Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Gejala dan Cara Mengatasi Katarak Pada Anak
27 Februari 2018 11:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Mata adalah jendela dunia. Ya, Anda mungkin sudah tidak asing dengan pernyataan barusan. Bagaimana tidak, karena dengan mata, Anda bisa melihat segala bentuk dan warna di dunia ini.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, Anda wajib menjaga kesehatan mata sejak dini hingga tua nanti.
Namun sayangnya, pada tahun 2010 World Health Organization memperkirakan sekitar 285 juta orang di dunia mengalami gangguan mata dan low vision. 90 persen hal itu berada di negara berkembang, seperti Indonesia.
“Setiap empat detiknya, orang di Indonesia kehilangan penglihatannya. Salah satu penyebabnya adalah karena katarak,” ujar Ketua Umum PERTUNI Aria Indrawati, dalam acara Media Briefing di Jakarta Eye Center (JEC) Kedoya, Jakarta Barat, Sabtu (24/2).
Katarak merupakan penyakit yang menjadi masalah nasional. Bahkan angkanya membuat Indonesia menduduki peringkat ke dua di dunia, sebagai negara yang memiliki kasus kebutaan paling parah.
Faktanya, katarak tidak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga bayi yang baru lahir.
ADVERTISEMENT
“Tidak hanya orang dewasa tapi anak-anak juga bisa terkena katarak, meski lebih banyak ditemui pada orang tua. Jelas perlu penanganan cepat, karena sampai dewasa bisa mengalami gangguan penglihatan,” ujar Dokter Setiyo Budi Riyanto, SpM (K) selaku Ketua Layanan Bedah Katarak dan Refraktif JEC serta Direktur Utama JEC Menteng.
Katarak pada anak sebenarnya belum diketahui pasti penyebabnya, namun Anda bisa mengetahui gejala yang bisa menandakan bahwa anak terkena katarak.
Dokter Ni Retno Setyoningrum, SpM (K), yang juga Ketua Layanan Children Eye & Squint Clinic JEC Kedoya, menyebutkan ada dua tanda anak menderita katarak.
Pertama, munculnya bayangan putih pada pupil mata anak itu bisa menjadi tanda anak terkena katarak.
ADVERTISEMENT
“Bayi baru lahir biasanya tidur mulu, jadi orang tua kurang aware. Biasanya baru benar-benar kelihatan putih pada saat dua sampai tiga bulan. Untuk itu memang sebaiknya, bayi baru lahir dilihat detail matanya. Jika memang kelihatan putih, langsung di bawa ke dokter mata anak,” tambah Retno.
Kedua, bola mata terlihat bergerak dengan atau tanpa juling. Jika anak memang menderita katarak, maka matanya akan lebih sering bergerak karena anak merasa tidak nyaman.
Penanganan katarak pada anak memang ada bedanya dengan orang dewasa. Saat pemeriksaan, dokter akan melihat seberapa berat katarak mata anak. Apakah katarak akan menutupi seluruh pupil mata atau tidak.
Katarak yang tidak menutupi seluruh pupil mata, besarnya tidak lebih dari 3 mm. Sinar dari luar masih bisa masuk ke dalam mata, sehingga tidak diperlukan prosedur operasi.
ADVERTISEMENT
Jika katarak pada anak masih kurang dari 3 mm, maka anak akan diberikan kacamata khusus penderita katarak serta melakukan observasi secara berkala. Namun apabila besar katarak pada anak sudah lebih dari 3 mm, maka akan dilakukan operasi.
Sebelum melakukan operasi, biasanya mata anak akan diperiksa untuk melihat apakah saraf retina pasien, secara anatomis melekat di tempatnya atau tidak.
Lalu akan dilakukan Work Up, yakni anak diperiksa apakah mereka mengidap TORCH, metabolik sistemik, lahir prematur dan lain-lain.
Setelah operasi berjalan lancar, dokter juga akan melakukan evaluasi pasca operasi mengenai posisi dan gerak bola mata, pemeriksaan visus, pemeriksaan segmen anterior dengan slitlamp, dan pemeriksaan segmen possterior dengan indirek dan retcam.
ADVERTISEMENT
“Anak adalah harapan masa depan bangsa serta penerus generasi di masa mendatang. Mata merupakan organ vital yang memengaruhi kualitas hidup dan masa depannya. Orang tua hendaknya memastikan anaknya memiliki mata sehat, yang akan mendukung mereka mencapai cita-citanya,” kata Retno.