Chapter-2---Jenis-Vaksin.jpg

Jenis, Manfaat dan Jadwal Pemberian Imunisasi untuk Anak

29 Januari 2020 14:30 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jenis, Manfaat dan Jadwal Pemberian Imunisasi untuk Anak Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Jenis, Manfaat dan Jadwal Pemberian Imunisasi untuk Anak Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Moms, sudahkah Anda tahu tujuan dari pemberian vaksin atau imunisasi? Tak lain untuk melindungi seseorang atau sekelompok masyarakat terhadap satu penyakit tertentu.
ADVERTISEMENT
Bicara soal melindungi, umumnya anak jadi prioritas kita. Siapa sih, yang tak ingin anaknya selalu sehat dan terlindungi?
Sayangnya, masih banyak anak yang tidak mendapat imunisasi karena orang tua tidak mengenali jenis-jenis imunisasi dan manfaatnya.
Bisa juga, anak tidak mendapat imunisasi sesuai jadwal yang sudah ditetapkan berdasarkan rekomendasi WHO dan organisasi profesi yang berkecimpung dalam imunisasi setelah melalui uji klinis.
Ilustrasi anak akan mendapat imunisasi Foto: Shutterstock
Padahal pada bayi baru lahir hingga berusia 1 tahun, imunisasi dasar wajib dipenuhi untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit yang berbahaya pada awal masa anak.
Saat anak berusia 1-4 tahun, imunisasi ulangan bertujuan untuk memperpanjang masa kekebalan imunisasi dasar tersebut. Masa ini juga berfungsi untuk melengkapu imunisasi yang belum lengkap (catch up immunization). Imunisasi diulang pada usia sekolah (5-12 tahun) dan usia remaja 13-18 tahun sambil melengkapi imunisasi.
ADVERTISEMENT
Jadi, apa saja jenis-jenis imunisasi yang wajib dan disarankan mulai dari bayi baru lahir hingga anak berusia remaja menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)?
Berikut daftarnya:
Jenis imunisasi sesuai usia anak

1.Imunisasi Hepatitis B (HB)

Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah anak lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya.
Setelah itu anak perlu mendapat imunisasi hepatitis B lagi pada usia 2, 3 dan 4, umumnya digabung dengan imunisasi DPT dan Hib dalam vaksin DPT-HepB-Hib.
Apabila anak belum pernah mendapat imunisasi hepatitis B pada masa bayi, ia bisa mendapat serial imunisasi kapan saja saat berkunjung. Hal ini dapat dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.
ADVERTISEMENT

2.Polio

vaksin polio. Foto: Shutterstock
Anak perlu mendapat imunisasi polio untuk mencegah kelumpuhan akibat serangan virus polio liar yang menyerang sel-sel syaraf di sumsum tulang belakang. Virus ini sangat berbahaya karena dapat menyerang otak yang menyebabkan kelumpuhan pada seluruh tubuh bahkan kematian.
Vaksin polio diteteskan ke dalam mulut bayi saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia 2, 3, 4 bulan sesuai program pemerintah). Vaksin ini disebut OPV yang merupakan singkatan dari Vaksin Polio Oral.
Selain tetes, ada juga ada juga vaksin polio suntik (IPV) yang diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun.
Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan mengulang pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal, tidak peduli berapa pun interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.
ADVERTISEMENT

3.Imunisasi BCG

Imunisasi untuk anak. Foto: Shutterstock
Disuntikkan dikulit lengan atas kanan saat bayi berumur 1-2 bulan, imunisasi BCG diberikan untuk mencegah tuberkulosis (Tbc) berat pada paru, otak, kelenjar getah bening dan tulang yang bisa menimbulkan sakit berat yang lama, kecacatan, bahkan kematian.
Kita perlu tahu, Indonesia saat ini merupakan negara ke-3 tertinggi di dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan Tiongkok, Moms! Maka jelas, imunisasi ini penting sekali.
Imunisasi BCG umumnya menimbulkan benjolan kemerahan yang kemudian pecah, keluar seperti nanah pada area bekas suntikan setelah satu bulan. Namun tak perlu khawatir, selama bayi tidak mengalami nyeri dan demam, ini adalah reaksi yang wajar dan tidak berbahaya.

