Kadar Timbal Darah Anak di RI Tinggi, Apa yang Pemerintah Akan Lakukan?

14 Desember 2024 16:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi memeriksa kadar timbal cat di Jakarta, Rabu (30/10).  Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi memeriksa kadar timbal cat di Jakarta, Rabu (30/10). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Timbal merupakan salah satu logam berat yang bisa menimbulkan dampak serius pada orang-orang yang terpapar. Anak-anak menjadi salah satu kelompok yang rentan terpapar timbal, dan kemungkinannya bisa 4-5 kali lebih banyak tubuh anak menyerap timbal dibandingkan orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Dalam data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) pada tahun 2019 memperkirakan sebanyak 8,2 juta anak Indonesia memiliki kadar timbal darah (KTD) di atas 5 mikrogram per desiliter (μg/dL), yang merupakan batas aman dari yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Bahkan, 3,3 persen anak yang diteliti sampai membutuhkan terapi medis.
Data juga menunjukkan sekitar 14 persen anak di antara jumlah tersebut memiliki kadar timbal darah di atas 20 µg/dL. Dampaknya, anak-anak tidak hanya mengalami anemia, tetapi juga berisiko mengalami keterlambatan tumbuh dan kembang.
Tidak hanya bagi anak-anak, bahaya paparan timbal juga bisa mengenai ibu hamil. Ya Moms, ibu hamil dengan kadar timbal darah  ≥ 18,05 µg/dL memiliki risiko 2,9 kali lebih besar terkena anemia, jika dibandingkan ibu hamil dengan kadar timbal darah rendah.
ADVERTISEMENT

Dari Mana Saja Sumber Paparan Timbal?

Timbal (Pb) adalah elemen kimia yang berwarna abu-abu kebiruan dan banyak ditemukan di alam. Dan yang belum banyak diketahui, timbal berada sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Sejumlah anak bermain di RPTRA Meruya Selatan, Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Anak-anak dengan KTD yang tinggi rupanya bisa dipengaruhi oleh orang tuanya yang juga memiliki KTD tinggi. Cemaran timbal bisa berasal dari aktivitas industri maupun di lokasi-lokasi terbuka yang bisa diakses oleh siapa pun, contohnya adalah taman bermain anak.
Berikut adalah sumber paparan timbal yang perlu Anda ketahui:
ADVERTISEMENT

Surveilans Kadar Timbal Darah (SKTD) oleh Pemerintah untuk Memantau Paparan Timbal pada Anak

Mengingat bahaya timbal yang masih belum banyak dipahami masyarakat, serta dampaknya yang bisa memengaruhi kesehatan anak-anak, maka pemerintah lewat Kementerian Kesehatan dan sejumlah pemangku kepentingan lain akan menggelar Surveilans Kadar Timbal Darah (SKTD).
Kick Off Piloting Surveilans Kadar Timbal Darah pada Anak. Foto: Nabila Fatiara/kumparan
Piloting SKTD tahap pertama akan dimulai Januari-Juli 2025 di enam provinsi di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Pemantauan paparan timbal pada anak-anak akan menggunakan sampel yang mewakili wilayah yang lebih luas untuk menyelidiki potensi paparan timbal di rumah. Dan dalam kunjungan ke rumah-rumah nanti akan diambil sampel berupa debu, tanah, air, dan barang sehari-hari untuk diukur kadar timbalnya.
Lewat SKTD, Direktur Penyehatan Lingkungan Ditjen P2P Kemenkes, dr. Anas Ma'ruf, MKM, berharap nantinya bisa membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan dalam pengendalian paparan timbal.
ADVERTISEMENT
"Timbal berpengaruh pada perkembangan dan kecerdasan anak, serta gangguan metabolik dan lain-lain, termasuk juga pada orang tua bisa menjadi salah satu faktor penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan kesehatan. Tentu kita ingin mengetahui baseline data, sehingga kita punya gambaran berapa sesungguhnya anak2-anak yang terpapar timbal. Kemudian juga akan ada rekomendasi, termasuk semuanya apa yang harus kita lakukan," tutur Anas dalam acara Kick-Off Surveilans Kadar Timbal Darah (SKTD) di Hotel Wyndham, Jakarta Selatan, Jumat (13/12).
Menurut epidemiolog dari Vital Strategies, Edwin Siswono, SKTD dilakukan dalam upaya mengumpulkan informasi yang nantinya akan digunakan para pemangku kebijakan untuk membuat kebijakan yang efektif dan efisien dalam mengurangi paparan timbal.
"Mengetahui sumber timbal dan siapa yang paling rentan terhadap paparan adalah salah satu langkah awal untuk mengurangi paparan timbal. Data yang dikumpulkan dari SKTD akan menunjukkan sejauh mana kadar timbal pada anak-anak di Indonesia," ujar Edwin.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Direktur Yayasan Pure Earth Indonesia, Budi Susilorini, mengungkapkan pentingnya SKTD untuk membantu para orang tua memahami tentang timbal dan berbagai dampak bahaya yang dihasilkan. Sehingga, orang tua dapat segera mengambil tindakan pencegahan agar tumbuh kembang anak tetap optimal.
"Surveilans kadar timbal darah sebagai upaya deteksi dan pencegahan dini. Dan pencegahan ini sifatnya dari hulu ke hilir termasuk apa saja sumber potensi timbal, di lokasi mana aja, sehingga nanti bisa dilakukan intervensi yang berbasis ilmiah dan data," tegas Budi.
Nantinya, saat surveilans dilakukan, pihaknya juga akan membantu melakukan sosialisasi kepada orang tua yang khususnya akan menjadi subjek pengambilan sampel, lewat kader-kader posyandu hingga materi dalam bentuk poster maupun video edukasi. Sehingga, sosialisasinya diharapkan akan sampai dengan baik kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam SKTD tahap pertama, Kemenkes bekerja sama dengan Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Vital Strategies, serta Yayasan Pure Earth Indonesia. Setelah data dikumpulkan, diharapkan pada Oktober 2025 hasilnya bisa diberikan kepada pemerintah dan stakeholder terkait untuk selanjutnya dijadikan acuan untuk kebijakan yang akan datang.