Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain sebagai media pencatatan, buku KIA juga digunakan sebagai media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) bagi ibu hamil dan balita untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin. Menurut data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan sebanyak 75,2 persen ibu hamil dan 65,9 persen balita (0-59 bulan) memiliki buku KIA.
Meski angka kepemilikan buku KIA cukup tinggi, rupanya kita masih menghadapi tantangan tersendiri, yaitu penggunaan buku KIA yang masih belum optimal. Sehingga dibutuhkan adanya edukasi kepada masyarakat akan pentingnya penggunaan buku KIA untuk membantu orang tua memantau kesehatan dan tumbuh kembang anak. Hal ini disampaikan oleh Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, Drg. Kartini Rustandi, M. Kes, dalam acara webinar yang diselenggarakan oleh Danone Tirta Investama dan Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI, pada Kamis (29/7).
ADVERTISEMENT
“Kami melihat ternyata pemanfaatan buku KIA di masyarakat hingga saat ini masih belum sesuai harapan. Persoalan lainnya, yaitu pandemi membuat akses terhadap layanan kesehatan seperti di puskesmas atau klinik, rumah bersalin, klinik kesehatan keliling, dan pusat pengobatan tradisional kurang memadai. Untuk itulah, kami melakukan kerja sama dengan berbagai pihak agar edukasi pemanfaatan buku KIA bisa sesuai sasaran, sehingga orang tua dapat memantau perkembangan anak balita dengan baik,” jelas Kartini.
Pentingnya Buku KIA untuk Memantau Tumbuh Kembang Anak
Menurut Kartini, di masa pandemi ini, pelayanan gizi dan kesehatan lebih diprioritaskan kepada kelompok balita dan ibu hamil serta ibu menyusui yang lebih berisiko. Pada sasaran berisiko ini, sebaiknya pelayanan tetap dilakukan dengan janji temu, namun tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.
ADVERTISEMENT
“Misalnya pelayanan kesehatan di posyandu bisa menyesuaikan dengan kebijakan setempat. Jika posyandu tidak buka, orang tua dianjurkan untuk melakukan pemantauan secara mandiri dengan buku kesehatan ibu dan anak (KIA),” lanjut Kartini.
Hal ini juga disetujui oleh Koordinator Poksi Kesehatan Balita dan Anak Usia Prasekolah dr. Ni Made Diah, P.L.D., MKM yang hadir dalam acara tersebut. Ia mengatakan bahwa, agar kapasitas keluarga dalam memonitor perkembangan kesehatan ibu dan anak secara mandiri dapat berlangsung optimal, perlu adanya penguatan edukasi untuk mendukung pemanfaatan buku KIA. Terutama dalam kelengkapan pengisiannya oleh orang tua selama masa pandemi agar kesehatan dan tumbuh kembang anak tetap terpantau setiap harinya.
“Setiap informasi tentang kesehatan dan catatan khusus adanya kelainan pada ibu serta anak harus dicatat di dalam buku KIA. Apabila mengalami kesulitan, orang tua bisa berkonsultasi kepada tenaga kesehatan melalui layanan telekonsultasi sebelum janji temu,” kata Diah.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, pemantauan kesehatan dan tumbuh kembang anak melalui buku KIA dirasa sangat penting. Hal ini akan membantu orang tua untuk lebih cepat mengetahui apabila terdapat gangguan atau penyimpangan terhadap tumbuh kembang si kecil. Dengan begitu, anak akan lebih cepat mendapatkan perawatan dan meminimalkan risiko yang ada.
Penulis: Hutri Dirga Harmonis