Kemampuan Ayah Atasi Konflik Bisa Bantu Kembangkan Sosial-Emosional Anak, Lho!

19 Februari 2025 14:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kemampuan Ayah Atasi Konflik Bisa Bantu Kembangkan Sosial-Emosional Anak, Lho! Foto: Tom Wang/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kemampuan Ayah Atasi Konflik Bisa Bantu Kembangkan Sosial-Emosional Anak, Lho! Foto: Tom Wang/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sosok ayah sebagai kepala rumah tangga memiliki peranan penting dalam pengasuhan anak. Ada begitu banyak keputusan yang harus dibuat, harapan dan keinginan yang dijalani, hingga akhirnya tidak jarang menimbulkan perdebatan pada diri sendiri maupun orang lain.
ADVERTISEMENT
Saat sedang menghadapi konflik maupun perbedaan pendapat dengan pasangan, kunci utama penyelesaiannya adalah ketenangan dan tetap menerapkan cara berkomunikasi yang baik.
Hal ini senada dengan studi yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology, yang menekankan bahwa cara ayah menangani konflik interpersonal dengan orang lain, maka memiliki dampak yang jauh lebih besar dalam perkembangan sosial-emosional anak Anda.

Penelitian soal Dampak Sosial-Emosional Anak dari Cara Ayah Menyelesaikan Konflik

Fatherly melansir, mahasiswa pascasarjana University of Illinois, Urbana-Champaign Department of Human Development and Family Studies, Qiujie Gong, menganalisis data dari 3.955 keluarga untuk menentukan strategi penyelesaian konflik terhadap perkembangan anak. Semua keluarga yang diwakilkan memiliki anak usia prasekolah dan ayah yang tinggal di rumah tersebut.
ADVERTISEMENT
Para peneliti menemukan, anak-anak dengan ayah yang melaporkan sering terjadi konflik perkawinan, maka dianggap kurang terlibat dan kurang mencintai anak-anak mereka. Serta, juga melaporkan stres pengasuhan yang lebih tinggi. Anak-anak dari ayah-ayah ini mendapat skor lebih rendah pada penilaian sosial-emosional dibandingkan anak-anak lainnya.
Ilustrasi Ayah Marah pada Anak Foto: Shutterstock
Namun, para peneliti juga mencatat bahwa ketika ayah terlibat dalam 'penyelesaian konflik yang konstruktif', bahkan jika pertengkaran sering terjadi, dampak negatif pada perkembangan sosial ekonomi anak akan berkurang.
"Yang lebih penting daripada munculnya konflik adalah bagaimana orang mengelolanya," kata Gong dalam wawancara dengan PsyPost.
"Jika orang tua dapat mengadopsi strategi penyelesaian konflik yang lebih konstruktif, hal ini dapat secara signifikan mengurangi dampak buruk konflik antarorang tua terhadap perkembangan anak-anak mereka," imbuh dia.
ADVERTISEMENT

Apakah Ada Cara Penyelesaian Konflik yang Bisa Diterapkan?

Jawabannya, ada, dong! Gong menekankan kunci utama dari setiap penyelesaian konflik adalah komunikasi. Bukan sekadar mengomunikasikan perasaan Anda sendiri, tetapi benar-benar mendengar apa yang dikatakan pasangan atau orang lain, dan mampu menanggapinya dengan penuh perhatian. Tentunya, tanpa ada kemarahan atau emosi ya, Moms.
Ada salah satu cara yang populer, yaitu metode LARA (Listen, Affirm, Respond, Add Information), yang berarti:
- Listen (Dengarkan): untuk memahami pasangan, bukan hanya langsung menjawab atau merespons tanpa mendengarkan penjelasannya.
- Affirm (Tegas): Anda memahami apa yang mereka maksud, meskipun bagi Anda tidak sepenuhnya sepakat dengan penjelasannya.
- Respond (Tanggapi): tanggapi dengan berbagai cara, misalnya ulangi apa yang mereka katakan, ajukan pertanyaan lanjutan, dan bicara dengan penuh rasa hormat.
ADVERTISEMENT
- Add Information (Tambahkan Informasi): yaitu dengan membagikan perspektif Anda sendiri.
Bagaimana, apakah Anda tertarik untuk mempraktikkannya?