Kenali Pemanis Alami dan Buatan, Cegah Keluarga Kecanduan Manis!

4 September 2024 15:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi macam-macam gula. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi macam-macam gula. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kandungan gula pada makanan dan minuman yang dikonsumsi keluarga perlu dibatasi. Bila terbiasa mengonsumsi tinggi gula sejak kecil, bukan tidak mungkin Anda dan anggota keluarga yang lain mengalami masalah kesehatan.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, anak-anak, khususnya, direkomendasikan mengonsumsi gula sebanyak maksimal 10 persen dari total kalori yang dibutuhkan.
"Dari asosiasi dokter anak, baik di Eropa dan Amerika, akan merekomendasikan total gula tambahan di bawah 10 persen dari total kalori. Jadi, relatif berapa banyak kebutuhan anak," jelas Dokter Spesialis Anak sekaligus konsultan gizi, dr. Yoga Devaera, Sp.A(K), dalam acara Forum Ngobras 'Meluruskan Miskonsepsi Gula pada Nutrisi anak' di Jakarta Pusat, Selasa (4/9).
Gula memiliki fungsi sebagai sumber karbohidrat yang menghasilkan energi. Namun, dr. Yoga mengingatkan bahwa sumber energi tidak hanya bisa didapatkan dari gula, tetapi juga protein dan lemak.
"Yang jadi ketentuan adalah keseluruhan jumlahnya. Kebutuhan kalori anak rendah, maka pertumbuhannya dapat terganggu. Tetapi kalau kalorinya berlebihan, tentu akan bisa jadi kegemukan. Makanya, energi juga bisa datang dari karbohidrat, lemak, dan protein," kata dokter yang praktik di RS Universitas Indonesia dan RS Cipto Mangunkusumo itu.
ADVERTISEMENT
Dan apakah Anda sudah tahu, gula itu dibagi menjadi tiga kelompok? dr. Yoga membeberkan tiga jenis gula, yaitu gula bebas (free sugars), gula tambahan (added sugars), dan gula alamiah (intrinsic sugars).
Ilustrasi gula merah dan gula putih. Foto: Shutterstock
Gula bebas (free sugars) adalah gula yang ditambahkan ke makanan atau minuman, namun tidak terdapat pada sel makanan yang kita makan. Biasanya, gula bebas juga terdapat di dalam madu atau jus buah.
Sementara gula tambahan (added sugars) adalah gula yang ditambahkan selama pemrosesan makanan dengan tujuan meningkatkan cita rasa. Ini termasuk pemanis seperti dekstrosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, sirop gula, dan sirop buah.
Sementara gula alamiah (intrinsic sugars) adalah gula alami yang ditemukan dalam makanan utuh yang belum diolah, seperti buah-buahan, sayuran, susu, madu mentah (raw honey), dan beberapa biji-bijian.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana kita bisa membedakan jenis pemanis yang aman dan sebaiknya dikurangi?

Jenis Pemanis Alami dan Buatan, Keluarga Perlu Tahu!

Doktor bidang ilmu gizi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Rosyanne Kushardina S.Gz, M.si., mengungkapkan terdapat 27 golongan bahan makanan tambahan (BTP), yang beberapa di antaranya pemanis alami dan buatan.
Forum Ngobras 'Meluruskan Miskonsepsi Gula pada Nutrisi Anak' di Jakarta. Foto: Nabila Fatiara/kumparan
Beberapa pemanis alami dan buatan tersebut adalah:

Jenis Pemanis Alami

1. Sorbitol
2. Manitol
3. Isomalt
4. Thaumatin
5. Glikosida steviol
6. Maltitol atau maltitol sirup
7. Laktitol
8. Silitol
9. Eritritol

Jenis Pemanis Buatan

1. Asesulfam-K
2. Aspartam
3. Asam siklamat, kalsium siklamat, dan natrium siklamat
4. Sakarin, kalsium sakarin, kalium sakarin, dan natrium sakarin
5. Sukralosa
6. Neotam
Bagaimana dengan maltodekstrin yang terdapat di susu formula, berbahaya atau tidak? Jawabannya, tidak kok, Moms!
ADVERTISEMENT
Dr. Rosyanne menjelaskan, maltodekstrin merupakan salah satu bahan makanan tambahan yang aman karena terbuat dari bahan alami. Maltodekstrin juga umumnya digunakan sebagai pengganti laktosa pada produk susu, pada anak-anak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa.
Bahkan, maltodekstrin tidak hanya terdapat pada susu formula, tetapi juga di bahan masakan yang asin seperti kaldu ayam dan kaldu jamur, hingga produk sereal.
"Maltodekstrin terbuat dari bahan-bahan alami, seperti umbi-umbian, serealia, dan jagung. Yang intinya dari pati, kemudian dilakukan proses hidrolisis terhadap zat pati dari sumber karbohidrat tersebut, lalu terbentuklah maltodekstrin," ungkap Dr. Rosyanne.
Sehingga, Dr. Rosyanne menegaskan tidak tepat bahwa maltodekstrin dikaitkan dengan peningkatan kandungan gula pada susu, dan menyebabkan gagal ginjal pada anak. Bahkan, ia memastikan tidak ada korelasinya antara maltodekstrin dengan jumlah gula dalam produk pangan.
ADVERTISEMENT
"Saya cek nih beberapa merek susu formula, apakah benar yang punya maltodekstrin kandungan gulanya tinggi. Tapi ternyata tidak ada korelasinya. Ada yang enggak pakai, tapi gulanya tetap tinggi," ungkap dia.
"Kembali lagi, maltodekstrin aman dan fungsinya adalah sebagai pengawet, pengental, intinya aman. Tapi semua bahan yang mengandung bahan tambahan pangan harus dibatasi, tidak hanya anak-anak tapi dewasa juga," tutup Dr. Rosyanne.