Ibu Hamil Kena Cacar Air dan Campak, Bahaya Enggak Ya?

8 September 2020 8:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu hamil. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Saat hamil, setiap wanita tentu ingin kehamilannya berjalan dengan lancar dan sehat hingga persalinan tiba. Namun tak dapat dipungkiri pula jika ada beberapa hal atau kondisi yang bisa menyerang ibu hamil. Misalnya saja, terkena cacar air atau campak. Kira-kira, bahaya enggak, ya?
Ilustrasi ibu hamil Foto: Shutterstok
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil Foto: Shutterstok

Penjelasan Cacar Air dan Campak

ADVERTISEMENT
Sebelumnya, kita pahami terlebih dahulu bahwa cacar air (varicella atau varisela) merupakan infeksi virus yang sangat menular dan dapat menyebabkan ruam atau bintik kemerahan di area kulit. Kondisi ini biasanya ditandai dengan demam, sakit kepala, hingga seluruh tubuh terasa pegal atau nyeri.
Sementara, campak (rubella) merupakan infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah pada kulit. Penularan utamanya dapat melalui percikan air liur di udara yang dikeluarkan penderita melalui batuk atau bersin. Selain itu, Anda juga akan mengalami demam, pilek, batuk, hingga mata merah. Beberapa hari kemudian, ruam tersebut akan menyebar ke seluruh tubuh.
ilustrasi ibu hamil. Foto: Shutterstock

Kata Dokter soal Cacar Air dan Campak pada Ibu Hamil

Ibu hamil dapat tertular penyakit cacar air dan campak apabila ia terpapar dengan virus tersebut yang berasal dari penderita lain. Demikian yang disampaikan oleh dr. Andry, SpOG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan kepada kumparanMOM.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, di usia kehamilan berapa saja --entah itu trimester pertama atau bahkan sudah memasuki trimester ketiga, ibu hamil bisa saja terpapar virus cacar air maupun campak. Apabila ibu hamil mengalami cacar air di awal kehamilan atau trimester pertama, maka ia lebih berisiko alami keguguran.
"Jika terjadi pada periode awal kehamilan, berisiko terjadinya abortus atau keguguran spontan, maupun fetal varicella syndrome meskipun kasus ini masih jarang terjadi," ujarnya pada Kamis (3/9).
Ilustrasi Ibu Hamil Foto: Thinkstock
Dokter yang praktik di RS Pondok Indah Puri Indah, Jakarta Barat ini menambahkan, fetal varicella syndrome adalah kelainan janin yang meliputi kelainan kulit, mata, saraf, dan gangguan pembentukkan organ anggota gerak. Adapun jika ibu hamil terkena infeksi cacar air di trimester ketiga, maka hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya sakit cacar air pada bayi baru lahir (neonatal varicella). Selain komplikasi pada janin, hal lainnya yang dapat terjadi adalah komplikasi dari cacar air pada ibu hamil yang meliputi radang paru (pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Begitu pula dengan ibu hamil yang menderita campak atau rubella.
ADVERTISEMENT
"Ibu hamil yang menderita campak berisiko untuk terjadinya abortus, kematian janin dalam rahim, bayi dengan berat badan lahir rendah. Selain itu, ibu hamil juga dapat menderita pneumonia sebagai komplikasi dari campak," pungkasnya.
Maka dari itu, dr. Andry menyarankan agar sebelum hamil atau bahkan sebelum menikah, sebaiknya Anda dapat melakukan imunisasi cacar air dan campak. Namun, bila hendak melakukan imunisasi setelah menikah, maka ia kembali menganjurkan agar Anda dapat menunda program kehamilan di masa 3 bulan setelah pemberian imunisasi.
ibu hamil ke dokter Foto: Shutterstock
Lantas, bagaimana jika hal ini terjadi pada saat hamil?
"Apabila ibu hamil terpapar cacar air, dapat diberikan varicella imunoglobulin dalam kurun waktu 4 hari pasca paparan. Sementara untuk campak, imunoglobulin dapat diberikan dalam kurun waktu 6 hari pasca paparan," katanya.
ADVERTISEMENT
Namun, apabila ibu hamil menjadi sakit akibat imunisasi, lanjut dr. Andry, maka dapat diberikan terapi secara simtomatik --sesuai gejala. Pada kasus cacar air biasanya dapat diberikan terapi antivirus spesifik, seperti dengan obat asiklovir.