Hanya 1 dari 1.000 Anak RI yang Aktif Membaca, IDAI Ungkap Biang Keroknya

8 Desember 2023 11:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hanya 1 dari 1.000 Anak RI yang Aktif Membaca, IDAI Ungkap Biang Keroknya. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Hanya 1 dari 1.000 Anak RI yang Aktif Membaca, IDAI Ungkap Biang Keroknya. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Membaca adalah salah satu aktivitas yang sangat disarankan untuk rutin dilakukan anak-anak. Banyak sekali manfaat dari membaca untuk tumbuh kembang anak, misalnya seperti mendukung perkembangan kognitif, melatih keterampilan bahasa dan kosa kata, meningkatkan imajinasi dan kreativitas, hingga bonding antara orang tua dan anak.
ADVERTISEMENT
Namun, sayangnya budaya literasi dan minat baca anak-anak di Indonesia terbilang masih rendah. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hanya 1 dari 1.000 anak di Indonesia yang aktif membaca.
Menurut Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), pola pengasuhan orang tua dalam menanamkan budaya membaca pada anak masih terbagi menjadi dua kelompok: tidak membudayakan membaca sejak kecil atau mengajarkannya terlalu dini.
"Pertama, yang memang tidak membudayakan membaca sejak awal pada anak-anaknya. Ini lebih banyak ke gadget. Sehingga, kita tidak jarang menjumpai yang adiksi gadget dan kemudian berdampak pada keterlambatan bicara dan lainnya," jelas dr. Piprim dalam media briefing ‘Mendorong Minat Baca Anak’ yang digelar secara daring, Kamis (7/12).
ADVERTISEMENT
Sementara kelompok lainnya adalah orang tua yang mengajarkan anaknya terlalu dini untuk calistung. Sehingga, ketika anak sudah lebih besar, ia dapat memiliki kecenderungan enggan membaca bersama teman-temannya akibat paksaan belajar membaca terlalu dini.
"Kutub yang satu lagi adalah mengajarkan membaca terlalu dini. Sejak bayi 9 bulan, 12 bulan, sudah diajari membaca, Ketika bayi sudah membaca, pada saatnya ia mau membaca bersama teman-temannya, dia sebenarnya mampu tapi jadi tidak mau membaca. Ini jadi problem sendiri," lanjut dia.
Membaca juga berperan penting dalam peningkatan kualitas SDM suatu negara. Sebab, semakin tinggi minat baca masyarakat, maka semakin tinggi juga tingkat pendidikan yang dimiliki mereka.
Pada kesempatan yang sama, Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI, Dr. dr. Hesti Lestari, Sp.A(K), mengungkapkan alasan mengapa minat baca anak-anak di Indonesia masih rendah.
ADVERTISEMENT
"Pertama ada tingkat melek huruf, karena masih ada 2,7 juta penduduk Indonesia yang buta huruf. Ini data tahun 2022," ucap Dr. Hesti.
Selanjutnya adalah faktor penggunaan teknologi yang tidak bijak. Menurut Dr. Hesti, zaman modern saat ini memang banyak memanfaatkan teknologi digital. Namun, sayangnya penggunaan teknologi pada anak-anak kurang diawasi, sehingga justru dipakai untuk bermain game, menonton, atau bahkan media sosial.
"Ketiga, infrastruktur yang mendukung literasi seperti perpustakaan masih belum merata di semua daerah. Dan pendukungnya ini juga belum banyak dimanfaatkan," jelasnya.

Yang Bisa Orang Tua Lakukan Agar Anak Gemar Membaca

Yang Bisa Orang Tua Lakukan Agar Anak Gemar Membaca. Foto: Shutterstock
Tahu enggak, Moms, bila pengalaman awal yang baik pada bahasa lisan dan tulisan, itu bisa membantu si kecil menjadi pembaca maupun penulis yang sukses juga, lho!
ADVERTISEMENT
Itu dia perlunya membangun minat baca pada anak bisa dilakukan sedini mungkin, Moms. Sebab, sejak bayi pun sebenarnya bayi sudah mulai mengembangkan kemampuan bahasanya, lewat apa yang disampaikan oleh orang tuanya.
"Anak belajar dulu bahasa lisan, mendengar suara di sekitarnya. Keluarganya berbicara, suara tawa bahagia, bernyanyi. Baru kemudian anak mulai memahami bahasa tertulis. Ketika mereka mendengar orang dewasa membaca cerita untuk mereka, anak didongengin, anak mendengar intonasi suara, gambar, dan ditambah gerakan tangan dari orang tua," beber Dr. Hesti.
Apalagi sekitar 89 persen waktu anak akan dihabiskan di rumah. Sehingga, rumah adalah tempat yang aman dan nyaman untuk anak-anak membaca.
Dr. Hesti juga menuturkan penelitian yang menunjukkan minat baca di luar sekolah akan menurun saat anak memasuki usia SD. Sehingga, keluarga perlu membantu menjaga rutinitas ini agar anak tetap memiliki kebiasaan membaca.
ADVERTISEMENT
Keluarga terutama orang tua dinilai memiliki peranan penting dan menjadi role model bagi anak-anaknya untuk membangun kegemaran membaca. Selain mendongeng dan membaca bersama, ayah dan ibu juga perlu lebih sering membaca buku di depan anak-anak. Maka, ia pun akan mengikuti Anda!
"Anak itu peniru. Jadi tunjukkanlah kebiasaan membaca buku, maka anak akan tertarik, anak meniru. Dan orang tua yang membacakan buku sejak dini bisa meningkatkan skill literatur dasar perkembangan bahasa dan keberhasilan akademis anak kelak," tutupnya.