Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Guru Besar FKUI Imbau Makanan MBG Tak Dibawa Pulang, Apa Alasannya?
22 Februari 2025 11:54 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Program Makan Bergizi Gratis (MBG ) telah berlangsung selama hampir dua bulan di berbagai provinsi di Indonesia. Pelaksanaan MBG yang mulanya menyasar anak-anak sekolah, kemudian diperluas menjadi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak balita.
ADVERTISEMENT
Program MBG bertujuan untuk memberikan asupan gizi kepada penerimanya. Akan tetapi, selama pelaksanaannya, beberapa anak rupanya tidak langsung memakan atau hanya makan setengah porsi, dengan alasan ingin dibawa pulang untuk makan bersama keluarganya.
Situasi ini rupanya kurang disarankan, Moms. Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, anak-anak sekolah sebaiknya dibiasakan untuk menghabiskan menu MBG atau langsung dikonsumsi.
Sebab, bila dibawa pulang ke rumah, maka bisa memengaruhi keamanan pangan. Contohnya, risiko kontaminasi bakteri hingga penurunan kualitas gizi akibat makanan yang terlalu lama disimpan.
"Dari sekarang baik kalau kita berhati-hati, ingatkan bahwa makanan harus dihabiskan saja di tempat pembagiannya, jangan disimpan untuk dibawa pulang. Ingat, ini program makanan bergizi, perlu antisipasi agar jangan jadi masalah kemungkinan yang tidak diinginkan dan malam jadi kontra-produktif," jelas Prof. Tjandra dalam keterangannya, Sabtu (22/2).
ADVERTISEMENT
Prof. Tjandra berkaca pada kebijakan di negara lain, seperti Jepang, yang tidak memperbolehkan makanan yang tidak habis saat makan di restoran untuk dibungkus lalu dibawa pulang.
"Di beberapa restoran di Jepang berbeda halnya. Di salah satu restoran di kota Otaru, daerah Hokaido yang penuh bersalju tinggi di bulan Februari ini maka besar-besar tertulis, 'Kami tidak mengizinkan makanan yang tidak habis untuk dibawa pulang'. Ini untuk mencegah keracunan makanan," jelas dia.
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu juga mengingatkan kejadian jamaah haji Indonesia yang mengalami sakit perut, lantaran mengonsumsi makanan yang sudah agak basi. Karena jatah makan yang diterima sengaja disimpan selama beberapa waktu.
Ingatkan Konsep Keamanan Makanan untuk MBG
Mengingat program MBG akan semakin diperluas jangkauan daerah dan sasarannya, Prof. Tjandra mengimbau semua pihak yang terlibat agar lebih hati-hati. Serta, diingatkan kembali konsep keamanan pangan (food security) yang harus dijaga ketat oleh semua pengelola MBG.
ADVERTISEMENT
"Sesuai konsep 'From Farm to Plate', mulai dari penyediaan bahan pangannya sampai tersaji ke depan yang akan memakannya, dan bahkan juga pengelolaan limbahnya," tutup dia.