Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis Anak, Apa Bedanya?
16 Februari 2019 17:01 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sama halnya dokter umum yang memiliki dokter spesialis anak, ternyata dokter gigi pun punya spesialis yang khusus menangani anak-anak.
Sesuai dengan namanya, spesialis kedokteran gigi anak khusus menangangi pasien yang masih anak-anak, yaitu sejak ia tumbuh gigi pertama, yaitu antara usia empat hingga lima bulan.
Mereka tidak hanya memeriksa kesehatan gigi anak, Moms, namun juga turut memperhatikan tumbuh kembang anak, baik dari pertumbuhan otot, rahang, hingga tengkoraknya.
“Benar-benar keseluruhan. Jadi sendi rahangnya, perkembangan giginya sesuai enggak,” kata drg. Annisa Rizki Amalia saat ditemui oleh kumparanMOM, Jumat (15/2). "Termasuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, di antaranya autisme, down syndrome, cerebral palsy yang nggak bisa ditangani dokter gigi biasa, maka ditangani oleh dokter gigi anak," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Nah, dokter spesialis kedokteran gigi anak juga dapat menerima rujukan dari dokter spesialis anak (Sp.A). Misalnya saat dilakukan pemeriksaan dan ditemukan masalah pada gigi dan mulut anak, maka dokter anak tersebut dapat merujuk pasien untuk diperiksakan ke dokter gigi spesialis anak.
“Dokter anak itu (fungsinya bisa sebagai) deteksi. Karena mereka yang (lebih) sering ketemu dengan anak pas vaksin, pas kunjungan rutin per enam bulan. Nanti dokter anak itu (melakukan) rujuk ke dokter gigi. Karena, kesadaran orang tua untuk memeriksakan gigi anak secara rutin masih kurang, jadi kita sering menerima pasien rujukan,” jelasnya.
Hal lain yang dimiliki dokter gigi anak -yang mungkin tak ada pada dokter gigi biasa- adalah kemampuannya dalam menangani pasien anak-anak, terutama bila mereka begitu takut sehingga tidak kooperatif sesampainya di ruang praktik dokter gigi.
ADVERTISEMENT
Ini karena pendekatan pada pasien anak tentu berbeda dengan pasien dewasa. Di ruangan praktiknya, drg. Annisa yang akrab disapai Icha ini juga telah menyiapkan sekotak hadiah-hadiah lucu untuk pasiennya tersebut.
“Nanti kalau sudah selesai (diperiksa) maka dikasih hadiah,”
Ini merupakan cara Icha dalam menumbuhkan rasa dan perilaku positif anak terhadap dokter gigi. Sebab, perihal perawatan gigi, mesti dilakukan sejak dini hingga dewasa.
Bolehkah anak ke dokter gigi umum?
Menurut Icha, sebenarnya tak ada masalah bila anak dibawa ke dokter gigi umum. Alasannya karena tidak semua poli gigi di tiap daerah memiliki dokter gigi anak.
Pastikan saja, Anda memilih dokter gigi yang biasa menangani anak. Untuk itu, penting melakukan survei kecil-kecilan misalnya dengan bertanya kepada teman yang sudah pernah membawa anak ke sana dan punya pengalaman positif. Pasalnya, Moms, bila anak mengalami pengalaman yang kurang mengenakan, itu bisa membuatnya malas dan enggan ke dokter gigi sampai ia dewasa nanti.
ADVERTISEMENT
Namun, lain halnya bila anak memiliki kondisi khusus, Icha menyarankan sebaiknya dibawa ke dokter gigi spesialis anak.
“Jikalau ada perawatan kompleks, misalnya anaknya autisme atau hiperaktif biasanya dokter gigi umum merujuk. Atau misalnya perawatannya sampai kena saraf, anaknya sampai bengkak wajahnya itu maka di rujuk ke dokter gigi anak,” tutupnya.