4.Imunisasi DPT atau DpaT

ilustrasi 3D bakteri Bacteria Bordetella Pertussis Foto: Shutterstock
Imunisasi DPT atau DpaT dilakukan untuk mencegah 3 penyakit yaitu Difteri, Pertusis dan Tetanus. Vaksin DPT atau DPaT disuntikkan di paha saat bayi berumur mulai 2 bulan, dilanjutkan pada umur 3-4 bulan, 4-6 bulan, dan 18-24 bulan.
ADVERTISEMENT
Imunisasi ini dapat digabung dengan pemberian vaksin Hepatitis B dan Hib. Setelah memasuki usia 5-6tahun, anak kembali melakukan vaksinasi di lengan dengan vaksin DT, 10-12 tahun dan 18 tahun dengan vaksin Td.
Vaksin DT dan Td tidak mengandung vaksin untuk Pertusis, dan dosis antigen D dan T lebih rendah, disesuaikan dengan pola penyakit dan kekebalan anak usia tersebut.
Sedangkan vaksin DTPa (aseluler) berisi bakteri pertusis yang tidak utuh dan hanya mengandung sedikit antigen yang dibutuhkan saja, sehingga jarang menimbulkan reaksi tersebut. Karena proses pembuatan DTPa lebih rumit, maka harganya jauh lebih mahal.
Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapa pun interval keterlambatannya, jangan mengulang dari awal, tetapi lanjutkan imunisasi sesuai jadwal. Bila anak belum pernah diimunisasi dasar pada usia <12 bulan, lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik jumlah maupun intervalnya.
ADVERTISEMENT
Bila pemberian DPT ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, pemberian ke-5 paling cepat diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun, pemberian ke-5 tidak diperlukan lagi.

5.Imunisasi Hib dan Pneumokokus

Ilustrasi imunisasi untuk anak Foto: Shutterstock
Kedua vaksin ini bertujuan untuk mencegah serangan kuman Hib dan pneumokokus yang mengakibatkan radang paru (pneumonia), radang telinga tengah dan radang otak (meningitis) yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan. Vaksin Hib dan Pneumokokus disuntikkan saat anak berumur 2, 4, 6, dan 15 bulan.
Vaksin Hib digabung dengan vaksin DPT atau DpaT, vaksin pneumokokus terpisah. Radang paru atau radang otak karena kuman pneumokokus, hanya bisa dicegah dengan vaksin pneumokokus tidak bisa dicegah dengan vaksin Hib-HepB-DPT. Demikian pula sebaliknya.
Maka anak yang telah diimunisasi dengan vaksin Hib-HepB-DPT masih bisa diserang radang otak dan radang otak paru oleh kuman pneumokokus, kalau belum diimunisasi pneumokokus. Karenanya imunisasi Hib dan Pneumokokus sama pentingnya.
ADVERTISEMENT

6.Rotavirus

ilustrasi vaksin rotavirus Foto: Shutterstock
Vaksin Rotavirus diteteskan perlahan ke mulut bayi mulai umur 2, 4 (dan 6 bulan), tergantung pada jenis vaksin. Tujuannya untuk mencegah diare berat akibat Rotavirus, yang dapat mengakibatkan bayi muntah mencret hebat, kekurangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, bahkan kematian.
Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam, yaitu Rotateq dan Rotarix.
Vaksin Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan.
Sementara vaksin Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan).
ADVERTISEMENT
Apabila bayi belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena belum ada studi keamanannya.

7. Influenza

Imunisasi influenza dilakukan untuk mencegah serangan virus influenza yang mengakibatkan demam tinggi, batuk pilek hebat, sesak nafas, radang paru, yang dapat menyebabkan kematian.
Vaksin influenza disuntikkan mulai umur 6, 7 bulan, kemudian diulang setiap tahun pada balita, usia sekolah, remaja, dewasa bahkan usia lanjut.
Dosis vaksin influenza diberikan tergantung usia anak. Pada usia 6-35 bulan cukup 0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL.
Pada anak berusia <8 tahun, untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6 minggu, sedangkan bila anak berusia >8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosisi saja.
ADVERTISEMENT

8. Campak-Rubela

Ilustrasi 3D virus campak atau Rubella Foto: Shutterstock
Vaksin campak atau Measles Rubella (MR) disuntikkan mulai usia 9 bulan, 18 bulan dan sebelum masuk SD atau kelas 1 SD. Tujuan imunisasi ini untuk mencegah penyakit Campak dan Rubela.
Virus campak mengakibatkan demam tinggi, batuk, pilek , sesak, radang paru (pneumonia), diare, dan radang otak, sehingga banyak mengakibatkan kematian.
Sedangkan virus Rubela (campak Jerman) menyerang janin sehingga mengakibatkan keguguran atau bayi kelak buta, tuli, keterbelakangan mental dan kebocoran sekat jantung bayi.
Kita juga perlu tahu, Moms, terkadang terdapat program PIN (Pekan Imunisasi Nasional) campak yang bertujuan sebagai penguatan (strengthening). Program ini bertujuan untuk mencakup sekitar 5 persen individu yang diperkirakan tidak memberikan respon imunitas yang baik saat diimunisasi dahulu.
ADVERTISEMENT
Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak: bila saat itu anak berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia >1 tahun, berikan MMR.

