Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Kenapa Ada Ibu yang Bunuh Anaknya Sendiri? Ini Kata Psikolog
23 Maret 2022 14:02 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Kasus pembunuhan yang dilakukan Kanti Utami pada anak kandungnya di Desa Tonjong, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, masih terus diproses. Ya, ibu berusia 35 tahun itu membunuh anak keduanya, sementara anak pertama dan ketiganya kini dirawat di RSUD dr. Margono Purwokerto, karena mengalami luka di bagian leher.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah rekaman video, ia membuat pengakuan usai membunuh anaknya. Dia mengaku ingin menyelamatkan anak-anaknya. Meski dengan cara yang salah, dia meyakini kematian anak-anaknya adalah jalan terbaik.
"Saya ingin menyelamatkan anak-anak saya biar enggak hidup susah. Enggak perlu ngerasain sedih. Harus mati biar enggak sedih kayak saya," katanya dalam sebuah video, seperti dikutip dari PanturaPost.
Kanti mengaku selama ini kurang kasih sayang dan sudah tidak sanggup lagi hidup dengan ekonomi yang pas-pasan. Apalagi, menurut pengakuannya, sang suami sering menganggur.
"Saya ini enggak gila. Pengin disayang sama suami, suami saya sering nganggur. Saya enggak sanggup lagi kalau (suami) kontraknya habis terus nganggur lagi," ujarnya.
Sejak Senin (21/3) Kanti masih menjalani pemeriksaan kejiwaan oleh tim dokter RSUD Soesilo Slawi Kabupaten Tegal. Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSUD Dokter Soeselo Slawi, dr. Glorio Immanuel, mengatakan sejauh ini komunikasi pelaku masih bagus.
ADVERTISEMENT
Menurut Kapolres Brebes, AKBP Faisal Febrianto, keterangan awal dari terduga pelaku, ia mengaku mendapatkan bisikan gaib untuk membunuh anaknya. "Keterangan awal KU mendapat bisikan gaib untuk membunuh ketiga anaknya. Alasannya agar tidak hidup susah dan tidak dibunuh oleh orang lain," jelas Faisal dalam pers release di halaman kantor Satreskrim Polres Brebes.
Sementara Ahmad Latif (36), ayah korban atau suami dari pelaku, hingga kini masih syok dan belum bisa berkomunikasi.
Ya Moms, berkaca dari kasus ibu yang membunuh anaknya di atas, Psikolog Anak dan Keluarga, Roslina Verauli, memberikan pandangannya. Benarkah kesehatan mental dan tidak adanya support dari lingkungan bisa membuat ibu bertindak fatal?
Kata Psikolog soal Ibu yang Bunuh Anak Kandungnya Sendiri
Dalam sebuah konten reels di akun Instagram pribadinya @verauli.id, psikolog yang praktik di RS Pondok Indah Jakarta ini menjelaskan bahwa kita tidak boleh menghakimi ibu tersebut, karena kita tidak pernah tahu apa saja yang sudah dialaminya.
ADVERTISEMENT
Verauli kemudian menjelaskan, bahwa setiap individu lahir dan besar dengan tangki emosi yang berbeda-beda. Ya Moms, Verauli mengatakan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam tangki emosi tersebut, yaitu faktor biologis, lingkungan dan psikologis.
"Jadi tangki emosional ibarat gelas. Tiap individu, ada lho yang terlahir dengan kondisi biologis punya kecemasan yang lebih tinggi dari orang kebanyakan. Karena tadi, kecemasan memang diturunkan. Jadi belum apa-apa, sudah terisi nih tangki emosionalnya dengan kecemasan," jelas Vera.
Begitu juga dengan faktor lingkungan. Ada anak yang memang lahir dan besar dengan kondisi lingkungan yang kurang mendukung, seperti tidak mendapat kasih sayang yang cukup dari kedua orang tua.
Hal itu pun bisa membuat trauma dan berpengaruh pada kehidupan seseorang di masa depan.
ADVERTISEMENT
"Waktu dia lahir kebetulan disfungsional. Ayahnya suka ngamuk-ngamuk atau ayahnya nikah berkali-kali, kedua orang tuanya benar-benar kesulitan sehingga dlm kondisi stres yang tinggi, anak-anak dipukulin," ungkapnya.
Dari sisi psikologis, kata Vera, memang ada orang yang tidak punya keterampilan mengendalikan diri dengan baik. Misalnya saja, susah berpikir untuk mendapat solusi atau bahkan jadi overthinking.
"Ketika gelas emosional ini sudah lebih dulu penuh hanya tinggal butuh pemicu sedikit saja untuk bikin dia jadi bermasalah. Stres, tertekan, punya gangguan kesehatan mental. Lantas orang bisa apa ketika kehidupan begitu berat, sulit bayar kontrakan, makan kurang, anak banyak, suami enggak peduli. Stop judgment!" kata Vera.
Ya Moms, terkadang, tanda-tanda awal stres pada ibu bisa saja tidak disadari. Padahal, hal itu bisa terlihat dari berbagai aspek, mulai dari emosional, biologis, bahkan fisiologis.
ADVERTISEMENT
Dari sisi emosional, ibu biasanya jadi lebih sering marah, agresif, memukul anak atau bahkan menyerang pasangan. Sementara dari aspek biologis, ibu yang stres biasanya jadi sulit konsentrasi atau mudah terditraksi.
"Aspek-aspek dari biologis secara kognitif ibunya jadi punya skema, jangan-jangan anaknya bermasalah, pasangannya bermasalah. Nah kalo secara fisiologis, jadi mudah lelah, tegang, bahkan beberapa sistem tubuhnya bisa terganggu," ujar Vera saat dihubungi kumparanMOM, Selasa (22/3).
Bahkan, dalam gejala stres dalam kondisi ekstrim dan jangka waktu yang panjang bisa berdampak pada masalah kesehatan yang serius. Misalnya saja, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, daya tahan tubuh jadi lebih lemah, gangguan sistem reproduksi dan sistem saraf hingga masalah pencernaan seperti sering diare.
ADVERTISEMENT
Live Update