Kenapa Anak dengan Autisme Sering Menangis dan Tertawa Tak Terkendali?

22 Agustus 2024 12:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilsutrasi anak dengan autisme. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilsutrasi anak dengan autisme. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Musisi Anji lewat akun Instagram @duniamanji membagikan momen bersama putra bungsunya, Sigra. Sigra yang merupakan anak dengan autisme itu tiba-tiba tampak bahagia, tapi tiba-tiba menangis. Menurut Anji, Sigra kerap mengalami kedua kondisi tersebut, bahkan sering kali lebih ekstrem.
ADVERTISEMENT
Anji juga membagikan cara menenangkan buah hatinya itu dengan mencoba memahami dan sabar menghadapinya. Lantas, kenapa anak autis bisa tertawa atau menangis dengan intensitas lebih dari biasanya?
Penyebab Anak dengan Autisme Tertawa dan Menangis Tak Terkendali
Psikolog anak & keluarga dari Ruang Mekar Azlia, Dhisty Azlia Firnady, M.Psi., Psikolog, menjelaskan salah satu alasannya karena anak dengan autisme memiliki proses kerja otak dan sistem sensori yang berbeda. Sehingga hal itu membuatnya melihat dunia dan merespons lingkungannya dengan berbeda.
‘’Anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder) pada umumnya memiliki masalah pada modulasi informasi sistem sensori, sehingga bisa saja berlebihan atau justru tidak responsif pada stimulus sensori tertentu. (Misalnya anak sangat terganggu dengan suara detik jam, terganggu ketika melihat warna tertentu, dan sebagainya),’’ kata Dhisty kepada kumparanMOM, Rabu (21/8).
Ilsutrasi anak dengan autisme. Foto: Shutterstock

Lalu, bagaimana cara menghadapinya?

Tips Hadapi Anak dengan Autisme yang Tertawa dan Menangis Tak Terkendali
ADVERTISEMENT
Beberapa saran dari Dhisty berikut ini bisa coba Anda praktikkan, Moms:
1. Observasi stimulus apa yang mengganggu anak. Seperti perhatikan lingkungan sekitar, dan apa saja yang anak hindari.
2. Bawa anak ke tempat yang lebih tenang, tidak ramai, dan redup
3. Beri anak jarak dan waktu. Perhatikan apakah anak suka disentuh atau tidak. Perlu dibiarkan sendiri atau dibantu tenangkan.
4. Tetap tenang dan tunggu anak hingga bisa diajak komunikasi kembali.
5. Labeli apa yang membuat anak sangat terhibur atau sangat tidak nyaman. Misalnya kakak tidak suka lihat warna merah, kakak senang sekali dengan kereta.
6. Ingatkan kembali mengenai aturan setelah anak tenang. Misalnya boleh menangis tetapi tidak boleh sampai pukul kepala, sebagai gantinya, pukul bantal saja.
ADVERTISEMENT