Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
23 Ramadhan 1446 HMinggu, 23 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ya Moms, respons ini terjadi karena ada serangkaian aktivitas di otak yang membuat pikiran Anda akan langsung terpusat pada bayi yang menangis. Kok bisa?
Sebelum dibahas lebih jauh pada manusia, ternyata peneliti pernah melakukan sebuah penelitian yang melibatkan hewan tikus, khususnya tikus induk. Penelitian yang diterbitkan pada Nature mengungkap menambah hormon oksitosin ke otak induk tikus mengubah cara mereka memproses suara tangisan anak hewan lain, --dalam penelitian ini melibatkan anak tikus. Bahkan, induk tikus belajar mengenali dan menanggapi suara-suara tersebut.
Motherly melansir, peneliti senior dalam penelitian ini, Robert Froemke, mengungkapkan bahwa hormon oksitosin tampaknya meningkatkan kepekaan terhadap suara anak Anda, yang menangis karena mungkin sedang mengalami kesulitan. Froemke menjelaskan, oksitosin memperkuat cara korteks pendengaran dalam memproses tangisan bayi Anda sendiri.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, hal yang sama tampaknya telah berlaku pada tikus betina, sama halnya dengan manusia: Suara tangisan bayi membangkitkan rasa urgensi yang besar.
Nah Moms, ketika mendengar bayi menangis, reaksi fisiologis memungkinkan kita langsung mengembangkan perilaku secara cepat dan diandalkan. Seiring berjalannya waktu, ibu pun akan semakin memahami arti tangisan bayi, dan bagaimana kita perlu meresponsnya.
"Ketika bayi menangis, [sebagai orang tua, kita] tidak tahu apa yang benar-benar akan berhasil. Kita mungkin mencoba banyak hal. Mengganti popok, memberi makan bayi. Akhirnya, kita mempelajari keterampilan mengasuh anak karena kita terlibat di dalam semua aspek. Bayi itu benar-benar bergantung pada kita untuk merawatnya," ungkap Froemke.
Sehingga, para peneliti yakin bahwa perubahan hormonal di otak inilah yang membuat seorang ibu jadi lebih waspada terhadap suara tangisan anaknya.
ADVERTISEMENT
Otak Ibu Lebih Peka dengan Tangisan Bayi
Bila dibandingkan dengan pria atau hewan jantan, kelompok ini sebenarnya tetap bisa langsung merespons tangisan bayi, tetapi reaksi kimia otaknya sedikit berbeda.
"Oksitosin ekstra tidak mempercepat reaksi terhadap tangisan anak anjing pada tikus jantan, seperti yang terjadi pada tikus betina," ujar Froemke.
"Ada perbedaan dalam hal kepekaan [pada ayah] terhadap oksitosin. Kami pikir itu mungkin karena sistem oksitosin sudah [di batas] maksimal," lanjut dia.
Namun, jika dikaitkan dengan otak orang tua manusia, ada lebih banyak bukti yang menunjukkan perbedaan respons tangisan bayi antara otak pria dan wanita.
Sebuah studi yang dipublikasikan di NeuroReport mengamati otak 18 pria dan wanita yang mendengar suara tangisan bayi saat berada di mesin pemindai otak. Aktivitas otak wanita menunjukkan kewaspadaan langsung, sedangkan aktivitas otak pria tidak berubah.
ADVERTISEMENT
Studi tersebut menunjukkan perbedaan gender dalam cara kita memproses suara bayi, yang salah satunya ketika orang tua sedang tertidur. Banyak ayah yang mengungkapkan mereka tidak bisa tidur saat bayi menangis.
"Orang tua juga perlu tidur. Tetapi, suara [bayi] langsung menembus otak kita, suara yang langsung menyentuh sesuatu begitu dalam. Sehingga, kita [ibu] dapat segera terbangun dari tidur lelap, melompat dari tempat tidur, dan mengurus bayi," tutup dia.