Faktor Risiko Tenggelam Pada Anak yang Perlu Orang Tua Tahu

2 Juni 2022 12:31 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tenggelam. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tenggelam. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa pekan terakhir, banyak terdengar kabar anak-anak kecil yang tewas tenggelam di sungai maupun kolam renang. Pada bulan Mei 2022 saja, setidaknya ada belasan kasus yang dilaporkan terjadi di Indonesia. Usia korban pun beragam, dari balita berumur belasan bulan hingga 12 tahun.
ADVERTISEMENT
Kabar ini sungguh menyedihkan ya, Moms. Memang tidak dipungkiri, anak-anak sangat senang bermain di air. Namun, banyak kejadian tenggelam ini dikarenakan orang tua lalai dalam mengawasi, dan anak belum dibekali kemampuan berenang.
Data The Global report on drowning (2014) menunjukkan usia adalah salah satu faktor risiko utama kasus tenggelam. Dikutip dari laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), secara global tingkat tenggelam tertinggi terjadi pada anak-anak berusia 1-4 tahun, diikuti oleh kelompok anak 5-19 tahun.
Masih dari data yang sama, tenggelam adalah salah satu dari 5 penyebab kematian utama bagi kelompok usia 1-14 tahun di 48 dari 85 negara yang diteliti. Di Australia, misalnya, tenggelam menjadi penyebab utama kematian akibat cedera tidak disengaja pada anak berusia 1-3 tahun. Di Bangladesh, 43 persen kasus kematian anak berusia 10-14 tahun karena tenggelam di air. Begitu juga di China, tenggelam jadi penyebab kematian terbesar pada anak-anak 1-14 tahun.
Ilustrasi Anak Bermain Air di Sungai. Foto: Shutterstock
Lantas, apa saja faktor-faktor yang membuat risiko tenggelam lebih mungkin terjadi pada anak-anak?
ADVERTISEMENT

Faktor Risiko Tenggelam di Air pada Anak

1. Tidak Bisa Berenang
Mengutip Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa yang pernah selamat dari tenggelam mengakui tidak bisa berenang. Maka dari itu, orang tua setidaknya perlu memberikan pelajaran renang untuk mengurangi risiko tenggelam sejak kecil.
2. Tidak Ada Pembatas di Pinggir Kolam atau Sungai
Adanya pembatas di pinggir kolam maupun sungai bisa efektif mencegah anak kecil masuk ke dalam air tanpa sepengetahuan orang tua atau pengasuhnya. Ketika berenang di kolam renang umum, lebih baik tempatkan si kecil pada kolam khusus anak yang tidak terlalu dalam.
3. Kurang Pengawasan dari Orang Tua
Tenggelam dapat terjadi dengan cepat dan diam-diam di mana pun selama ada air. Risiko tenggelam akan semakin tinggi pada anak-anak tanpa pengawasan, baik itu ketika berada di dekat kolam renang, pantai, hingga bak mandi sekali pun.
Ilustrasi Anak Bermain Air di Sungai. Foto: Shutterstock
4. Akses ke Lokasi
ADVERTISEMENT
Berbeda lokasi air bisa berbeda-beda juga kasus tenggelam yang dialami anak-anak. Ya Moms, terutama anak-anak yang tinggal di dekat sumber air terbuka, seperti parit, kolam, saluran irigasi dan sejenisnya, bisa semakin meningkatkan risiko tersebut.
Sementara data CDC menunjukkan, pada kelompok bayi di bawah satu tahun, dua pertiga semua kasus tenggelam terjadi di bak mandi. Untuk anak berusia 1-4 tahun paling banyak terjadi di kolam renang. Sedangkan kasus tenggelam di perairan terbuka seperti sungai, pantai, maupun danau, lebih banyak terjadi pada orang berusia 15 tahun ke atas.
5. Tidak Pakai Pelampung
Bagi anak-anak yang belum bisa berenang, akan sangat penting menggunakan pelampung saat berada di air. Ada berbagai jenis pelampung anak yang bisa dipilih sesuai usia si kecil dan tujuan bermain di airnya, ya.
ADVERTISEMENT
Selain penjelasan di atas, ada beberapa faktor risiko lain yang bisa meningkatkan risiko tenggelam pada anak. Menurut WHO, faktor-faktor yang dimaksud adalah status sosial ekonomi yang lebih rendah, etnis minoritas, kurangnya pendidikan tinggi, korban bencana alam, hingga kondisi medis tertentu seperti gangguan jantung, epilepsi, hingga autisme.