Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kapan Orang Tua Harus Mulai Bahas Konsumsi Alkohol dengan Anak?
29 Agustus 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 5 menitPembicaraan soal minuman beralkohol merupakan topik sensitif tetapi penting untuk dibahas. Pasalnya, jika tidak dibicarakan dengan jelas, anak mungkin akan mencari tahu sendiri dan justru mendapat informasi yang salah.
Ya, ini sama tricky-nya seperti membahas edukasi seksual. Jadi, jangan sampai si kecil mencari tahu topik soal minuman beralkohol tanpa dampingan orang tua. Demikian pula dengan topik ini, banyak orang tua—yang mengonsumsi alkohol maupun yang tidak— yang merasa kebingungan untuk memulai penjelasan mereka.
Ini dapat membuat anak terlambat tahu, salah memahami, tidak terinformasi sama sekali, atau bahkan tertarik mencoba mengonsumsi minuman beralkohol sebelum usia 21 tahun. Tentu Anda tidak ingin ini terjadi, kan?
Agar si kecil paham lebih dini terkait dampak dari konsumsi alkohol di usia muda dan membuat pilihan yang tepat, ini beberapa saran langkah yang perlu dilakukan.
Poin Penting Diskusi Alkohol dengan Anak
1. Gunakan bahasa yang sesuai
Menekan dan memberikan ketakutan bukan cara yang disarankan oleh banyak lembaga. Dilansir American Academy of Pediatrics (AAP), orang tua disarankan untuk bicara soal alkohol sedini mungkin dan secara terang-terangan. Tapi tentu saja, harus sesuai dengan usia dan pengetahuan anak.
AAP juga menyarankan, ada baiknya orang tua membicarakan alkohol sejak anak usia 9 tahun dan dimulai dengan bahasa yang ringan. Anda bisa memulai pertanyaan dari apakah teman-teman membicarakan alkohol?; apakah pendapatnya tentang alkohol; apa perasaan saat melihat seseorang mengonsumsi alkohol?
Waktu paling tepat untuk bicara soal ini biasanya saat mengerjakan urusan rumah atau sesudah makan bersama. Usahakan pembicaraan dibuat senatural mungkin dan tidak menekan.
2. Jelaskan dengan jujur
Di Indonesia, konsumsi minuman beralkohol untuk anak di bawah umur memang lebih rendah dibanding rata-rata negara Asia Tenggara lainnya. Data BPS pada 2022 mencatat, konsumsi alkohol di Indonesia (15 tahun ke bawah) sebesar 0,33 liter per kapita.
Sebagai perbandingan, di Thailand usia legal untuk konsumsi alkohol adalah 20 tahun ke atas. Meski begitu, ternyata ada 45 persen orang yang mulai minum alkohol sejak usia 13-14 tahun. Melansir Global Status Report on Alcohol and Health (2018), jumlah remaja Thailand yang konsumsi alkohol adalah yang yang paling tinggi di Asia Tenggara. Angkanya mencapai 27, 3 persen.
Center for Indonesia Policy Studies dalam penelitiannya yang berjudul Di Bawah Umur dan Ilegal (Konsumsi Alkohol dan Risiko Kesehatannya Bagi Anak-anak Muda) menemukan, sebanyak 48 persen mahasiswa di Bandung sudah konsumsi alkohol sejak SMA (15-17 tahun), sejak SMP (13-15 tahun) 20 persen, dan sejak SD (6-12 tahun) 12 persen.
Meski data di Indonesia masih terbatas, ini bukan berarti orang tua boleh lengah dalam mengedukasi anak. Karenanya, Anda perlu menjelaskan secara jujur alasan anak tidak diizinkan mengonsumsi alkohol sebelum waktunya.
Central for Disease Control and Prevention, sebuah institusi kesehatan, dari Amerika Serikat, menjelaskan, anak dan remaja yang sudah konsumsi alkohol dapat mengalami beberapa masalah seperti:
Risiko ini lebih besar dialami anak yang mengonsumsi alkohol di bawah batas umur legal dibanding mereka yang tidak. Poin-poin ini bisa Anda jelaskan kepada anak secara jujur agar mereka paham risikonya.
3. Beri anak kesempatan bertanya
Seperti belajar banyak hal lainnya, alkohol mungkin jadi “barang baru” bagi anak. Selama berbincang, mereka mungkin akan bingung. Tugas orang tua adalah memberikan kesempatan untuk bertanya.
Biarkan anak bertanya hal-hal yang ingin ia ketahui. Jika ada pertanyaan sulit dan belum diketahui, ada baiknya hadirkan momen diskusi bersama. Namun, Anda disarankan untuk riset dan belajar terlebih dahulu agar bisa menjelaskan dengan baik.
Usahakan tidak menghakimi pertanyaan anak seperti “Kamu tahu dari mana? Kamu sudah pernah minum alkohol, ya?”. Ucapan semacam ini justru menutup kemungkinan anak berani berbicara dan terbuka pada orang tua.
4. Beri tahu soal batasan dan aturan
Sebagian orang tua Indonesia memilih untuk mengonsumsi alkohol dan sebagian lagi tidak. Jadi, paparkan batasan konsumsi alkohol yang masuk akal kepada anak sesuai dengan nilai yang dianut oleh keluarga.
Di fase ini, Anda perlu menjelaskan lebih detail soal cara kerja dan efek alkohol pada tubuh seseorang. Karenanya, meski orang dewasa meminum alkohol, ada batasan yang perlu diikuti. Hal ini penting agar anak paham batasan konsumsi alkohol ketika sudah memasuki usia dewasanya.
5. Edukasi legal drinking age
Anak usia 11 hingga 18 tahun biasanya sangat mudah terpengaruh oleh orang sekitarnya. Lingkungan pertemanan yang salah bisa saja memberikan peer pressure. Jika semua orang yang dekat dengannya atau yang ia kagumi tampak meminum alkohol, anak mungkin merasa terpacu untuk mencobanya. Parahnya, ada saja kondisi anak dipaksa untuk meminum alkohol.
Jadi, orang tua perlu menjelaskan batas usia legal (legal drinking age) seseorang mengonsumsi alkohol. Di Indonesia, seseorang diperbolehkan minum alkohol setelah masuk usia 21 tahun. Beberapa negara lain mungkin punya batas usia yang lebih kecil atau lebih besar. Anda perlu menjelaskan hal ini.
Dilansir Mother Against Drunk Driving (MADD), batasan usia ini ditetapkan karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa reaksi anak muda terhadap alkohol berbeda-beda. Remaja dua kali lebih cepat merasakan dampak konsumsi alkohol dibandingkan orang dewasa, tetapi lebih sulit mengetahui kapan harus berhenti.
Jangan lupa untuk menjelaskan beberapa perbedaan budaya—-baik di Indonesia dan dengan masyarakat global—soal konsumsi minuman beralkohol.
Ya, Anda perlu memberikan edukasi sejak dini terkait konsumsi minuman beralkohol kepada anak agar ia tidak terjebak pada informasi yang salah. #21dulu
Artikel ini merupakan bagian dari program edukasi yang dibuat oleh kumparan Studio dan didukung oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk