Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
IDAI: Tiap 1 dari 4 Anak yang Tertular Difteri di Indonesia Meninggal Dunia
11 Maret 2023 9:02 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI ) dr Piprim Basarah Yanuarso Sp.A(K) mengungkapkan kegelisahannya atas kembali maraknya kasus difteri di Tanah Air. Sebab difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya, padahal sebenarnya pencegahannya mudah dan gratis, yakni dengan vaksin DPT yang bisa didapat di mana-mana.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, saat ini difteri masih menjadi KLB di berbagai daerah dan secara nasional tingkat kematiannya begitu tinggi. dr Piprim menyebut, 1 dari 4 anak Indonesia yang tertular difteri meninggal dunia.
"Sedangkan case fatality rate yang paling tinggi ada di Garut, 2 dari 3 anak yang tertular difteri meninggal dunia. Bandingkan dengan kematian karena COVID-19 itu di bawah 1 persen, tapi kematian dari difteri ini bahkan mencapai ini 2 dari 3 meninggal dunia," kata dr Piprim dalam media briefing bersama IDAI, Jumat (10/3).
Sementara itu menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropik IDAI, dr Anggraini Alam, Sp.A(K), kasus difteri paling tinggi justru terjadi di kota-kota besar di Indonesia, termasuk DKI Jakarta. Setiap minggunya, angka suspek difteri di Jakarta mencapai 12 kasus dengan 1 meninggal dunia. Berikut daftar 5 provinsi dengan suspek difteri tertinggi di Indonesia:
ADVERTISEMENT
Untuk kasus meninggalnya, berdasarkan data 27 Februari 2023, sudah tersebar di 7 kabupaten/kota di 4 provinsi di Indonesia, dan terbanyak di Garut. Berikut rinciannya:
Lampung Tengah: 1
DKI Jakarta: 1
Sukabumi: 1
Garut: 8
Malang: 1
Probolinggo: 1
Sampang: 1
“Sedangkan difteri itu dari 1 bisa menularkan 6-7. Artinya kalau sudah kena difteri, memang angka kematiannya amat sangat tinggi, tidak diobati fifty-fifty, diobati saja masih dari 5, 1 meninggal,” ujar perempuan yang akrab disapa dr Anggi itu.
Bahaya Difteri
Difteri bukan hanya penyakit yang tingkat kematiannya tinggi, namun pengobatannya tidak mudah dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Anak yang terinfeksi difteri harus dilubangi lehernya agar bisa bernapas karena ada selaput yang menutupi saluran pernapasannya. Selain itu dia juga bisa mengalami gangguan listrik jantung, sehingga butuh pemasangan alat bantu jantung yang biayanya mencapai puluhan juta rupiah.
ADVERTISEMENT
"Pengobatannya ribet. Anak mesti diisolasi, diberi antiracun, kemudian mesti dilubangi lehernya. Dan bahkan ketika anak itu sudah mulai mau sembuh, mau dipulangkan dari rumah sakit, 2 minggu pascatertular tiba-tiba jantungnya berhenti. Karena difteri ini bisa bikin gangguan listrik jantung, jadi jantungnya langsung tidak mau berdenyut sendiri dan butuh pemasangan alat pacu jantung," urai dr Piprim yang juga ahli dalam penyakit jantung anak ini.
Selain itu difteri juga bisa mempengaruhi penglihatan yakni membuat mata juling, tidak mampu menelan sehingga bisa memicu gagal ginjal, dan mengganggu organ hati. Bahkan dalam beberapa kasus yang ditangani dr Anggi, setelah 6 bulan pulang dari rumah sakit, anak tidak mampu berjalan.