Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Fenomena Ibu Buang Bayi, Apa Faktor di Balik Tindakannya Itu?
23 Januari 2024 12:58 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, aktris Nana Mirdad beberapa waktu lalu juga menjadi sorotan. Asisten rumah tangga Nana menemukan seorang bayi yang dibuang di semak-semak dekat rumahnya tanpa sepotong kain apa pun. Saat ditemukan, bayi berjenis kelamin perempuan itu tubuhnya mulai membiru dan dikerubungi semut.
Untungnya, istri Andrew White ini segera membawa bayi tersebut ke rumah sakit. Dan kini, bayi yang kemudian diberi nama Bella itu dipindahkan ke Dinas Sosial setempat untuk mendapatkan pengasuhan yang lebih baik.
Kasus pembuangan bayi ini cukup sering terjadi setiap tahunnya di berbagai daerah. Bahkan, tidak sedikit bayi yang akhirnya tidak dapat terselamatkan.
Apa saja faktor yang membuat seseorang tega membuang bayinya sendiri?
Faktor Penyebab Orang Tua Membuang Bayinya Sendiri
Moms, terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi tindakan seseorang membuang bayinya. Menurut Psikolog Klinis Dewasa Arsanara, Muthmainah Mufidah, M.Psi, Psikolog, penyebab utamanya perilaku ini dilakukan karena ibu mengalami tekanan emosional.
ADVERTISEMENT
Menurut psikolog yang akrab disapa Fida itu, ketika seseorang sedang mengalami kondisi tertekan secara emosional, maka ia akan mencari cara apa pun untuk hilang dan kabur dari sumber stresnya. Hal ini juga dinilai dapat menghilangkan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang sedang dialami.
"Ketika sedang emosional, seringkali kita bertindak tanpa berpikir panjang, hanya mengedepankan menghilangkan rasa sakit atau tidak nyamannya sesegera mungkin. Di mana ibu merasa sudah tidak ada jalan keluar lainnya selain 'menghilangkan' sumber stresnya dengan membuang bayi," kata Fida kepada kumparanMOM.
Kondisi ini juga bisa muncul akibat minimnya dukungan dari orang-orang dan lingkungan di sekitarnya. Termasuk ketika sedang hamil maupun pascapersalinan. Sering kali peran baru yang sedang dijalani ibu membuatnya merasa kesepian dan sendirian.
ADVERTISEMENT
"Kita jadi lebih mudah untuk balik lagi ke merasa stuck, tidak punya pilihan, terjebak, dan akhirnya memilih jalan keluar 'cepat' dengan membuang bayinya," tuturnya.
Tekanan emosional yang dialami seseorang juga bisa disebabkan oleh masalah rumah tangga. Ya Moms, ketika seseorang sedang menghadapi permasalahan ini, mereka pun dapat melakukan tindakan membuang bayi sebagai upaya untuk menghilangkan tekanan yang sedang dialami.
Peran Keluarga untuk Mencegah Tindakan Pembuangan Bayi Terulang Lagi
Dalam kasus pembuangan bayi, ada peran keluarga yang tidak boleh lepas dari sorotan. Ya Moms, sebagai orang terdekat, penting untuk bisa melihat tanda-tanda ada anggota keluarga kita yang kondisi mentalnya sedang tidak baik-baik saja.
Bila mendapatkan penanganan yang tepat, maka tindakan berbahaya yang bisa menjadikan anak sebagai korbannya pun bisa dicegah. Termasuk seorang ibu yang rentan mengalami masalah mental selama kehamilan hingga pascamelahirkan.
ADVERTISEMENT
Apa saja tanda-tanda yang bisa dipahami oleh orang terdekat ketika seorang ibu sedang mengalami masalah kesehatan mental? Berikut penjelasannya menurut Fida.
1. Perubahan Mood yang Signifikan
Perubahan mood tiba-tiba, seperti sering merasa sedih, cemas, marah, atau tidak tertarik pada kegiatan yang biasanya dinikmati. Jadi, cukup sensitif pada hal-hal yang biasanya tidak membuat tersinggung atau terpancing.
2. Sering Merasa Bersalah
Ibu bisa melabeli dirinya bukan ibu atau individu yang baik atau hal negatif lainnya. Ini juga termasuk dalam konteks candaan, Moms. Jadi tetap perlu peka ketika ada ibu yang mengutarakan hal ini, meski sambil tertawa atau tersenyum.
3. Terlihat Kurang Berenergi
Seseorang terlihat kelelahan terus menerus dan kurang berenergi menjalani aktivitas sehari-hari. Ini juga bisa diamati dari raut wajah, terlihat sering sakit pinggang, punggung, atau dan sakit kepala.
ADVERTISEMENT
4. Sulit Fokus dan Konsentrasi
Mudah lupa, susah fokus dalam memproses informasi, hingga kerap ada sesuatu yang tertinggal, lebih sering daripada biasanya.
5. Kurangi Interaksi
Seseorang jadi mengurangi kontak dengan sosial atau mengurung diri. Contohnya, menarik diri dari teman dan keluarga, cenderung tertutup padahal menunjukkan gejala-gejala di atas.
6. Perubahan Pola Tidur
Kesulitan tidur maupun tidur berlebihan, atau pun sulit mempertahankan tidur yang sebelumnya sudah rutin dilakukan.
7. Perubahan Berat Badan yang Signifikan
Entah berat badan naik atau turun drastis tanpa diet atau perencanaan, serta perubahan nafsu makan. Hal ini dapat terlihat dari fisiknya, misalnya tiba-tiba jadi kurus sekali atau naik banyak, tanpa penyebab yang jelas atau perencanaan. Dapat terlihat juga dalam hal nafsu makan berubah. Sehingga, ia jadi tidak nafsu makan atau nafsu makan berlebihan.
ADVERTISEMENT
"Ini hal yang cukup sensitif bagi ibu terutama pascamelahirkan. Jadi perlu berhati-hati dalam menilai ini. Tetapi, enggak ada salahnya kita cek kabar ibu tersebut atau hal apa yang kita bisa bantu sebagai orang terdekatnya," ungkap Fida.
8. Menyakiti Diri Sendiri
Menyakiti diri sendiri secara fisik dan sering mengutarakan pikiran tentang kematian. Misal “kayanya lebih baik kalau aku enggak ada” atau “sudahlah enggak ada gunanya aku di dunia ini”.
Anda pun bisa memperhatikan apakah terlihat bekas sayatan di tangan atau sering memain-mainkan benda tajam yang bisa melukai dirinya.
Masalah dengan pasangan pun bisa dicarikan jalan keluar untuk menyelesaikannya, Moms. Bila Anda sedang mengalami masalah rumah tangga dengan suami, cobalah untuk berkomunikasi secara terbuka dan saling mendengarkan.
ADVERTISEMENT
Fida menjelaskan, Anda dan pasangan perlu menggunakan empati dalam berdiskusi dan sama-sama menggunakan mindset bagaimana membuat peran sebagai ibu maupun bapak bisa berjalan lebih mudah dan lebih baik.
"Tidak bisa hanya salah satu saja yang menggunakan mindset dan komunikasi ini, perlu keduanya. Utamakan bicarakan solusi, us vs problem bukan me vs you, dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan. Jangan ragu juga untuk berkonsultasi dengan ahli, ya!" tutup Fida.