Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kelahiran Bayi Prematur di AS Naik 12 Persen Dekade Terakhir, Apa Penyebabnya?
9 Februari 2024 14:33 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
National Vital Statistics Report merinci laporan kenaikan kelahiran bayi prematur ini terjadi antara 2014 hingga 2022. Dikutip dari Healthline, dalam kurun 8 tahun tersebut, persentase kelahiran preterm (bayi lahir prematur sebelum 3 minggu) dan early term (lahir antara minggu ke-3 hingga 38 minggu 6 hari) mengalami peningkatan, yakni masing-masing sebesar 12 persen dan 20 persen.
Sementara persentase kelahiran cukup bulan menurun sebesar 6 persen, dan kelahiran terlambat atau lewat bulan (lebih dari usia kehamilan 30 minggu) sebesar 28 persen.
Angka kelahiran prematur, cukup bulan, dan lewat bulan sebenarnya sempat mengalami fluktuasi selama pandemi COVID-19 antara tahun 2020-2022. Namun, setelah pandemi, angka kelahiran prematur justru masih tetap tinggi.
Peneliti sempat kebingungan mencari tahu apa penyebab dari meningkatnya kelahiran prematur. Namun, sebuah penelitian terbaru menemukan bahan-bahan kimia berbahaya yang tersebar di mana-mana kemungkinan berkontribusi dalam peningkatan kelahiran prematur.
ADVERTISEMENT
Apa maksudnya? Simak penjelasannya di bawah ini!
Benarkah Bahan-bahan Kimia Jadi Penyebab Kenaikan Kelahiran Prematur di AS?
Dugaan bahan-bahan kimia menjadi penyebab naiknya kelahiran prematur di AS berdasarkan laporan dari The Lancet Planetary Health, yang diterbitkan pada 6 Februari 2024. Dalam laporan tersebut, diduga ftalat dapat memengaruhi kehamilan seseorang.
Ftalat (phthalatae) adalah salah satu bahan kimia yang biasa dicampur sebagai bahan plastik. Produk-produk tersebut sangat mungkin digunakan sehari-hari, seperti kosmetik, produk perawatan tubuh, hingga sabun.
Beberapa jenis makanan, terutama daging olahan, makanan cepat saji, hingga produk susu juga mengandung zat ini. Sehingga, ftalat bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang dikonsumsi, atau produk perawatan tubuh yang menyerap melalui kulit.
ADVERTISEMENT
Paparan bahan tersebut kemudian dikaitkan peneliti dapat memengaruhi masalah kesehatan, termasuk kanker, obesitas, hngga masalah kesuburan. Paparan bahan kimia tersebut dapat mengganggu hormon juga dapat berdampak pada kesehatan plasenta ibu hamil.
Penelitian tersebut menyatakan, pada tahun 2018, hampir 56.600 kelahiran prematur di AS kemungkinan disebabkan oleh paparan ftalat yang terjadi setiap hari. Karena tingkat kelahiran prematur yang meningkat, maka banyak pihak menilai perlu lebih banyak penelitian untuk memahami dampak bahan kimia tersebuut, terutama terhadap kehamilan dan masalah kesehatan lainnya.
Penyebab Kelahiran Prematur, Apa Saja?
Sebenarnya, laporan CDC tidak mencakup alasan atau indikasi terjadinya kelahiran prematur. Sehingga, penyebab peningkatan tersebut masih belum jelas.
Dalam dunia medis, ada beberapa penyebab kelahiran prematur spontan maupun yang direncanakan, termasuk:
ADVERTISEMENT
1. Kehamilan pada usia yang lebih tua
2. Tidak mendapat perawatan prenatal
3. Kegemukan atau obesitas
4. Hipertensi
5. Punya penyakit penyerta (komorbid)
Dalam beberapa kasus, kelahiran prematur yang direncanakan (iatrogenik) dijadwalkan dengan alasan medis, yakni kondisi ibu atau janin, serta komplikasi kehmailan.
Apalagi jika ibu haml di atas usia 35 tahun, yang semakin meningkatkan risiko penyakit penyerta selama kehamilan seperti hipertensi kronis, diabetes, hingga obesitas.
"Penyakit penyerta, khususnya hipertensi, dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur. Indikasi preeklamsia juga meningkat seiring bertambahnya usia, sehinga sering terjadi kelahiran prematur iatrogenik," jelas dokter kandungan, Dr. Kecia Gaither.
Persalinan prematur juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan bayi baru lahir, yang dapat menyebabkan disfungsi organ tubuh termasuk mata, paru, sistem saraf pusat, hingga kesehatan saluran cerna.
ADVERTISEMENT