Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sayangnya, menurut data dari Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Aman B. Pulungan, Sp. A(K), FAAP, FRCPI (Hon), angka pemberian ASI eksklusif dan IMD di Indonesia, sangat rendah. Bahkan berada di bawah Sri Langka.
"Jika menurut data yang saya ambil dari studi teman-teman dokter, ternyata pemberian ASI eksklusif di Indonesia itu masih sangat rendah, lho. Pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya 37,3% saja. Sedangkan di Sri Langka, misalnya, lebih dari 60%. Ini hebat," kata Dr. Aman, saat membuka seminar media "Empower Parents, Enable Breastfeeding" yang diselenggarakan di Gedung IDAI, Jakarta, pada Kamis (1/8).
Dr. Aman mengatakan, seharusnya angka tersebut bisa berubah seiring berjalannya waktu, karena semakin meningkatnya kesadaran para ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk staf medis.
ADVERTISEMENT
Dukungan dari staf medis seperti dokter dan bidan ternyata tak kalah penting, Moms. Mereka pun harus memahami dan diharuskan mampu membantu para ibu baru untuk bisa berhasil menyusui sejak bayi baru dilahirkan.
Senada akan hal ini, Ketua Satgas ASI IDAI, Dr. Elizabeth Yohmi, Sp.A, mengungkap, setelah bayi dilahirkan dan dibersihkan, staf medis harus langsung membawa bayi kepada ibunya agar bisa langsung menyusu. Namun, menurut data IDAI, hanya sedikit staf medis yang memahami hal tersebut.
"Jadi setidaknya 80% ibu menyusui dari bayi cukup bulan melaporkan, butuh waktu 6 jam setelah melahirkan hingga seorang staf menawarkan bantuan menyusui . Padahal sejak baru dilahirkan, bayi harus langsung dibawa kepada ibunya untuk menyusui," kata Dr. Yohmi.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, di Indonesia, terutama di daerah-daerah, masih sangat sedikit tenaga medis yang mendapat pelatihan cara membantu ibu menyusui. Oleh sebab itu, perlu ada kompetensi di bidang laktasi untuk para tenaga medis, terutama dokter anak, bidan, dan perawat di maternitas.
Dr. Aman menambahkan, saat ini tempat kesehatan masyarakat yang terkecil seperti puskesmas, misalnya, hanya fokus terhadap orang sakit. Masih sangat sedikit yang peduli soal ibu menyusui .
"Padahal ini penting, lho. Perlu ada kerjasama dari berbagai pihak terutama stakeholder untuk membantu ini. Nah, sekarang kita sedang mulai pelatihan dan pembekalan ibu menyusui di rumah sakit swasta," ujarnya.
Jadi, Moms, bekerjasama dengan dokter kandungan mengenai konseling informasi laktasi anternatal sangat penting. Agar nantinya calon ibu memahami cara menyusui yang tepat.
ADVERTISEMENT