunikasi, tawarkan bantuan misalnya pelukan atau ajari menarik napas agar ia merasa lebih rileks.
ADVERTISEMENT
Sangat wajar bagi anak-anak untuk meluapkan emosinya dengan berbagai perilaku, karena mereka belum mengerti bagaimana cara menghadapi perasaan tersebut. Makanya, penting bagi orang tua untuk menerima dulu perasaan anak baru kemudian memberikan batasan-batasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika ia merasa tidak nyaman.
“Semua emosi itu valid dan boleh diterima tapi perilakunya yang belum tentu bisa diterima. Jadi, kita perlu memberi tahu dan mengajari batasan-batasan anak saat mengekspresikan emosinya,” kata Binky.
Misalnya dengan bilang –"Kakak boleh marah, sedih, atau kecewa, tapi tidak boleh melempar barang, ya. Lain kali, bilang aja ke ibu apa yang sedang kamu rasakan lalu kita selesaikan bersama, ya."
Apa Dampaknya Jika Anak Tidak Bisa Mengelola Emosi?
Menurut Binky, anak yang tidak diajari mengelola emosinya sejak dini akan mengalami banyak hambatan pada proses tumbuh kembangnya, terutama pada proses belajar. Misalnya, muncul penolakan untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya hingga adanya konflik dengan teman-temannya.
ADVERTISEMENT
“Akhirnya jadi ada masalah perilaku yang muncul, biasanya di SD yang tingkatnya lebih tinggi kelas 3, 4, 5,” lanjut Binky.
Selain itu, anak-anak yang tidak bisa mengelola emosinya biasanya juga karena orang tua tidak memberikan respons yang tepat saat buah hatinya merasa tidak nyaman. Ini terjadi ketika orang tua mungkin sedang dalam kondisi buruk, sehingga tidak bisa memvalidasi emosi si kecil dengan baik.
Sementara, kunci dari keberhasilan anak untuk mengelola emosinya adalah sikap orang tua yang tenang saat menghadapinya.
“Ketika anak marah kita perlu kontrol diri kitanya dulu. Jadi memang respons orang tua saat menanggapi emosi anak itu sangat penting,” pungkas Binky.