Kenapa Bayi Sering Muntah? Ketahui Penyebabnya!

11 Agustus 2023 10:36 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kenapa Bayi Sering Muntah? Ketahui Penyebabnya! Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Kenapa Bayi Sering Muntah? Ketahui Penyebabnya! Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Gumoh atau muntah pada bayi merupakan hal yang normal dan biasanya hanya berlangsung singkat. Namun, orang tua harus waspada apabila bayi mereka mengalami munta secara terus menerus.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Medical News Center, sebagian besar kasus muntah terjadi bukan karena masalah serius. Namun, muntah yang parah atau berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi. Jika tidak diobati, dehidrasi dapat mengancam jiwa.
Penting untuk membedakan antara bayi yang muntah karena sakit dan yang hanya memuntahkan ASI. Spit-up biasanya terjadi segera setelah menyusui, sering kali disertai sendawa. Spit-up terlihat seperti giring putih susu.

Alasan Bayi Muntah

1. Refluks Bayi
Bayi umumnya akan muntah di awal kehidupannya. Ia muntah tanpa menunjukkan gejala lain. Bila kondisi ini terjadi, mungkin bayi Anda mengalami refluks bayi atau gerd. Ketika mengalami refluks bayi mereka akan muntah dengan mudah.
Refluks bayi terjadi ketika otot-otot yang mengarah ke perut terlalu rileks, memungkinkan makanan untuk naik kembali ke kerongkongan. Seringkali, saat otot perut menguat, refluks bayi membaik dengan sendirinya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah ini, Anda bisa memberi makan mereka secukupnya apabila bayi Anda sudah memasuki periode MPASI. Anda juga sebaiknya menyendawakan mereka secara teratur. Penting juga untuk Anda memposisikan bayi mereka dengan posisi yang aman setelah menyusu.
2. Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah kondisi umum yang terjadi pada anak. Mikroorganisme berbahaya yang masuk ke perut biasanya menyebabkan gastroenteritis. Mikroorganisme ini biasanya masuk ke tubuh bayi melalui mulut, baik melalui barang yang mereka sentuh, maupun makanan.
Seorang bayi dapat terus muntah sampai tubuhnya membuang racun yang mengganggu. Biasanya gejala ini akan berhenti setelah beberapa jam. Namun, setelah muntah berkepanjangan, awasi tanda-tanda dehidrasi.
3. Alergi Makanan
Alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru memperlakukan makanan tertentu sebagai ancaman. Saat menyapih bayi dari ASI atau susu formula, penting untuk memperkenalkan makanan baru secara bertahap selama beberapa hari.
ADVERTISEMENT
Hal itu dilakukan untuk menentukan apakah bayi memiliki alergi terhadap makanan, seperti produk olahan susu, kedelai, gluten, kacang-kacangan, atau ikan.
Gejala alergi makanan yang paling umum adalah ruam yang gatal, pembengkakan wajah atau gatal di dalam mulut, tenggorokan atau telinga. Bayi juga bisa muntah apabila mengalami alergi.
Alergi makanan bervariasi dalam tingkat keparahan, mulai dari yang ringan hingga yang sangat parah. Reaksi yang paling parah adalah anafilaksis. Bayi dengan anafilaksis akan mengalami kesulitan bernapas hingga kehilangan kesadaran.
4. Stenosis Pilorus
Stenosis pilorus adalah kondisi yang jarang terjadi. Namun, dokter biasanya mendiagnosisnya dalam beberapa minggu setelah kelahiran.
Di antara lambung dan usus kecil, katup otot (pylorus) menahan makanan di lambung hingga siap untuk dicerna. Pada stenosis pilorus, katup ini menebal dan membengkak, menghalangi makanan mencapai usus kecil.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini dapat menyebabkan muntah, dehidrasi dan penurunan berat badan. Bayi dengan stenosis pilorus mungkin selalu tampak lapar karena tidak dapat mencerna makanannya dengan baik. Bayi dengan stenosis pilorus akan muntah secara berlebihan, jarang buang air kecil dan buang air besar lebih sedikit. Bayi dengan stenosis pilorus akan membutuhkan pembedahan.
5. Meningitis
Meningitis dapat menyerang siapa saja, tetapi paling sering terjadi antara masa bayi dan awal masa dewasa. Ini adalah infeksi pada lapisan pelindung yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.
Meningitis berkembang dengan cepat dan dapat menyebabkan keracunan darah yang mengancam jiwa, septikemia atau kerusakan otak.
Muntah biasanya merupakan salah satu gejala pertama meningitis. Selain itu, sibkecil juga cenderung demam lebih dari 37,5 °C, sakit kepala parah hingga tungkai yang sakit.
ADVERTISEMENT
Seorang bayi mungkin tidak dapat menunjukkan bahwa mereka mengalami rasa sakit fisik, jadi perhatikan perubahan perilakunya. Misalnya, bayi yang sakit kepala mungkin mencoba menyentuh kepalanya lebih sering dari biasanya.
Jika bayi mengalami gejala meningitis, mereka akan tampak sangat tertekan. Bila kondisi ini terjadi, bayi cenderung akan rewel.

Lantas apa yang harus orang tua lakukan apabila bayi mengalami muntah?

Dehidrasi adalah efek samping umum dari muntah. Itu terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dibutuhkan. Dehidrasi mengganggu keseimbangan garam dan gula dalam tubuh dan menghentikan fungsinya dengan benar. Gejala dehidrasi meliputi lebih sedikit popok basah, menangis tanpa air mata, dan mulut kering.
Menurut National Childbirth Trust (NCT), tanda-tanda dehidrasi pada bayi adalah haus, urin berwarna kuning tua dan berbau tajam, pusing, merasa lelah. Kemudian bibir dan mata kering
ADVERTISEMENT
Selain itu, tanda mengalami dehidrasi yakni buang air kecil sedikit dan kurang dari empat kali sehari, tangan dan kaki dingin. Sedikit atau tidak ada air mata saat menangis hingga mata cekung juga ciri-ciri seseorang memgalami dehidrasi.
Jika bayi mengalami dehidrasi, beri mereka seteguk air secara teratur. Jangan berikan jus buah atau minuman bersoda karena tidak membantu dan dapat memperpanjang gejala gastroenteritis.
Ilustrasi bayi muntah. Foto: Shutter Stock
Sementara untuk bayi yang disusui, berikan ASI sesering mungkin. ASI mengandung elektrolit yang mencegah dehidrasi. Kemudian untuk bayi yang diberi susu formula, coba berikan susu formula bebas laktosa. Jika bayi mengalami diare, laktosa dapat memperburuknya.
Dalam kebanyakan kasus, bayi akan pulih dengan sendirinya setelah muntah. Perawatan lain untuk muntah akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
ADVERTISEMENT

Kapan harus ke dokter?

Seringkali, saat bayi muntah, tidak perlu ke dokter. Namun, Anda harus menghubungi dokter jika bayi:
- Muntah dengan paksa setelah menyusu
- Tidak dapat menahan cairan selama 8 jam
- Muntah secara konsisten selama 12 jam atau lebih
- Mengalami dehidrasi
- Menghasilkan muntahan berwarna hijau atau mengandung darah
- Jika muntah atau tinja mengandung darah