Kemenkes Ungkap Survei Penyebab Orang Tua Enggan Bawa Anak Imunisasi

19 Maret 2024 18:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi imunisasi untuk anak.  Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi imunisasi untuk anak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan masih terus menggencarkan 1,8 juta anak di Indonesia untuk melengkapi imunisasi rutin lengkap mereka. Hal ini masih menjadi tantangan bagi Kemenkes karena penerimaan imunisasi di beberapa daerah masih di bawah target 50 persen.
ADVERTISEMENT
Apalagi, sepanjang tahun 2024, terjadi beragam kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di beberapa daerah, seperti difteri hingga polio.
“Pada tahun 2023 banyak kasus dan KLB PD3I, yaitu campak rubella sebanyak 136 kasus, KLB difteri 103 kasus, kasus polio 8 kasus, kasus tetanus 14 kasus, dan pertusis atau batuk 100 hari sebanyak 149 kasus,” kata Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, Dr. Prima Yosephine, MKM, dalam konferensi pers yang digelar Kemenkes RI, Senin (19/3).
Dr. Prima juga mengungkapkan sejumlah alasan masih banyaknya anak yang belum diimunisasi. Temuan penyebab ini didapatkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan Kemenkes RI bersama UNICEF dan AC Nielsen pada kuartal kedua tahun 2023. Seperti apa hasil temuannya?
ADVERTISEMENT

Hasil Survei Ungkap Penyebab Orang Tua Enggan Bawa Anak Imunisasi

Nah Moms, survei dilakukan terhadap 2.063 responden dari berbagai daerah di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Hasilnya, alasan paling banyak adalah sekitar 38 persen orang tua tidak mau mengimunisasi anaknya karena takut dengan imunisasi ganda.
Imunisasi ganda berarti pemberian dua vaksin yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Imunisasi ganda adalah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir untuk mengejar keterlambatan imunisasi pada anak.
"38 persen, hampir 40 persen, tidak mau karena takut imunisasi ganda. Memang pada jadwal imunisasi, ada di beberapa usia itu harus ganda, supaya anak tetap dapat imunisasi jadwalnya itu ideal. Dan itu sudah banyak terjadi di berbagai negara, dan cukup aman. Tidak membuat demamnya bertambah," tutur Dr. Prima.
Ilustrasi imunisasi pada anak. Foto: Shutter Stock
Dr. Prima menjelaskan, imunisasi ganda tidak akan membuat Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) menjadi lebih parah. Apalagi, sebenarnya ketakutan yang dirasakan orang tua itu bukanlah karena pengalaman langsung, melainkan mendengar cerita orang lain yang telah mengalami pengalaman tersebut.
ADVERTISEMENT
"Orang tua enggak mau, padahal kalau lebih dalam mereka sebetulnya enggak maunya bukan karena punya pengalaman buruk. Tapi dengar-dengar aja beritanya dan mengkhayal kok seram. Jadi sebetulnya bukan karena mereka sudah punya pengalaman," jelas dia.
Berikut hasil survei lengkap tentang alasan orang tua tidak membawa anak untuk imunisasi:
Untuk mengatasi persoalan di atas, Kemenkes berupaya agar semua tenaga kesehatan bisa memberikan informasi lengkap seputar KIPI dan gejala yang mungkin timbul setelah imunisasi. Menurut Dr. Prima, langkah penting ini perlu dilakukan karena dengan komunikasi yang baik kepada keluarga pasien, maka kekhawatiran-kekhawatiran seputar efek samping bisa dicegah.
ADVERTISEMENT