Kelebihan dan Kekurangan Bayi Pakai Empeng

10 Agustus 2024 15:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi baru lahir pakai empeng. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi baru lahir pakai empeng. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Empeng merupakan salah satu peralatan bayi yang dipilih sebagian orang tua untuk dijadikan mainan atau bahkan mengurangi kerewelannya. Tetapi, pernahkah Anda berpikir kenapa bayi menyukai empeng atau dot?
ADVERTISEMENT
Dikutip dari The Bump, mengisap adalah refleks primitif dan merupakan salah satu cara bayi menenangkan diri mereka. Ada momen ketika bayi tidak puas setelah mengisap payudara ibunya atau minum susu dari botol. Tetapi, apakah penggunaan empeng aman bagi bayi?
Jawabannya, dikembalikan kepada masing-masing orang tua. Bayi baru lahir memiliki refleks mengisap dasar, yang diaktifkan saat ada sesuatu yang menyentuh langit-langit mulut mereka.
"Saat langit-langit mulut terstimulasi [selama mengisap], maka bayi akan rileks," ucap konsultan laktasi bersertifikat dan pemimpin La Leche League di New York City, Leigh Anne O'Connor, IBCLC.
Empeng adalah dot karet yang terbuat dari silikon atau lateks, serta dirancang untuk memuaskan dorongan mengisap bayi. Dan faktanya, penggunaan dot sebenarnya memungkinkan bayi untuk mengisap lebih cepat, bahkan dua kali isapan per detik, sehingga membantu mereka untuk mengisap dan menenangkan diri lebih cepat.
ADVERTISEMENT
"Dari sudut pandang praktis, dot adalah salah satu alat yang dapat memberikan kedamaian dan ketenangan," kata dokter keluarga di North Carolina, AS, Genevieve Brauning, MD.
Sehingga, tidak heran jika empeng banyak digunakan oleh kebanyakan orang tua di Amerika Serikat. Menurut American Family Physician, sebanyak 75-85 persen bayi menggunakan dot.
Juru bicara American Academy of Pediatrics (AAP), Tanya Altmann, MD, menyebut empeng sudah bisa diberikan kepada bayi ketika usianya sudah 2-6 bulan, atau setelah si kecil sudah mulai rutin menyusu.
Nah, tetapi penggunaan empeng sebenarnya punya kelebihan dan kekurangan tersendiri. Apa saja?

Kelebihan Penggunaan Empeng

Empeng bayi. Foto: Savicic/shutterstock
Selain dapat menenangkan bayi, empeng juga bermanfaat pada beberapa hal ini:
1. Mengurangi Risiko Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SIDS)
ADVERTISEMENT
AAP menganjurkan penggunaan empeng saat tidur siang dan sebelum tidur untuk mengurangi risiko SIDS.
"Hal ini mungkin karena mengisap dapat merangsang pusat pernapasan di otak, atau mengisap empeng membantu menjaga saluran napas mereka terbuka," ucap Altmann.
Namun, Altmann mengingatkan agar jangan memberi pengikat pada empeng, karena dapat menimbulkan bahaya tercekik pada si kecil.
2. Bantu Pemberian ASI dengan Ibu yang Alami Depresi Pascapersalinan
Sebuah penelitian dalam Journal of Human Lactation menunjukkan bahwa ibu yang berisiko tinggi mengalami depresi pascapersalinan lebih berhasil menyusui bila bayi dibantu menggunakan dot atau empeng. Saat bayi belajar menenangkan diri sendiri dengan empengnya, ibu bisa mendapat sedikit waktu lebih banyak untuk beristirahat. Jadi, penggunaan empeng dapat membantu memberikan dukungan emosional bagi ibu dan bayi.
ADVERTISEMENT
3. Alihkan Perhatian
Pada beberapa situasi seperti vaksinasi, merasa sakit pada tubuh, pemberian empeng dapat mengalihkan perhatian si kecil terhadap rasa sakit yang dialami.
4. Bantu Bayi Prematur
Peneliti menemukan bahwa penggunaan empeng pada bayi prematur bisa membantu pertumbuhan mereka. Studi tersebut menunjukkan kemungkinan peningkatan kerja sistem pencernaan pada bayi lahir saat usia kehamilan kurang dari 32 minggu, pada kemampuan mengisap dot untuk pemberian makannya.

Kekurangan Pemakaian Empeng pada Bayi

Empeng bayi. Foto: Empeng bayi/shutterstock
1. Masalah Gigi
Penggunaan empeng jangka panjang dapat memengaruhi bentuk gigi dan mulut, terutama bila Anda telah membiasakan sejak usia bayi hingga balita. Kenapa? karena rahang dan jaringan gusi sangat lentur, dan bila terus-menerus menggunakan empeng pada giginya setelah usia 2-4 tahun, maka dapat menimbulkan masalah gigi, seperti rentan tergigit atau gigitan silang.
ADVERTISEMENT
Dan sebenarnya, masih sedikit bukti bahwa empeng bayi dapat menyebabkan keterlambatan bicara.
2. Infeksi Telinga
Sebuah penelitian terhadap 500 anak di Finlandia yang terkait dengan penggunaan empeng adalah menambah faktor risiko mengalami infeksi telinga. Dalam penelitian tersebut, anak-anak yang tidak menggunakan empeng berisiko sepertiga lebih sedikit daripada anak-anak yang menggunakannya.
Teorinya, saat bayi mengisap atau menelan, terdapat perubahan tekanan di belakang telinga, yang sebenarnya terjadi pemindahan cairan ke telinga bagian tengah dan berakibat terjadinya infeksi. Ada juga risiko kuman pada empeng yang digunakan.
Sehingga, untuk mengurangi kejadian infeksi telinga pada bayi, AAP merekomendasikan agar bayi tidak lagi menggunakan empeng setelah berusia enam bulan.
3. Berisiko Kelebihan Berat Badan
Sebuah studi yang berkaitan dengan obesitas pada tahun 2017 menemukan bahwa bayi yang menggunakan empeng setelah usia 4 bulan, maka 10 persen lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan pada usia satu tahun. Dan 20 persen lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan saat usianya dua tahun, ketimbang bayi yang tidak menggunakannya sama sekali.
ADVERTISEMENT
Kok bisa? Sayangnya, para peneliti belum dapat menemukan penjelasan spesifik pada korelasi empeng dan kenaikan berat badan. Akan tetapi, peneliti turut menemukan bahwa penggunaan empeng dikaitkan dengan durasi menyusu yang lebih sebentar dan kurang responsif terhadap pemberian makan.
4. Ketergantungan Pakai Empeng
Moms, bayi adalah makhluk yang intuitif. Jika mereka merasakan sesuatu yang menyenangkan, maka mereka akan terus melakukannya. Dan dalam kasus penggunaan empeng, alat yang satu ini bisa membuat si kecil 'kecanduan'.
Sehingga, Anda disarankan untuk mulai menyapih penggunaan empeng ketika anak sudah berusia 6 bulan hingga satu tahun.
Jadi, bila Anda ragu ingin memberikan empeng atau tidak, cobalah untuk berkonsultasi kepada dokter untuk mendapat solusi terbaik, Moms!