Kejang Absans pada Anak, Kondisi Apa Itu?

22 Mei 2024 14:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kejang Absans pada Anak, Kondisi Apa Itu? Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kejang Absans pada Anak, Kondisi Apa Itu? Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tumbuh kembang bayi baru lahir penting menjadi perhatian orang tua. Saat melihat si kecil menunjukkan tanda-tanda sakit, Anda harus waspada, Moms.
ADVERTISEMENT
Gejala sakit yang dialami bayi baru-baru ini diunggah oleh seorang pengguna TikTok @putraadika. Dalam video yang diunggahnya, ia memperlihatkan seorang bayi yang tengah digendong namun matanya terbelalak dan tampak tatapannya kosong.
Bayi dalam video tersebut tampak kaku. Meski sudah diayun-ayun dengan perlahan, ia tetap tidak memberikan respons.
Apa yang terjadi pada bayi itu? Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Aisya Fikritama, Sp.A, bayi yang terlihat dalam video tersebut sedang mengalami kejang absans atau absence seizure.
Kejang absans merupakan suatu kondisi bagian dari epilepsi yang ditandai dengan kejang singkat. Dan ketika penderita mengalaminya, ia akan terlihat tidak responsif maupun tatapan kosong.
"Kondisi ini juga disebut dengan petit mal," kata Dokter Aisya kepada kumparanMOM, Senin (21/5).
Ilustrasi anak sakit. Foto: Shutter Stock
Menurut dr. Aisya, epilepsi merupakan kondisi kejang berulang tanpa sebab. Biasanya, kejang ini dihubungkan dengan faktor genetik dari orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan kejang (seizure) bisa dipicu oleh beberapa penyebab. Misalnya, gangguan elektrolit, sepsis atau infeksi berat, hingga adanya stroke. Namun, kejang absans juga bisa terjadi tanpa ada penyebab pasti.
"Yang jelas ini tidak diprovokasi oleh demam. Jadi ini berbeda dengan kejang demam," tuturnya.
Kejang absans biasanya terjadi selama beberapa detik, namun bisa berulang dalam sehari. Kondisi ini sering terlambat disadari karena gejalanya hanya berupa bayi atau balita yang terlihat terdiam.

Gejala Kejang Absans pada Anak

Ilustrasi anak sakit. Foto: Yaoinlove/Shutterstock
dr. Aisya mengatakan, kejang absans bisa terjadi karena adanya aktivitas listrik yang abnormal di dalam otak. Secara umum, faktor genetik lebih berperan pada kondisi kejang ini. Sementara faktor lainnya adalah hiperventilasi atau terjadi proses pernapasan yang terlalu cepat. Bila tidak segera ditangani, maka bisa berbahaya bagi si kecil.
ADVERTISEMENT
Berikut gejala-gejala yang muncul dari kejang absans:
-Tatapan kosong selama beberapa detik
-Mulutnya mengecap-ngacap
-Adanya gerakan mengunyah
-Menghentikan aktivitas tiba-tiba (tidak bicara, tidak bergerak)
-Ditepuk bahunya tidak ada respons.

Faktor yang Meningkatkan Risiko Terjadinya Kejang Absans

Ada beberapa hal yang memperbesar resiko kejang absans pada anak, antara lain:
-Usia 4-12 tahun
-Perempuan lebih sering mengidap kejang absans daripada laki-laki
-Adanya riwayat trauma kepala
-Riwayat epilepsi di keluarga
Ilustrasi anak sakit. Foto: Shutterstock

Upaya Pencegahan Kejang Absans

Bagi Anda yang anaknya pernah mengalami kejang absans, mungkin kejadian yang lalu menimbulkan kekhawatiran bila terulang lagi. Lalu, bagaimana mencegah kejang absans datang kembali?
Jangan khawatir, dr. Aisya merincikan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kejang absans timbul kembali:
ADVERTISEMENT
-Minum obat epilepsi sesuai anjuran dokter
-Mengenali pencetus kejang sehingga serangannya bisa dihindari
-Cukup tidur di malam hari
-Anak perlu belajar mengelola stres
-Makan makanan yang sehat bergizi
-Berolahraga secara teratur
"Kejang absans jarang terjadi kalau misalnya anaknya sedang sibuk atau fokus pada apa yang dilakukan dan ia menikmati kegiatannya," kata dr. Aisya.
Kejang absans cenderung dapat berlanjut sampai usia dewasa. Namun, pada dasarnya, kejang absans memang dapat dialami semua usia.
Menurut data, 7 dari 10 anak yang mengalami kejang absans dapat diberi obat epilepsi untuk mengontrol gejala kejangnya. Kemudian, terdapat 1 dari 10 anak yang mengalami kejang tipe lain saat dewasa.
Sayangnya, kejang absans bisa mengganggu persoalan belajar anak sekolah ke depannya. Oleh karena itu, orang tua perlu memastikan anaknya mendapatkan penanganan yang tepat. Selain itu, sebagian besar anak bisa bebas kejang selepas masa pubertas bila diobati.
ADVERTISEMENT
"Tapi itu semua tergantung dari kondisi anaknya. Mungkin saja selain kejang absans juga bisa mengalami kejang lainnya, " tutup dr. Aisya.