Ibu Hamil Keguguran, Lebih Baik Kuret atau Minum Obat Peluruh?

28 Februari 2021 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu hamil keguguran. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil keguguran. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang paling sering ditakutkan ibu hamil adalah mengalami keguguran. Bahkan, keguguran bisa terjadi berulang pada beberapa wanita.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Mayo Clinic, sekitar 8 hingga 20 persen kehamilan memang berisiko mengalami keguguran. Sementara 1 persen ibu hamil juga berisiko mengalami keguguran berulang.
Lantas, apa sebenarnya penyebab keguguran?

Penyebab Keguguran pada Ibu Hamil

Ada banyak faktor penyebab keguguran pada ibu hamil. Misalnya saja, kondisi janin tidak berkembang dengan normal, gangguan hormon, hingga penyakit kronis. Bila mengalami keguguran saat hamil, dokter biasanya akan melakukan pembersihan rahim. Caranya bisa dengan kuretase (kuret) atau minum obat peluruh.
Dilansir American Pregnancy Association, kuretase atau kuret atau dilatasi dan kuret (D&C), merupakan pengerokan menggunakan alat berbahan logam atau dengan metode isap memakai alat khusus untuk mengeluarkan jaringan endometrium. Sementara obat peluruh diminum untuk menggugurkan kandungan.
ADVERTISEMENT
Lantas, manakah yang lebih baik? Simak kata dokter yuk, Moms.

Kata Dokter soal Tindakan yang Tepat saat Ibu Hamil Keguguran

Ilustrasi Keguguran. Foto: Shutter Stock
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Robbi Asri Wicaksono, SpOG, mengungkapkan saat ibu hamil mengalami keguguran maka yang pertama-tama harus dilakukan adalah pergi ke dokter. Lalu, tindakan selanjutnya ditentukan oleh dokter yang menangani dengan berbagai pertimbangan dan pemeriksaan secara menyeluruh.
"Pasien harus memeriksakan diri ke dokter, bukan berasumsi sendiri dan memilih kuret atau obat,"katanya saat dihubungi kumparanMOM beberapa waktu lalu.
Ya Moms, pasien tidak bisa memilih sendiri ingin membersihkan kandungan dengan cara seperti apa. Pasalnya baik kuretase atau minum obat peluruh merupakan tindakan medis dengan risiko tinggi, sehingga harus dilakukan oleh dokter yang ahli di bidangnya.
ADVERTISEMENT
"Keguguran biasanya harus diakhiri dengan kuretase yang keseluruhan protokol melakukannya ditentukan oleh dokter kandungan yang menanganinya langsung," jelas dokter yang praktik di Limijati Hospital Bandung ini.
Ilustrasi keguguran. Foto: Shutter Stock
Lalu setelah mengalami keguguran, kapan Anda bisa hamil kembali? dr. Robbi menjelaskan bahwa setelah melewati kuretase, Anda diharuskan menggunakan alat kontrasepsi selama minimal 3 bulan serta jarak minimal untuk kembali hamil adalah 3 bulan.
Untuk bisa hamil kembali, juga didukung oleh keadaan kandungan sebelumnya, seperti penyebab dan tata laksana lanjutan setelah pemeriksaan oleh dokter yang menangani. dr. Robbi menegaskan bahwa penanganan keguguran tidak akan jadi faktor penentu cepat atau lambatnya kehamilan berikutnya.
"Tidak semua pasien keguguran bisa disamakan," tutupnya.