Dokter: Obesitas yang Dialami Sejak Balita, 70% Terjadi Sampai Tua

8 Maret 2023 8:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak obesitas Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak obesitas Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Meski WHO telah menetapkan epidemi obesitas sejak beberapa tahun lalu, namun secara global angka kasus tersebut tak juga menurun. Bahkan kini tak hanya orang dewasa, anak-anak bahkan balita juga banyak yang mengalami obesitas.
ADVERTISEMENT
Padahal menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, dr Muhammad Faizi, Sp.A(K), anak yang obesitas sejak balita, umumnya akan terus mengalaminya hingga tua.
"Menurut penelitian, anak yang gemuk (obesitas) sejak sebelum TK, 70 persen akan diturunkan sampai tua," kata dr Faizi dalam media briefing bersama IDAI secara daring, Selasa (7/3).
Sebab, menurut dr Faizi, jika anak mengalami obesitas, jumlah sel lemaknya akan bertambah. Sedangkan jika obesitas terjadi saat sudah dewasa, sel lemaknya hanya membesar, tidak bertambah. Oleh karena itu meski saat remaja berat badannya sudah normal, biasanya akan kembali lagi mengalami obesitas saat dewasa atau tua.
"Kalau (obesitas) pada anak, mudah sekali naik lagi berat badannya. Obesitas di waktu kecil akan mudah sekali terjadi lagi waktu besar," ujar dokter yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Kesehatan FK Unair ini.
Ilustrasi anak obesitas. Foto: Shutterstock
Selain dari segi klinis, obesitas juga biasanya terjadi karena pola hidup yang tidak sehat. Biasanya, menurut dr Faizi, anak terlalu banyak mengkonsumsi makanan-minuman yang mengandung gula dan karbohidrat tinggi dalam jangka waktu lama tanpa mencukupi aktivitas fisiknya.
ADVERTISEMENT
"Lingkungan juga berpengaruh. Misalnya bangunan di sekitar tempat tinggal ramah pejalan kaki atau tidak. Jadi modifikasi lingkungan juga penting," ujar dr Faizi.

Pentingnya Ubah Mindset

Menurut dr Faizi, salah satu yang menyebabkan penanganan kasus obesitas tak kunjung berhasil adalah soal sudut pandang. Sebab banyak yang masih berpandangan bahwa anak yang gemuk adalah sehat dan menggemaskan. Padahal pandangan tersebut salah kaprah dan perlu diluruskan.
"Kakek nenek biasanya bilang 'anakmu kok kurus sekali?' Itu juga salah satu faktor ketidakberhasilan (penanganan obesitas). Jadi semua harus menyadari bahwa gemuk itu tidak sehat," tegasnya.

Cegah Obesitas dengan Protein Hewani

Untuk mencegah obesitas, Ketua IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) meminta orang tua untuk memperbaiki pola makan anak, pola gerak, hingga pola tidur. Hindari makan makanan yang mengandung indeks glikemik tinggi. Indeks glikemik merupakan indikator seberapa cepat makanan berkarbohidrat mempengaruhi kenaikan gula darah dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Makanan dengan indeks glikemik tinggi contohnya junkfood dan makanan ultra proses atau yang mengalami proses pabrikasi. Sebaliknya, makanan dengan indeks glikemik rendah adalah yang tidak melalui proses pabrikasi, salah satunya makanan yang mengandung protein hewani.
"Protein hewani ini unik, bisa sekaligus anti-stunting dan cegah obesitas," kata dr Piprim.