Ini Alasan Pentingnya Skrining Anemia Defisiensi Besi untuk Ibu Hamil dan Anak!

27 November 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu hamil memeriksakan kandungannya ke dokter saat berpuasa. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil memeriksakan kandungannya ke dokter saat berpuasa. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ibu hamil dan anak-anak masih menjadi kelompok rentan mengalami anemia defisiensi besi. Tanpa penanganan yang tepat, anemia bisa memengaruhi perkembangan janin saat masih di kandungan bahkan hingga setelah dilahirkan lalu bertumbuh besar.
ADVERTISEMENT
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan, sebanyak 38,5 persen atau 1 dari 3 anak di Indonesia berusia di bawah 5 tahun mengalami anemia. Tidak hanya itu, prevalensi anemia pada ibu hamil juga masih tergolong tinggi, yaitu sebanyak 48,9 persen.
Menurut Dokter Spesialis Kandungan, Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG, Subsp. KFM, anemia yang dialami ibu hamil dapat berdampak, tidak hanya pada saat kehamilan berlangsung, tetapi juga ketika anak dilahirkan.
"Kalau anemia pada saat kehamilan bisa menyebabkan anemia pada anak yang dilahirkan. Di mana anak tersebut bisa menjadi remaja yang juga menderita anemia hingga dewasa. Apabila yang dilahirkan perempuan, maka berikutnya akan menjadi ibu, bisa berlanjut," jelas dr. Rima dalam acara 'Peluncuran Inisiatif Kolaborasi Rekomendasi Skrining dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi pada Ibu dan Anak Indonesia' di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (26/11).
ADVERTISEMENT
Terdapat sejumlah risiko yang bisa dialami ibu hamil dengan kondisi anemia saat persalinan, antara lain preeklamsia hingga perdarahan postpartum atau Hemorragic postpartum (HPP). Sementara pada janin, pertumbuhannya bisa terhambat, berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi prenatal, hingga kelahiran preterm atau prematur.
Peluncuran Inisiatif Kolaborasi Rekomendasi Skrining dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi pada Ibu dan Anak di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (26/11/2024). Foto: Ikatan Bidan Indonesia
dr. Rima menjelaskan, angka anemia defisiensi besi pada ibu hamil di Indonesia salah satu penyebabnya adalah tidak mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat.
"Kalau bicara penyebab anemia defisiensi besi sebenarnya banyak. Untuk kehamilan fisiologis, terjadi peningkatan sel darah merah tapi asupannya tidak adekuat. Ini salah satu yang terbanyak di Indonesia. Karena kita banyak makanan sumber besi yang non-heme, yang absorbsinya lebih rendah dibandingkan heme," ungkap dokter yang praktik di RS Bunda Jakarta itu.
ADVERTISEMENT
Bila kebutuhan zat besi tidak tercukupi selama kehamilan, maka bisa menurunkan hemoglobin (Hb) atau protein yang terdapat pada sel darah merah. Namun, dr. Rima menjelaskan, bisa saja Hb ibu hamil hasilnya normal, tetapi sebenarnya cadangan besi di dalam tubuhnya rendah.
Padahal, selama kehamilan, kebutuhan zat besi bagi ibu bertambah terutama di trimester 1 dan trimester 3.
"Makanya, butuh edukasi pentingnya 0zat] besi dari trimester 1. Kalau penyerapan itu trimester 2-3 itu paling banyak, transfernya paling banyak ke janin di trimester 3. Kalau bayi lahir preterm, di bawah 32 minggu, kelak risiko anemia paling besar karena transfer [darah] paling banyak di trimester 3," tutur dia.

Edukasi Lewat Skrining dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi dari Ikatan Bidan Indonesia

Peluncuran Inisiatif Kolaborasi Rekomendasi Skrining dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi pada Ibu dan Anak di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (26/11/2024). Foto: Ikatan Bidan Indonesia
Nah Moms, berkaca dari masih tingginya angka anemia defisiensi besi pada kelompok ibu hamil dan anak, Ikatan Bidan Indonesia menggelar workshop 'Peluncuran Inisiatif Rekomendasi Skrining dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi pada Ibu dan Anak Indonesia'. Tujuannya adalah meningkatkan peran bidan dalam melakukan skrining serta pencegahan anemia defisiensi besi, dengan sasaran para calon ibu.
ADVERTISEMENT
Sehingga, bidan tidak hanya bertugas untuk memberikan pelayanan kepada kesehatan ibu dan anak. Tetapi, juga bisa memberikan edukasi dan skrining rutin tentang berbagai risiko yang mungkin dialami, termasuk anemia defisiensi besi.
"Betapa pentingnya peran bidan yang sebagai salah satu tenaga kesehatan, garda terdepan, ketika ketemu calon ibu hamil. Peran bidan yaitu skrining dan deteksi anemia pada calon ibu," kata Ketua Umum IBI, Dr. Ade Jubaedah, SSiT., MM., MKM.
Sementara itu, beberapa peran bidan untuk melakukan skrining anemia defisiensi besi, menurut dr. Rima, yaitu:
- Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
- Ukur tekanan darah
- Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
- Ukur tinggi fundus uteri/tinggi rahim
- Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
ADVERTISEMENT
- Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus bila diperlukan
- Beri tablet penambah darah
- Tes atau periksa laboratorium (Hb, golongan darah, protein urine, gula darah)
- Tata laksana atau penanganan kasus
- Konseling