Hidup Anna Jarvis, Kreator Hari Ibu yang Membenci Hari Ibu

22 Desember 2017 15:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anna Jarvis (Foto: Instagram/@womenshistory)
zoom-in-whitePerbesar
Anna Jarvis (Foto: Instagram/@womenshistory)
ADVERTISEMENT
Perayaan Hari Ibu masa kini tidak seperti yang ada di bayangan penggagasnya, Anna Jarvis.
ADVERTISEMENT
Seharusnya, menurut Anna, pada Hari Ibu orang-orang beramai-ramai memakai anyelir bunga putih di bajunya dan mengunjungi ibunda tercinta. Atau, mereka bisa pergi ke tempat ibadah untuk mendoakan Sang Ibunda apabila ia sudah tiada.
Awalnya, memang begitulah Hari Ibu dirayakan oleh warga AS. Namun, Anna tak tahu bahwa perayaan Hari Ibu yang ia prakarsai justru menjadi masalah yang ia hadapi seumur hidupnya nanti.
ilustrasi hari ibu (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi hari ibu (Foto: Pixabay)
Anna adalah seorang perempuan kelahiran West Virginia, Amerika Serikat, yang seumur hidupnya mengupayakan agar Hari Ibu dirayakan sebagai hari libur khusus di AS.
Ketika menggagas Hari Ibu, Anna mengirim surat untuk meminta dukungan kepada media massa, politisi, dan tokoh berpengaruh. Dia menyurati mereka agar mereka mau mengadopsi Hari Ibu ke kalender nasional Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Mengutip BuzzFeed, nama-nama yang Anna surati antara lain: Presiden Teddy Roosevelt, politisi Nebraska William Jennings Bryan, penulis novel tersohor, Mark Twain, dan mantan General Postmaster, John Wanamaker.
Surat-surat itu pun berbuah manis.
"Mungkin kita dapat memberikan segenap hati kita untuk kegiatan ini (Hari Ibu), karena itu akan jadi salah satu hari yang paling indah di dalam hidup kita," tulis Wanamaker, yang kemudian menjadikan pusat perbelanjaan miliknya di Philadelphia sebagai tempat pertama peringatan Hari Ibu.
Mark Twain juga memberi respons serupa. Dia bahkan menulis tentang pendapatnya soal Hari Ibu di koran-koran Philadelphia dan New York.
Akhirnya pada Mei 1908, Hari Ibu pertama resmi dirayakan di gereja Metodis di Grafton, Virginia Barat. Menurut History, ribuan orang meramaikan acara yang juga diadakan di salah satu pusat perbelanjaan di Philadelphia.
ADVERTISEMENT
Pada 1912, mulai banyak kota, negara bagian, dan gereja yang mengadopsi Hari Ibu sebagai salah satu acara tahunan. Anna pun membentuk Asosiasi Internasional Hari Ibu untuk memperkuat gaung gerakannya.
Dua tahun kemudian, kegigihan Anna Jarvis terbayarkan. Woodrow Wilson, presiden Amerika Serikat yang menjabat saat itu, meresmikan Senin kedua tiap Mei sebagai Hari Ibu di negaranya.
Impian Anna memang terwujud. Hari Ibu menjadi salah satu hari libur nasional di AS.
Perayaan Hari Ibu di AS (Foto: Commons wikimedia)
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan Hari Ibu di AS (Foto: Commons wikimedia)
Namun, lambat laun perayaan Hari Ibu berubah dari apa yang diidealkan Anna Jarvis. Hari Memasuki tahun 1920, Hari Ibu berubah menjadi bentuk konsumerisme massal --dan Anna sangat membenci itu.
Hari Ibu tidak lagi dirayakan dengan sakral. Alih-alih acara yang penuh intimasi batin antara anak dan ibu, pada saat itu, orang lebih memilih menghamburkan uangnya untuk membeli kartuucapan, bunga, permen dan berbagai macam hadiah lainnya.
ADVERTISEMENT
Perilaku konsumerisme itu didorong oleh para pelaku bisnis. Mengutip History, pada masanya, pemilik toko bunga, toko permen, dan perusahaan kartu ucapan meraup keuntungan yang tidak sedikit dengan menggunakan gimik Hari Ibu.
