Kenali Gejala Mom Burnout dan Cara Mengatasinya

3 Desember 2023 11:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kenali Gejala Mom Burnout dan Cara Mengatasinya. Foto: ME Image/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kenali Gejala Mom Burnout dan Cara Mengatasinya. Foto: ME Image/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beban mental atau mental load yang dirasakan ibu memang bisa berdampak pada banyak hal, salah satunya adalah mom burnout. Ya Moms, kelelahan dalam memikirkan dan mengurus segala hal detail untuk anak dan keluarga bisa menyebabkan stres berkepanjangan pada ibu.
ADVERTISEMENT
Psikolog Pendidikan Rumah Dandelion, Orissa Anggita Rinjani mengungkap, meski kebanyakan wanita bisa melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu, hal itu bisa saja berdampak buruk bila tidak dikelola dengan baik.
"Banyak (hal yang dipikirkan serta diurus ibu) wdan seakan tak ada habisnya," ujar Orissa kepada kumparanMOM.
Orissa menjelaskan mental load merupakan akumulasi dari kumpulan detail yang ibu kerjakan sepanjang hari. Selain itu, mental load ini juga semakin diperparah dengan beban tanggung jawab ibu yang harus memutuskan sesuatu.
Memegang tanggung jawab terlalu banyak bisa membuat ibu mengalami burnout. Tidak hanya fisik, tapi juga mental. Burnout merupakan kondisi kronis, penurunan fungsi fisik, emosional, kognitif dan sosial. Hal tersebut terjadi sebagai efek dari stres berkepanjangan yang tidak dikelola.
ADVERTISEMENT
"(Ibu bisa) kelelahan fisik, emosional atau keduanya. Merasa tidak kompeten menjadi ibu yang baik, mudah emosi," ujar Orissa.

Apa saja tanda mom burnout?

Ada beberapa tanda-tanda mom burnout yang bisa dikenali, yakni:
Fisik
- Sakit Kepala
- Sulit tidur
- Penurunan atau peningkatan berat badan
- Kelelahan
- Kurang energi
Emosional
- Sensitif
- Mudah marah
- frustasi
- Tiba-tiba sedih
- Sedih berlebihan
- Menangis tanpa pemicu
Kognitif
- Kebingungan
- Sulit mengambil keputusan
- Sering lupa
- Mudah panik dan khawatir
Sosial
- Menarik diri dari lingkungan
- Hilang minat dari sesuatu yang disukai
Orissa memaparkan, ada beberapa faktor risiko yang membuat ibu mengalami burnout. Yakni, memiliki anak lebih dari satu dan di usia balita, memiliki anak berkebutuhan khusus, ingin sempurna, cemas, kemampuan mengelola stres rendah.
ADVERTISEMENT
"Dampak dari mom burnout, kabur dari rumah, bunuh diri, mengabaikan kebutuhan fisik, emosional, pendidikan anak, kekerasan verbal maupun fisik," ujar Orissa.
Ilustrasi ibu stres. Foto: Shutter Stock

Lalu, bagaimana mengelola burnout pada ibu?

1. Sadari Gejala dan Paham Tingkat Stres yang Dialami.
Orissa menyebut stres tidak selalu negatif. Sebab, dalam keseharian seseorang butuh tekanan untuk mendorongnya tetap produktif. Namun, kadar stres yang tinggi dan kronis bisa berubah menjadi burnout.
Untuk mengatasi potensi burnout, Anda harus menyadari tingkat stres yang dialami. Dengan begitu Anda bisa mengerti tindakan apa yang harus diambil sebelum burnout muncul.
"Penerimaan dan pemahaman akan kondisi stres memudahkan kita mencari solusi untuk mengatasinya," kata Orissa.
2. Membangun Support System
Anda harus menjadwalkan kegiatan, mengatur waktu dengan anak, pasangan, dan waktu untuk diri sendiri. Kemudian, juga harus mengkomunikasikan hal-hal yang menjadi beban pikiran ibu.
ADVERTISEMENT
"Buat kesepakatan. Hindari membuat asumsi pasangan mengerti apa yang harus dilakukan tanpa diminta," ujar Orissa.
Kemudian, Anda tak perlu malu untuk meminta tolong. Buatlah prioritas dan sebaiknya menghindari orang-orang yang negatif.
3. Berkunjung ke Profesional
Moms, pahami bahwa tak perlu menunggu burnout untuk berkunjung ke profesional seperti psikolog. Kadang berbagi cerita di tempat aman, seperti psikolog, bisa menjadi solusi sederhana mengatasi burnout. Namun, solusi ini kadang terlupakan.
4. Spiritualitas
Orissa menilai salah satu cara agar bisa mengelola stres adalah punya spiritualitas yang baik. Anda bisa memahami tujuan dan makna dari kehidupan yang sedang dijalani. Dengan begitu, Anda akan lebih tenang dalam menjalani hidup.
"Menyadari bahwa ada kekuatan lebih besar di mana bisa bersandar akan membuat Anda merasa lebih tenang," ujar Orissa.
ADVERTISEMENT