Kesalahan Gentle Parenting yang Sering Dilakukan Orang Tua dan Cara Hindarinya

20 April 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi adopsi anak Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi adopsi anak Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para orang tua di era kini banyak yang menganut gentle parenting sebagai metode pengasuhan anak yang mereka pilih. Ya Moms, gentle parenting diyakini bisa berdampak lebih positif bagi anak maupun orang tua dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Dalam buku barunya “The 5 Principles of Parenting: Your Essential Guide to Raising Good Humans,” Aliza Pressman menguraikan bagaimana orang tua dapat membesarkan anak-anak yang tangguh. Pressman adalah psikolog perkembangan dan salah satu pendiri Mount Sinai Parenting Center.
Salah satu langkah kuncinya adalah pengaturan diri, atau kemampuan untuk merespons pengalaman dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
“Cara utama bayi dan anak-anak mempelajari pengaturan diri adalah melalui pengaturan bersama, yang melibatkan berbagai jenis respons, seperti kehadiran yang hangat, pengakuan akan kesusahan, dan nada suara yang menenangkan, serta mencontohkan proses menenangkan diri kita sendiri,” katanya, seperti dikutip dari CNBC.
Gentle Parenting menuntut orang tua atau pengasuh untuk melakukan hal ini sebagai pengganti memarahi anak yang kesal atau frustrasi.
ADVERTISEMENT
“Dengan berbagi rasa tenang dengan anak-anak, kami secara perlahan mengajari mereka cara mengatur diri ketika mereka merasakan kemungkinan adanya ancaman,” katanya.

Kesalahan Penerapan Gentle Parenting yang Kerap Terjadi

Ilustrasi anak dan orang tua. Foto: Thinkstock
Tapi menurut Pressman, banyak orang tua salah mengira pengaturan bersama sebagai pemalsuan kebahagiaan. Karena mereka yakin anak-anak tidak tahan melihat orang tuanya kesal atau frustrasi. Namun, hal ini dapat merusak tujuan pengaturan bersama, yaitu untuk menunjukkan kepada anak bahwa meskipun Anda sedang mengalami emosi yang sulit, Anda bisa tetap tenang.
“Anak-anak dapat menangani perasaan kita – keseluruhan perasaan kita – selama mereka memahami bahwa kita tahu cara menangani perasaan kita, bahwa mereka tidak perlu membantu kita mengelola perasaan kita, dan bahwa terlepas dari kondisi mental kita, kita selalu mencintai. mereka dan juga mampu merawat mereka,” urai Pressman.
ADVERTISEMENT
Daripada mengubur perasaan Anda, bicarakanlah dengan anak, Moms. Pressman menyarankan agar Anda jujur menceritakan apa yang terjadi pada si kecil. Tak perlu menceritakan masalah yang dialami secara detail, jelaskan saja dengan cara yang lebih sederhana dan mudah dipahami anak.
“Ibu lagi kesal banget jadi enggak bisa fokus. Tunggu sebentar ya, Ibu tarik napas dalam-dalam dulu sampai tenang dan sebentar lagi ibu akan fokus lagi, kok!" kata Pressman mencontohkan.
“Itu berarti Anda akan memperhatikan perasaan dan pengalaman Anda sendiri, sehingga Anda tidak memproyeksikannya secara tidak sengaja kepada anak-anak Anda," imbuhnya.
Dengan demikian, kita tidak memanipulasi anak atau menutup-nutupi perasaan, dan tidak menjadikan anak sebagai pelampiasan emosi atau kemarahan.