9. MMR

ilustrasi vaksin MMR Foto: Shutterstock
Imunisasi MMR untuk mencegah serangan virus MMR, yaitu Mumps. Virus ini dapat mengakibatkan gondongan, mengakibatkan radang buah zakar, mandul, Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman).
Suntikan ini diberikan pada usia 15-18 bulan dengan minimal interval 6 bulan antara imunisasi campak dengan MMR. Lalu, diulang sebelum masuk SD atau kelas 1 SD.
Dijelaskan dalam laman resmi IDAI, imunisasi MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau sesudah penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan dan diulang pada usia 6 tahun, imunisasi campak (monovalen) tambahan pada usia 6 tahun tidak perlu lagi diberikan.
ADVERTISEMENT
Bila imunisasi ulangan (booster) belum diberikan setelah berusia 6 tahun, berikan vaksin campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada prinsipnya, berikan imunisai campak 2 kali atau MMR 2 kali.

10. Imunisasi Cacar Air (Varisela)

Vaksin cacar air disuntikkan mulai umur 1 tahun. Vaksin ini bertujuan untuk mencegah penyakit cacar air yang dapat merusak kulit, mata, menimbulkan diare, kadang-kadang radang paru, dan keguguran bila menyerang janin dalam rahim.

11. Imunisasi HPV (Human Papiloma Virus)

Ilustrasi imunisasi HPV untuk Anak. Foto: Shutter Stock
Imunisasi HPV untuk mencegah kanker leher rahim karena HPV yang menyerang tanpa gejala sejak usia remaja dan akan mengakibatkan kanker leher rahim pada dewasa. Vaksinasi HPV disuntikkan 3 kali pada remaja perempuan mulai umur 10 tahun, dilanjutkan 1-2 bulan dan 6 bulan kemudian. Untuk program UKS di beberapa provinsi disuntikkan 2 kali dengan jarak 6 bulan.
ADVERTISEMENT

12. Imunisasi JE (Japanese B Encephalitis)

Vaksin JE disuntikkan pada bayi dan anak yang tinggal di daerah endemis JE mulai umur 1 tahun, diulang 1 kali setelah 1-2 tahun kemudian. Atau yang bepergian lebih dari 1 minggu di daerah endemis, mulai umur 1 tahun.
Gunanya? Untuk mencegah radang otak oleh virus JE yang ditularkan oleh gigitan nyamuk, Moms. Beberapa daerah endemis JE yang ada di Indonesia pada 2014-2016 adalah Bali, Kalbar, NTT, DIY, Sulut, DKI Jakarta, Batam.

13. Imunisasi Dengue

ilustrasi nyamuk mengancam kesehatan anak Foto: Shutterstock
Imunisasi Dengue bertujuan untuk mencegah sakit berat oleh infeksi virus dengue (demam berdarah dengue, dengue syok sindrom). Imunisasi ini disuntikkan pada anak yang pernah terinfeksi virus dengue umur 9–16 tahun, sebanyak 3 kali dengan jarak 6 bulan.
ADVERTISEMENT
Dari semua jenis imunisasi di atas, terdapat beberapa jenis imunisasi wajib yang menjadi program nasional, Moms. Yaitu imunisasi Hepatitis B, polio, BCG, DOT-Hib, MR, DT dan Td.
Semua imunisasi wajib tersebut telah didanai pemerintah, sehingga Anda bisa mendapatkannya secara gratis di setiap posyandu ataupun puskesmas.
Imunisasi untuk anak. Foto: Shutterstock
Sedangkan imunisasi Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, JE-B, MMR, Demam Tifoid, Cacar Air, Hepatitis A, dan HPV adalah imunisasi yang disarankan dan belum disubsidi oleh pemerintah. Meski begitu, bukan berarti imunisasi tersebut tidak penting.
Kepada kumparanMOM Prof. DR. dr. Soedjatmiko , SpA (K), Msi. mewakili Satgas Imunisasi IDAI menjelaskan, vaksin yang disarankan juga sama pentingnya dengan vaksin wajib yang didanai oleh pemerintah karena terbukti dapat mencegah sakit berat, cacat, dan kematian.
ADVERTISEMENT
Jadi jangan lupa lengkapi imunisasi si kecil ya, Moms!
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten