Kecerdasan Anak: Apa Bedanya IQ, EQ, dan SQ?

1 Mei 2018 17:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak membaca.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak membaca. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Pengertian cerdas sebenarnya sangat beragam. Tapi biasanya, untuk mengukur kecerdasan anak, orang tua akan mengajak si kecil untuk mengikuti tes IQ.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, tes IQ merupakan hasil pengukuran dari kecerdasan kristal, yaitu kecerdasan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan pengalaman hidup. Meski begitu, kecerdasan anak tak serta merta hanya ditentukan dari skor tes IQ saja lho.
Selain Intellegence Quotient (IQ), ternyata ada dua jenis kecerdasan lainnya yang bisa jadi lebih menonjol pada anak Anda, yaitu Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ).
Lantas, apa bedanya dari ketiga jenis kecerdasan tersebut?
Kecerdasan Intelektual atau Intellegence Quotient (IQ):
Ilustrasi Anak Belajar (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Belajar (Foto: Pexels)
IQ merupakan bentuk kemampuan individu untuk berpikir, mengolah, dan menguasai lingkungannya secara maksimal serta bertindak secara terarah. Kecerdasan ini digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun strategis.
Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ):
Ilustrasi anak bermain. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bermain. (Foto: Thinkstock)
EQ merupakan kemampuan untuk mengenali, mengendalikan dan menata perasaan sendiri dan perasaan orang lain secara mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan orang lain. Kecerdasan ini memberi kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik orang lain, memberi rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat.
ADVERTISEMENT
Kecerdasan Spritual atau Spiritual Quotient (SQ):
Ilustrasi anak bermain (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bermain (Foto: Thinkstock)
SQ merupakan sumber yang mengilhami dan melambungkan semangat seseorang dengan mengikatkan diri pada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu. Kecerdasan ini digunakan untuk membedakan baik dan buruk, benar dan salah, dan pemahaman terhadap standar moral.