Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Kesiapan Milenial dan Gen Z Mengemban Peran Ibu Ternyata Berbeda, Mengapa?
22 April 2025 11:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ya Moms, setiap generasi sebenarnya menghadapi tantangan dan pendekatan yang berbeda dalam mempersiapkan diri sebagai ibu. Saat ini, sebagian perempuan merasa tidak perlu buru-buru menikah dan punya anak, karena salah satunya ingin mempersiapkan diri lebih matang untuk mengemban peran barunya kelak.
Tanggapan Psikolog soal Bedanya Kesiapan Menjadi Ibu di Generasi Milenial dan Generasi Z
Psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener, menilai setiap perempuan pada dasarnya memiliki insting siap menjadi seorang ibu. Dan sebenarnya, kesadaran itu terbangun secara alamiah.
"Karena perempuan sudah menyadari secara biologis dan turun-temurunnya 'Aku tuh nanti kalau sudah menikah akan jadi ibu'. Ada energi feminin di dalam diri perempuan," kata Samanta dalam acara kampanye PRENAGEN: Siapa Takut Jadi Ibu! di Jakarta Selatan, Senin (21/4).
ADVERTISEMENT
Menurut Samanta, energi feminin ini merupakan bentuk memproteksi dan memberikan kasih sayang ke anak-anaknya. Artinya, secara alamiah curahan kasih sayang seorang ibu ke anak tidak akan pernah berhenti.
Samanta juga menjelaskan, setiap generasi memiliki tren yang berbeda. Untuk melihat bagaimana seorang perempuan memandang kesediaan dirinya untuk menikah dan memiliki anak bisa dilihat dari kacamata tren sosial saat ini.
"Kalau aku sebagai generasi milenial, di zaman itu kayaknya semua teman-temanku pengin punya anak. Kalau bisa mau punya anaknya di usia muda, di usia 20 tahunan," ucapnya.
Alasan generasi milenial ingin memiliki anak di usia 20 tahunan ialah karena tidak mau memiliki usia yang terpaut terlalu jauh dengan buah hatinya. Ketika perempuan milenial menikah di usia 20 tahunan, ibu tersebut mungkin akan memiliki anak remaja saat usianya masih 40 tahunan.
ADVERTISEMENT
"Jadi bisa gantian baju, sepatu dan lain sebagainya. Jadi maunya kita umur 40, anak kita di usia remaja, kita puber kedua bareng-bareng sama anak, gaul bareng sama anak gitu," tutur Samanta.
Lantas, bagaimana perempuan Gen Z mempersiapkan diri untuk menikah dan memiliki keturunan?
Berbeda dengan milenial, Gen Z memandang memiliki banyak prestasi dan pencapaian adalah sesuatu yang baik, sebelum memutuskan menikah. Sehingga banyak perempuan Gen Z memilih menunda pernikahan untuk mengejar impiannya lebih dulu.
Namun, Samanta menegaskan anggapan Gen Z tidak mau memiliki anak adalah keliru. Bagi Samanta, Gen Z tetap memiliki keinginan untuk memiliki anak. Namun, mereka butuh melakukan persiapan dengan matang.
"Mereka mau lebih well organized, lebih well planned, karena mereka lebih sadar terkait dengan informasi. Jadi atas karena kesadaran informasinya, ya banyak informasi di sosial media, mereka banyak diskusi terbuka sama generasinya mereka, sama pertemanannya mereka, mereka keponya-kepo," kata Samanta.
ADVERTISEMENT
Tidak dapat dipungkiri, Gen Z bahkan lebih suka bertanya dan mencari informasi. Hal ini membuat sudut pandang mereka lebih beragam. Sehingga, saat hendak menikah dan memiliki anak, mereka sudah lebih nyaman karena telah mempersiapkan diri dan memiliki rencana yang matang.
"Misalnya soal financial planner itu kalau ngomong sama gen Z, itu dicatat banget sama mereka. Langsung bikin tabel Excel. Tapi kalau ngomong sama milenial mereka tuh 'Rezeki mah bisa dicari, nanti juga ada'," ungkapnya.
Terakhir, keterbukaan informasi membuat Gen Z lebih memahami pentingnya hidup sehat. Sehingga, ketika hendak mempersiapkan kehamilan, mereka menghitung kapan waktu yang terbaik untuk hamil, kapan haid datang, pemilihan olahraga yang tepat hingga berapa lama tubuh dapat memperbaiki sel.
ADVERTISEMENT
Bagi Gen Z ini semua hal ini penting, sebab kesehatan harus diperhatikan demi mendapatkan bibit yang unggul. Apakah Anda juga punya pemikiran yang sama, Moms?