Ingin Optimalkan IQ Anak? Pastikan Kesehatan Saluran Cernanya Terjaga, Moms!

11 Desember 2024 0:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi optimalkan IQ anak dengan pastikan kesehan saluran cernanya terjaga. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi optimalkan IQ anak dengan pastikan kesehan saluran cernanya terjaga. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Moms, apakah Anda pernah mendengar istilah saluran cerna merupakan ‘otak kedua’ anak? Ya, kesehatan saluran cerna memang sangat krusial bagi tumbuh kembang anak, sehingga tak salah bila disebut sebagai ‘otak kedua’. Jika moms ingin optimalkan IQ anak maka moms perlu memastikan kesehatan saluran cernanya terjaga.
ADVERTISEMENT
Itulah kenapa, penting bagi orang tua untuk selalu memperhatikan kesehatan saluran cerna si kecil, terutama di awal kehidupan alias 1.000 HPK. Bahkan menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi Prof. Dr. dr. Anang Endaryanto, Sp.A(K), jika melewatkan momen emas tersebut, anak akan kehilangan kemampuan optimalnya.
Lebih lanjut, Prof. Anang menjelaskan bahwa peradangan berulang pada saluran cerna yang tidak sehat akibat alergi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan otak anak tumbuh tidak optimal.
“Misalnya, anak ini dengan kapasitas otaknya bisa memiliki IQ 140, tapi pada periode kritis itu dia terjadi peradangan kronis persisten dan berulang-ulang. Itu menyebabkan dia terganggu pertumbuhan optimalnya juga. Sehingga dia tidak akan berkembang sesuai haknya, rugi dia,” ujar Prof Anang yang ditemui kumparan pada Lecture session Danone Indonesia di Utrecht, Belanda.
ADVERTISEMENT

Dampak Tak Perhatikan Kesehatan Saluran Cerna Anak

Prof.Anang menjelaskan, dysbiosis atau ketidakseimbangan mikrobiota usus pada saluran cerna dapat meningkatkan risiko alergi yang jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan peradangan berulang dan berdampak pada kesehatan jangka panjang.
Dysbiosis saluran cerna berisiko lebih tinggi terjadi pada anak-anak yang lahir melalui operasi caesar. Sebab bayi yang lahir melalui operasi caesar tidak mendapat paparan bakteri baik dari vagina dan saluran cerna ibu. Padahal paparan bakteri ini membantu membentuk mikrobiota usus bayi yang sehat dan beragam, didominasi oleh bakteri baik seperti Bifidobacterium dan Bacteroides.
Lecture session Danone Indonesia di Utrecht, Belanda. Foto: Dhini Hidayati/kumparan
Salah satu gangguan kesehatan saluran cerna biasanya terkait dengan dysbiosis dan peradangan karena alergi susu sapi. Dalam jangka pendek, dysbiosis menyebabkan perubahan pada sistem imun anak yang menjadi tidak bersifat protektif. Kemudian dalam jangka menengah, kondisi ini bisa memicu berbagai gangguan kecerdasan anak.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, jika tidak diatasi, kondisi ini juga masih akan berdampak hingga jangka panjang lho, Moms. Pada usia di atas 65 tahun, gangguan kesehatan saluran cerna ini bisa meningkatkan potensi kanker, penyakit jantung, penyakit metabolik, stroke, dan gangguan kardiovaskular lainnya.
Slide Presentasi Prof. Dr. dr. Anang Endaryanto, Sp.A(K) pada Lecture session Danone Indonesia di Utrecht, Belanda. Foto: Dhini Hidayati/kumparan
“Jadi, itu nyata dan ada evidence based-nya, itu cohort di Eropa begitu. Dan kita pada riset-riset yang sifatnya prospektif juga menginformasikan yang sama,” terang Prof.Anang
Itulah kenapa kesehatan saluran cerna sangat krusial bagi anak.
Peran susu dalam diet harian anak
Ilustrasi anak minum susu. Foto: Shutter Stock
Susu sapi memang saat ini sudah tidak menjadi menu wajib dalam diet harian anak Indonesia dan digantikan dengan panduan Gizi Seimbang sehingga menimbulkan persepsi bahwa anak tidak perlu minum susu sapi. Menanggapi hal ini, Prof.Anang menjelaskan bahwa persoalannya bukan pada protein susu sapi berbahaya atau tidak hingga persoalan ketersediaan dan kemudahan mendapatkannya. Menurut Prof. Anang, jika ketersediaan protein susu sapi terganggu dan ada pengganti yang setara nilai nutrisinya maka hal tersebut tidak jadi masalah jika tidak mengkonsumsi susu sapi dalam diet harian anak.
ADVERTISEMENT
Namun, saat ini belum ada pengganti protein susu sapi yang nilainya setara dari segi gizi hingga biaya pengadaannya. Alternatif lain seperti protein susu ikan, protein susu kedelai, hingga susu asam amino, belum ada yang menyamai keunggulan protein susu sapi dari segi efektivitas produksi yang akan mempengaruhi harga jualnya.
“Jadi selama ini, ketika kita bisa ada penggantinya yang setara, boleh saja, tetapi sampai sekarang tidak ada. Jadi, kalau ada yang bilang 'yaudah nggak usah konsumsi (susu) aja' ya rugi, karena kita belum dapat pengganti yang sama,” paparnya.

ASI Tetap Makanan Terbaik untuk Bayi

Moms, penting dipahami bahwa dysbiosis tidak serta merta terjadi pada semua bayi yang terlahir melalui operasi caesar. Sebab risiko dysbiosis pada anak yang lahir caesar bisa dicegah dengan pemberian ASI eksklusif.
ADVERTISEMENT
Ya, ASI memang makanan terbaik untuk bayi. Sebab ASI mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan bayi yang tidak terkandung dalam susu mana pun, seperti protein, lipid, laktosa, prebiotik, HMOS, dan masih banyak lagi. Kandungan ASI bahkan selalu berubah menyesuaikan kebutuhan dan kondisi bayi.
Berbagai komponen dalam ASI seperti HMOS, probiotik, dan synbiotik secara alami disesuaikan dengan kebutuhan anak. Komponen tersebut juga dapat berubah seiring waktu untuk memenuhi kebutuhan setiap anak yang berbeda. HMO merupakan komponen dengan jumlah banyak dan kompleksitas tinggi serta memainkan peran penting dalam mendukung mikrobiota usus dan sistem kekebalan tubuh bayi, yang pada akhirnya menjaga pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.