Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sehingga, dalam beberapa kasus, kesalahan tersebut dapat memicu konflik dan rasa benci di hati anak, terutama yang sudah berusia praremaja karena perubahan emosi dan perilaku. Bayangkan, ketika ibu kandung dan anak berselisih, dia tiba-tiba berucap "Aku benci ibu!".
Menurut psikolog anak berlisensi di Michigan State University, Dr. Amy Nasamran, PhD, usia anak-anak yang mengatakan 'benci' mungkin belum tentu bersungguh-sungguh mengucapkannya.
"Pada suatu saat, hampir semua anak akan mengatakan kata-kata yang paling ditakuti orang tua: Aku benci! Tetapi, hampir 100 persen juga sebenarnya mereka tidak bersungguh-sungguh mengucapkannya," kata Nasamran dikutip dari Romper.
Meski begitu, psikolog klinis dan seorang profesor di Yeshiva University, New York City, Sabrina Romanoff, PsyD, mengungkapkan beberapa anak terkadang merasa benci kepada ibu kandung mereka jika diperlakukan buruk oleh seseorang yang seharusnya memberi si kecil banyak cinta. Atau juga ketika anak dianggap gagal memenuhi harapan yang dibuat oleh sang ibu. Menurut Romanoff, hal itu bisa membuat anak mempertanyakan harga dirinya sendiri, memicu perasaan malu dan bersalah.
ADVERTISEMENT
"Orang biasanya memendam perasan benci terhadap ibu mereka jika ibu gagal memenuhi harapan mereka, tentang seperti apa seharusnya seorang ibu," ungkap Romanoff, dikutip dari Very Well Mind.
Romanoff mengakui hubungan ibu dan anak sering kali rumit. Jika diingat, sejak lahir anak telah memiliki ikatan yang kuat dengan sang ibu. Namun, keterikatan tersebut yang sering kali menghalangi kemampuan kita untuk memandang ibu kita, yang memiliki kekurangan dan terkadang melakukan kesalahan.
"Masalahnya adalah ibu seperti semua manusia, dia tidak sempurna. Artinya, mereka memiliki sifat baik dan buruk. Pengalaman kita terhadap mereka bergantung pada besarnya kekurangan mereka, dan juga kemampuan dan kapasitas kita untuk menerima kesalahannya," tutur Romanoff.
Lantas, apa saja alasan yang membuat seorang anak bisa membenci ibu kandungnya?
ADVERTISEMENT
Faktor yang Membuat Anak Membenci Ibu Kandungnya
1. Merasa Selalu Benar
Dikutip dari Psychology Today, ada kalanya ibu merasa yang paling tahu dan benar atas sesuatu. Sehingga, anak merasa tidak punya hak untuk mengutarakan pendapat dan perasaannya. Dan akan semakin parah bila anak sampai mendapat kekerasan semasa kecilnya.
2. Tidak Konsisten
Anak juga akan dibuat kebingungan bila Anda sering berubah pikiran, tidak membuat keputusan yang kuat, dan melibatkan anak-anak dengan cara yang salah. Pola asuh ini dikhawatirkan dapat menimbulkan perasaan cemas pada anak.
3. Masih Dianggap Anak Kecil
Semakin bertambah umur anak, tentu ia akan mengalami berbagai perubahan fisik, emosional, hingga perilaku. Dan ketika ibu masih menganggapnya sebagai anak kecil, ia akan mengira bahwa Anda tidak mengerti dengan diri mereka saat ini.
ADVERTISEMENT
4. Tidak Dibiarkan Mandiri
Anak sudah semakin besar, namun hak atas keputusan dan pilihan mereka sendiri masih 'disetir' oleh ibunya. Itu artinya Anda tidak membiarkan mereka menjalani hidup mereka sendiri, serta mengabaikan batasan anak-anaknya.
5. Tidak Mendengar Anak
Anda mungkin 'mendengar' anak berbicara, tetapi tidak benar-benar mendengar apa yang dibicarakannya. Anak lagi bicara, dipotong atau disanggah. Ini dapat membuat anak merasa Anda bukanlah tempatnya bercerita lagi.
Bahkan, sekalipun tidak ada riwayat penelantaran atau kekerasan di masa kecil, faktor-faktor seperti kepribadian, masalah kesehatan mental, cara komunikasi, dan penyebab lainnya dapat membuat anak ingin 'melepaskan' diri dari ibunya.
Sehingga, wajar bila seorang anak akan merasa marah. Namun, Romanoff menegaskan kemarahan dan rasa benci anak muncul untuk menetapkan batasan dirinya. Ya Moms, kemarahan biasanya merupakan reaksi yang wajar bila batasan-batasan diri kita dilanggar oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
"Sebaiknya, gunakan kemarahan sebagai panduan untuk mengenali lebih dalam tentang diri Anda sendiri, batasan diri, dan apa yang dibutuhkan dari orang lain. Dan pada gilirannya, anak bisa memberi tahu orang-orang di sekitar Anda tentang bagaimana Anda perlu diperlakukan," ucap Romanoff.
Namun, jika sudah terjadi perubahan pola asuh oleh ibu kandung, atau anak mendapat kekerasan atau pelecehan, maka perlu segera mencari bantuan.