Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kiat Ajari Anak Pahami dan Hargai Keberagaman
16 Mei 2018 10:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Kita hidup di negara yang sarat akan perbedaan. Mulai dari agama, suku, ras, budaya, hingga pandangan yang beragam. Tak ayal, menyikapi keberagaman memang jadi hal yang tak bisa diabaikan. Bukan saja orang dewasa, anakpun perlu dikenalkan dengan ‘perbedaan’ pada anak. Tidak mudah memang, tapi bukankah sudah seharusnya kita perlu terus belajar dan mencoba?
ADVERTISEMENT
Nah, apa saja ya hal-hal yang harus diperhatikan orang tua? Usia berapa anak bisa diajarkan keberagaman secara psikologis? Hingga bagaimana memulainya?
Ali Abdullah dari Komunitas Bhinneka mengemukakan, orang tua perlu terlebih dahulu memahami jika keragaman adalah anugerah yang harus disikapi dengan bijak.
“Perbedaan adalah rahmat, bukan malah untuk saling menguasai, menjelekkan, dan menghina,” ucap Ali kepada kumparanMOM (kumparan.com ) di acara Festival Anak Bertanya di Sabuga ITB pada Sabtu (13/5) lalu.
Lebih lanjut, perbedaan perlu dihadapi dengan sikap saling menghargai. Untuk itu, sangat penting mengenalkan anak lebih dekat dan memberi kesempatan berinteraksi dengan perbedaan.
Ifa H. Misbach, S.Psi., M.A, psikolog dari Rumah Indonesia, mengatakan jika anak bisa mulai diajari tentang keragaman sedini mungkin bahkan sejak anak masih balita. Anda bisa memulainya dari perbedaan yang terlihat dan nyata secara fisik.
ADVERTISEMENT
“Mulai dengan hal yang konkret. Misal, ciri fisik yang berbeda satu sama lain. Rambut lurus dan keriting, kulit putih dan hitam, dan sebagainya,” ujar Ifa.
Meski begitu, Ifa juga menghimbau juga agar orang tua tidak ‘bawa-bawa’ kepentingan tertentu untuk mengajarkan anak tentang keberagaman. “Jangan sampai karena kebencian tertentu orang tua, berdampak terhadap anak,” katanya.
Termasuk, orang tua perlu menjaga sikap dan ucapan tidak hanya dalam kehidupan nyata sehari-hari tapi juga di media sosial.
“Anak bisa bingung, jika figur orang tua mereka berkebalikan (nyata dan medsos -red),” imbuh dosen di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu.
Drs. H. Iwan Hernawan, dari Forum Kerukunan Umat Beragama juga mengamini pendapat Ifa dan Ali. Menurutnya keragaman penting dan harus dikenalkan pada anak sejak dini. “Jika tidak dikenalkan keberagaman sejak dini, nanti gedenya ia bisa menjauh (dari toleransi -red),” tegas Iwan.
ADVERTISEMENT