ISPA dan Pneumonia di Indonesia Meningkat di Tengah Kasus Myclopasma China

30 November 2023 14:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak dan ibu pakai masker cemas. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak dan ibu pakai masker cemas. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kemenkes memastikan saat ini pneumonia misterius alias mycoplasma pneumonia yang berasal dari China tidak terdeteksi di Indonesia. Mycoplasma juga bukan virus baru seperti COVID-19, sebab penyakit ini disebabkan oleh bakteri.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi, mycoplasma merupakan bakteri yang umum jadi penyebab penyakit pernapasan sejak sebelum pandemi COVID-19. Di China, mycoplasma memang menjadi kasus terbanyak penyebab pneumonia, terutama pada anak.
Kini tak hanya China, India dan Belanda juga sedang menghadapi kasus serupa. Adapun gejala pneumonia tersebut meliputi demam, radang paru-paru tanpa batuk, hingga bintil paru atau benjolan di paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi di masa lalu.
Di negara-negara 4 musim tersebut, khususnya di China, peningkatan kasus pneumonia lazim terjadi saat memasuki musim dingin dan biasanya hanya perlu diberi antibiotik. Namun kali ini peningkatan jumlah pasien dilaporkan melonjak drastis.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia?
ADVERTISEMENT

Tren Peningkatan Kasus ISPA dan Pneumonia di Indonesia

com-Ilustrasi anak mengalami masalah pernapasan. Foto: Shutterstock
Ya Moms, sebetulnya penyakit pernapasan juga sedang meningkat di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Terlebih polusi udara di sejumlah kota di Tanah Air memang memburuk, terutama di Jakarta.
Meski bakteri mycoplasma belum terdeteksi di Indonesia, berdasarkan data Kemenkes, terjadi peningkatan tren Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan pneumonia secara umum di beberapa provinsi.
"Setelah pandemi selesai, masyarakat yang sakit sudah mulai datang lagi ke fasilitas kesehatan dengan gejala-gejala mirip COVID-19, seperti influenza dan segala macam. Trennya memang di semua provinsi terlihat ada peningkatan," tutur Imran dalam webinar bersama Kemenkes, Rabu (29/11).
Kemenkes juga menjelaskan provinsi dengan kasus ISPA tertinggi di Indonesia sejak Januari-September 2023 berdasarkan data rutin yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2PM) Kemenkes. Data ini diambil dari puskesmas dan rumah sakit. Provinsi itu adalah:
ADVERTISEMENT
1. Jawa Tengah: 2,5 juta kasus
2. Jawa Barat: 2 juta kasus
3. DKI Jakarta: lebih dari 1 juta kasus
"Dilihat dari kasus pneumonia, jadi beda, ya, ISPA dengan pneumonia, kalau pneumonia itu penyakit yang sudah masuk ke paru-parunya, di sini yang paling banyak adalah Jabar. Dan secara tren, ini tampak tinggi di awal tahun, kemudian berangsur-angsur menurun, sampai Oktober-November 2023 ini paling rendah jumlahnya dari bulan-bulan sebelumnya," paparnya.
Kemudian jika dilihat dari incidence rate-nya atau jumlah kasus per 100 ribu orang, yang paling tinggi insidennya adalah DKI Jakarta, baik ISPA maupun pneumonia. Peningkatan ini terjadi saat polusi udara tinggi sekitar bulan September-Oktober.
Moms, tak perlu panik setelah melihat data tersebut, ya. Namun pastikan selalu menerapkan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) sesuai anjuran Kemenkes untuk mencegah penularan berbagai macam penyakit.
ADVERTISEMENT