Dokter Ingatkan Bahaya Berikan SKM sebagai Susu Anak

9 September 2023 13:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi susu kental manis.  Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi susu kental manis. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi baru lahir hingga usia enam bulan. Setelahnya pun, para ahli dan WHO merekomendasikan agar pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun bersamaan dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI).
ADVERTISEMENT
Namun, ada ibu yang mungkin mengalami hambatan dan tantangan saat harus menyusui anaknya. Oleh karenanya, ibu boleh memberikan susu formula jika tidak memungkinkan pemberian ASI pada kondisi tertentu. Tapi perlu dipahami, susu formula sangat berbeda dengan susu kental manis ya, Moms!
Susu kental manis mengandung gula yang sangat tinggi sehingga tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi sehari-hari. Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis anak dan konselor laktasi, dr. Aisya Fikritama, Sp.A.
“Susu kental manis itu dibuat dengan menghilangkan sebagian besar dari susu sapi melalui proses penguapan sehingga menjadi mengental. Nah, setelah itu susunya itu akan diberikan tambahan gula yang sangat banyak sehingga rasanya menjadi manis dan tahan lama. Biasanya susu kental manis itu mengandung gula 5 kali lipat lebih banyak daripada susu biasa,” ujar dr. Aisya saat dihubungi kumparanMOM pada Jumat (8/9).
Ilustrasi susu kental manis. Foto: Shutter Stock

Bahaya Berikan SKM Sebagai Susu Pengganti Anak

dr. Aisya menjelaskan bahwa kental manis sebenarnya tidak bisa dikategorikan sebagai susu karena hanya mengandung vitamin dan mineral yang sangat kecil dan tidak memberikan manfaat bagi kesehatan anak. Sehingga, sangat tidak disarankan bagi orang tua untuk memberikan SKM sebagai minuman sehari-hari si kecil.
ADVERTISEMENT
“Jadi tidak dianjurkan untuk diberikan ke anak, khususnya anak usia 1-3 tahun apalagi tujuannya untuk menggantikan ASI atau susu formula. Jadi kalau misalnya belum genap 2 tahun tidak dianjurkan untuk mendapatkan tambahan gula sama sekali ya termasuk susu kental manis,” kata dr. Aisya.
Lantas, apa dampaknya jika anak terlalu sering mengonsumsi SKM?
Gigi berlubang
Mengonsumsi banyak makanan dan minuman manis akan menyebabkan gigi berlubang pada anak, terutama jika orang tua tidak mengajarkan untuk menjaga kebersihan giginya. Misalnya si anak jarang gosok gigi, maka ini akan meningkatkan risiko kerusakannya, Moms.
Masalah kesehatan yang mengintai bayi gemuk Foto: Shutterstock
Obesitas
Minuman tinggi gula termasuk susu kental manis akan membuat anak lebih banyak mengonsumsi kalori daripada yang dibutuhkan. Sebab, gula sangat cepat diproses oleh tubuh sehingga membuat anak lebih mudah lapar.
ADVERTISEMENT
“Orang yang makan makanan manis itu lebih cepat lapar dan anak-anak akan lebih makan dengan pilihan yang kebanyakan tinggi gula dan kalori, sehingga ini akan menjadi pola makan terbentuk seperti jalan tol menuju obesitas,” lanjut dr. Aisya.
Resistensi insulin
Ini merupakan kondisi saat sel-sel tubuh tidak bisa menggunakan gula darah dengan baik. Jadi gula darah akan terus disimpan di dalam aliran darah yang berisiko menimbulkan penyakit seperti diabetes tipe 2, kolesterol tinggi, perlemakan hati, hingga kecacatan koroner. Bahkan pada anak perempuan, konsumsi gula berlebih sejak dini bisa berdampak jangka panjang yaitu mengganggu siklus menstruasinya di masa depan.
Ilustrasi susu kental manis untuk menu sarapan keluarga. Foto: Shutterstock

Penggunaan SKM yang Tepat untuk Anak

Menurut dr. Aisya, meski memiliki label ‘susu’ SKM tidak termasuk ke dalam jenis susu. Bahkan, BPOM juga tidak menyarankan penggunaan SKM sebagai pengganti susu anak-anak, tetapi hanya sebagai campuran di dalam makanan.
ADVERTISEMENT
“Jadi tidak bisa dikatakan sebagai susu, tapi boleh digunakan untuk topping atau ya misalnya bikin roti tawar, kasih susu kental manis boleh lah, ya. Dikombinasikan sebagai menu sarapan untuk menambah cita rasa dan nafsu makan. Tapi tidak untuk diminum sehari-hari,” pungkas dr. Aisya.