Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Mainan, remot tv, gadget, atau barang lain di sekitar anak balita, tak jarang jadi incarannya. Karena itu, Anda jadi lebih sering menghindarkan benda-benda tersebut dari jangkauan si kecil. Pasalnya, anak tak akan segan untuk melempar, memukul-mukul dan alhasil merusaknya.
ADVERTISEMENT
Tenang, Moms. Jangan emosi dulu, ya! Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Irma Gustiana, M.Psi, Psi., mengatakan, sebenarnya pada saat itu pemahaman anak balita mengenai suatu aturan masih terbatas, Moms. Tak hanya itu, mereka juga biasanya memiliki sifat egocentrism atau tingkah lakunya yang tidak dapat menempatkan diri di posisi orang lain, atau hanya memandang sesuatu dari sudut pandang dirinya saja.
"Jadi, dia (balita) merasa ada hak untuk melakukan apa pun dengan barang-barang yang ada di sekitarnya," kata Irma ketika dihubungi kumparanMOM lewat sambungan telepon pada Jumat (14/2).
Di samping itu, balita yang suka merusak barang juga bisa menjadi sebuah pertanda bahwa ia tengah marah. Ya, si kecil ingin mengungkapkan apa yang dirasa melalui kegiatan tersebut. Namun menurut Irma, kondisi ini umumnya terjadi pada anak yang mengalami keterlambatan bicara atau speech delay.
ADVERTISEMENT
Karena anak balita adalah peniru ulung, maka tak heran jika kegiatan ini dapat dilakukan si kecil, ketika ia pernah melihat tontonan televisi atau bahkan melihat langsung orang di rumah dan sekitarnya melakukan hal itu.
"Karena keterbatasan pemahaman anak, ya dia akan melakukan dan menuju ke perilaku yang sama," ujarnya.
Irma kembali menjelaskan, usia 1-2,5 tahun adalah usia yang normal atau wajar jika si kecil suka melakukan hal tersebut. Hal ini pun biasanya akan dilakukan anak balita ketika ia tengah tantrum, kesal atau marah. Namun menurut Irma, untuk anak balita usia 4-5 tahun seharusnya kegiatan ini sudah tak lagi mereka lakukan. Sebab, mereka sebetulnya sudah bisa diberi pemahaman oleh orang tuanya agar tak melakukan hal itu. Tapi, masih kata Irma, ada beberapa anak balita usia 4-5 tahun yang memiliki perilaku seperti itu.
"Usia 4-5 tahun itu sudah bisa diajak bicara, harusnya dia tidak begitu lagi, kan. Ada beberapa anak yang mempunyai masalah dengan hal kontrol, ternyata dia bisa melampiaskan kekesalannya dengan cara merusak barang, melukai orang lain, atau dirinya sendiri," tutur Irma.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa yang dapat dilakukan orang tua agar anak balita mereka tak merusak barang?
Irma mengungkapkan bahwa orang tua dapat memberitahu kepada anak --kendati si kecil belum mengerti, cobalah terus beri edukasi kepadanya agar ia tak merusak barang, merobek, melempar, dan sebagainya. Orang tua juga perlu memberikan contoh konkrit di rumah cara memperlakukan barang-barang di rumah dengan baik agar anak mereka juga dapat meniru. Misalnya, menyimpan dengan baik mainan mereka.
Yang perlu diingat adalah, ketika hendak memberitahu anak untuk tidak merusak barang, jangan pernah menggunakan nada atau suara keras alias membentak si kecil. Hal ini agar ia tak kaget atau malah mengganggu psikisnya.
"Kalau pakai cara emosi itu enggak efektif. Karena bisa jadi dia akan melakukan aktivitas yang lebih berat lagi, misalnya lebih sering merusak atau misalnya dia hanya berhenti pada saat itu saja, enggak ngelempar tanpa diedukasi," ucap Irma.
ADVERTISEMENT
Irma kembali menyarankan untuk para orang tua jangan pernah lelah dan tetap sabar saat mengedukasi balitanya. Karena memberitahu mereka memang tak cukup sekali dan harus berkali-kali, hingga ia mengerti dan tak melakukan hal tersebut lagi.