Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di Indonesia ada beberapa pemicu alergi pada anak dan mungkin tidak semua orang tua menyadari si kecil memilikinya. Ya Moms, saat ini kasus alergi baru terus muncul dan sayangnya penyakit ini dikenal tidak bisa cepat sembuh.
"Banyak kesulitan yang dihadapi pasien dalam mengendalikan penyakit alergi, karena yang dihadapi adalah keterbatasan kemampuan dalam mengendalikan sifat yang berbeda (atopi), dengan sifat yang dimiliki oleh mayoritas anak di lingkungan sekitarnya," jelas Ketua Minat Alergi Imunologi Anak Prodi Subspesialis Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. DR. Dr Anang Endaryanto, SpA(K), MARS, dan seminar media yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia, Selasa (19/3).
Dr. Anang menuturkan, genetik menjadi salah satu munculnya faktor alergi pada anak. Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat alergi, terutama ayah atau ibu, maka kemungkinan hal yang sama diturunkan kepada anak-anaknya. Berikut rincian menurunkan faktor risiko alergi dari orang tua kepada anak:
ADVERTISEMENT
"Risiko itu meningkat bila ayah ibunya menderita alergi yang sama, yakni hingga 80 persen," ucap Dr. Anang.
Berbagai Jenis Alergi pada Anak
Setelah memahami faktor risiko yang bisa diturunkan pada anak, maka Anda juga perlu tahu apa saja jenis alergi yang umumnya sering dialami si kecil.
1. Alergi Makanan
Bila anak pernah mengalami keluhan sakit perut, kram perut, hingga diare berulang, maka kemungkinan ia mengalami tanda-tanda alergi. Beberapa jenis makanan yang umumnya dapat menyebabkan alergi pada anak, seperti susu, telur, kacang-kacangan, hingga beberapa jenis makanan laut.
ADVERTISEMENT
2. Debu Rumah
Alergi akibat debu juga rentan dialami anak-anak. Apalagi, debu bisa berterbangan di banyak tempat, termasuk di dalam rumah yang jarang dibersihkan.
3. Bulu Binatang
Pemicu alergi dari binatang peliharaan adalah bulu-bulu hingga sel kulit mati yang ada di lingkungan sekitar. Gejalanya dapat diketahui saat anak menjadi bersin dan gatal-gatal setelah bermain atau memegang binatang tersebut.
Nah Moms, orang tua perlu mulai waspada ketika anak menderita sakit yang tidak kunjung sembuh. Karena salah satu penyebabnya juga bisa dikarenakan alergi yang muncul.
Menurut Dr. Anang, gejala alergi pada anak cenderung berbeda-beda dan berlangsung cukup lama. Perhatikan juga gejalanya yang sering berulang dengan penyebab yang sama, seperti setelah mengonsumsi makanan tertentu, berada di dekat hewan berbulu, atau terpapar debu rumah.
ADVERTISEMENT
"Beberapa gejala yang perlu dicurigai alergi seperti gatal, diare, nyeri perut, sariawan, migrain, batuk pilek, atau sesak. Namun, gejala ini juga bisa diakibatkan gangguan kekebalan jenis lainnya, sehingga perlu cepat diketahui, dideteksi, agar cepat diketahui gejala tersebut disebabkan alergi atau bukan," ungkap Dr. Anang.
Bagaimana Menghadapi Anak yang Menunjukkan Gejala Alergi?
Ketika anak mulai menunjukkan reaksi alergi setelah mengonsumsi makanan atau minuman tertentu, hingga setelah menyentuh sesuatu, Anda bisa mengidentifikasi gejalanya terlebih dahulu, Moms.
"Kuncinya, kalau makanan dieliminasi dulu, diamati dan lanjutkan dengan diet provokasi. Untuk memastikan penyebab, orang tua perlu melakukan pantang makan atau eliminasi produk makanan yang diduga membuat anak mengalami gejala alergi. Setelah dalam tiga minggu secara konsisten gejalanya menghilang, harus dilanjutkan dengan mengonsumsi kembali (provokasi) setiap hari selama satu minggu. Bila dalam satu minggu masa provokasi gejala timbul lagi, boleh dikatakan bahwa si anak memang alergi makanan tersebut," jelas Dr. Anang.
ADVERTISEMENT
Begitu juga bila anak menunjukkan gejala alergi akibat bulu binatang, maka cobalah meminta anak tidak dekat-dekat dulu dengan binatang tersebut untuk lebih memudahkan mengeliminasi penyebab alerginya.
Sedangkan alergi debu rumah dapat menunjukkan gejala seperti bersin, pilek, atau sesak napas setelah terpapar. Bila tidak cepat teridentifikasi, dikhawatirkan gejala tersebut akan berlanjut dengan asma.
"Kesulitan menyembuhkan alergi debu, ada sekitar 50 persen pasien pilek dan asma akan berkelanjutan. Berbeda dengan penderita alergi lainnya, di Indonesia sulit melaksanakan eliminasi alergi tungau debu rumah, karena Indonesia adalah daerah tropis yang lembab," tuturnya.
Menyembuhkan alergi pada anak juga tidak selamanya bisa dilakukan dengan cara desensitisasi atau terus memaparkan seseorang pada pemicu alerginya. Cara ini memerlukan dosis yang telah diatur, sehingga tidak bisa sembarangan dilakukan.
ADVERTISEMENT
"Tidak semua alergi bisa disembuhkan dengan desensitisasi. Efek sampingnya bisa luar biasa, karena malah alerginya bisa lebih berat," ucap dia.
Maka dari itu, ia menyarankan orang tua agar memeriksakan kondisi anaknya kepada dokter untuk dicari tahu seputar alergi yang dialami. Sebab, banyak orang tua yang langsung mengatakan anaknya mengalami alergi, tetapi tidak mengetahui pasti alerginya terhadap apa.
Sehingga, ketika sudah diketahui jenis alerginya secara tepat, si kecil bisa mendapatkan penanganan yang sesuai. Apakah anak butuh diberikan obat-obatan hingga pemberian imunoterapi atau terapi desensitisasi.
Live Update