"Aku ingin memberi tahu kalian bahwa kalian menggunakan ide Hari Ibu untuk mencari keuntungan," kata Anna kepada para pemilik konveksi, seperti yang dituliskan New York Times, mengutip BuzzFeed.
Usaha tersebut laku keras dengan menciptakan pandangan bahwa barang-barang itu wajib dibeli tiap orang yang ingin merayakan Hari Ibu. Maka dari itulah Anna menyebut mereka sebagai perusahaan aji mumpung dan penipu.
"Sebagai penggagas Hari Ibu, aku minta kalian menghentikan perilaku tersebut," ujar Anna. Dia menganggap, Hari Ibu bukanlah perayaan yang pantas untuk dijadikan sumber keuntungan.
ADVERTISEMENT
Anna pun menyerukan ajakan untuk memboikot toko bunga yang menaikan harga anyelir tiap Hari Ibu. Dalam sebuah surat kepada sepupunya, Anna mengatakan kalau pemilik toko bunga adalah yang paling banyak memberikannya masalah.
Maka dari itu, Anna mengganti lambang resmi Hari Ibu yang tadinya anyelir putih menjadi logo Asosiasi Hari Ibu yang dia bentuk. "Ini akan menghentikan pedagang yang mencari keuntungan sendiri dari Hari Ibu," tulisnya.
Ilustrasi hadiah hari ibu (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hadiah hari ibu (Foto: Pixabay)
Badan amal pun juga menjadi target sasaran kemarahan Anna. Pada 1925, dia datang ke konvensi yang diadakan organisasi American War Mothers, yang menjual anyelir untuk menggalang dana untuk para tentara dan keluarganya.
"Diduga Anna Jarvis hadir tanpa diundang di konvensi tersebut dan memprotes organisasi itu karena mengadopsi anyelir sebagai lambang organisasinya," mengutip The New York Times seperti dilansir Buzzfeed.
ADVERTISEMENT
Wanamaker, salah satu orang yang menolong Anna pertama kali pun tak luput dari kritikannya. Dilansir BuzzFeed, seorang mantan asisten Anna bercerita, penemu Hari Ibu itu pernah memesan salad di tempat Wanamaker, hanya untuk dibuang begitu saja ke lantai, karena salad tersebut bernamakan "Salad Hari Ibu".
Anna pun turut mengancam Eleanor Roosevelt, istri presiden, karena dia menilai Eleanor telah menggunakan nama Hari Ibu tanpa seizinnya. Anna juga marah karena dia menuding badan amal yang Eleanor kelola mengkomersialisasikan Hari Ibu --Anna mengatakan akan menuntut secara hukum bila kegiatan itu tidak dihentikan.
"Saya pikir dia salah paham terhadap kita," kata Ibu Negara itu kepada Times pada Maret 1931.
Susi peringati Hari Ibu (Foto: Twitter @susipudjiastuti)
zoom-in-whitePerbesar
Susi peringati Hari Ibu (Foto: Twitter @susipudjiastuti)
Namun sayang, usaha Anna Jarvis berujung sia-sia. Dia tidak dapat menghentikan perayaan Hari Ibu menjadi sapi perah keuntungan para pelaku bisnis --yang terjadi sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
Tahun 2017 saja, Federasi Ritel Nasional Amerika Serikat mengestimasi masyarakatnya menghabiskan 23,6 miliar dolar AS (senilai Rp 319 triliun) untuk hadiah Hari Ibu. Ini naik Rp 29 triliun dari rekor sebelumnya yang tercetak pada tahun 2016.
Hari Ibu semestinya menjadi momen intim antara anak dan ibunya. Hari ketika para anak memberi penghormatan kepada ibunya yang telah banyak berjasa membesarkannya.
“Ibu tidak pernah minta uangmu, Ibu cuma ingin lihat anak Ibu jadi orang sukses yang sayang sama keluarga,” kata Ibuku kepadaku. Apa kata Ibumu?
===============
Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline!