Imbas Pandemi COVID-19, Angka Menyusui di Indonesia Menurun

4 Agustus 2022 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Ibu menyusui. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ibu menyusui. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Menyusui punya beragam manfaat untuk ibu dan bayi. Ya Moms, ASI sendiri memiliki segudang manfaat untuk tumbuh kembang bayi, seperti melindunginya dari berbagai macam penyakit. Selain itu, sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa bayi yang minum ASI memiliki hasil tes kecerdasan yang lebih tinggi. Pemberian ASI juga menurunkan risiko obesitas dan diabetes anak di masa depan.
ADVERTISEMENT
Secara global, pemberian ASI menyelamatkan lebih dari 820 ribu anak setiap tahunnya. Selain itu, menyusui juga turut mencegah penambahan kasus kanker payudara pada wanita hingga 200 kasus per tahun.
Sayangnya, angka menyusui di Indonesia menurun selama pandemi COVID-19. Mengutip laman UNICEF, data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2021 menunjukkan bahwa hanya ada 52,5 persen bayi di bawah enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Angka tersebut menurun sebanyak 12 persen dari tahun 2019.
Sementara itu, angka inisiasi menyusu dini (IMD) juga turun dari 58,2 persen pada tahun 2019 menjadi 48,6 persen pada tahun 2021.
Di samping itu, sistem kesehatan yang lebih berfokus pada penanganan COVID-19 membuat layanan konseling menyusui lebih sulit untuk diakses. Sebuah survei nasional yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan RI dengan dukungan UNICEF pada tahun 2021 menemukan bahwa kurang dari 50 persen ibu dan pengasuh anak di bawah dua tahun yang menerima layanan konseling menyusui selama pandemi.
ADVERTISEMENT

UNICEF dan WHO Dorong Indonesia untuk Tingkatkan Angka Menyusui

Ilustrasi ibu menyusui. Foto: Lifebrary/Shutterstock
Menurut perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr. N. Paranietharan, menyusui menjadi kunci untuk menurunkan angka stunting pada anak di bawah usia lima tahun. Selain itu, IMD dan pemberian ASI selama 24 bulan pun dapat mendukung pencapaian target global dan nasional untuk mengurangi stunting hingga 40 persen.
“Meneruskan menyusui setelah enam bulan hingga dua tahun bersama dengan pemberian makanan pendamping ASI adalah cara yang paling memadai dan paling aman untuk mencegah gangguan pertumbuhan dan memastikan perkembangan kognitif dalam fase kritis kehidupan ini,” jelasnya.
Sementara itu, menurut Pelaksana Tugas Perwakilan UNICEF Robert Gass, pemberian ASI menjadi salah satu cara efektif untuk melindungi kesehatan ibu dan anak.
ADVERTISEMENT
“Di tengah pandemi global, para pemangku kepentingan harus mempertahankan perlindungan, promosi, dan dukungan untuk menyusui. ASI telah terbukti sebagai strategi yang mampu menyelamatkan nyawa dan merupakan fondasi bagi masyarakat sehat, cerdas, dan produktif,” ujarnya.
Sejalan dengan adanya peringatan Pekan Menyusui Dunia pada 1 – 7 Agustus 2022 dengan tema Set Up for Breastfeeding: Educate and Support, UNICEF dan WHO mendorong pemerintah Indonesia dan masyarakat untuk mendukung ibu agar melanjutkan praktik menyusui yang optimal.
Selain itu, UNICEF dan WHO juga mendukung pemerintah untuk memperluas investasi yang dibutuhkan untuk mempromosikan pemberian ASI, yaitu:
ADVERTISEMENT
UNICEF dan WHO juga menyarankan ibu yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan sedang menjalani isolasi mandiri untuk tetap melanjutkan pemberian ASI dengan memperhatikan protokol kesehatan. Begitu pun sebaliknya, ibu juga tetap harus menyusui bayi yang terkonfirmasi COVID-19.