Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kisah Para Ibu Harus Melahirkan Caesar dan Berhadapan dengan Stigma Negatif
19 Juni 2023 17:55 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal ini sempat dialami oleh Elly enam tahun yang lalu. Ibu dua anak itu mengaku sangat percaya diri dengan kehamilan pertamanya untuk bisa melahirkan pervaginam dibantu bidan di klinik. Pasalnya, selama 9 bulan penuh kondisinya dan janin selalu baik-baik saja.
Namun, masalah ternyata baru datang di hari H kelahiran putra pertamanya. Hari itu Elly tiba-tiba mengalami tekanan darah tinggi dan bayinya sulit melewati jalan lahir meski sudah bukaan 9.
“Pas bukaan 9 dokternya datang terus dicoba ngeden-ngeden gitu cuma ternyata enggak keluar udah sampe capek gitu. Nah sama dokter dibilangin, ini saya lihat ketubannya sudah hijau, posisi janinnya juga mendongak, jadi dia (bayi) susah lewat keluarnya,” tutur Elly pada kumparanMOM, Senin (19/6).
ADVERTISEMENT
Elly pun dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan operasi caesar segera sekitar pukul 23.00 WIB. Pada akhirnya, anaknya bisa lahir dengan sehat dan selamat, Moms.
Tak hanya Elly, Caroline juga mempunyai pengalaman yang sama ketika melahirkan anak keduanya yang kembar. Namun, Caroline mengaku memang sudah tahu sejak awal harus menjalani operasi caesar karena kondisi kedua bayinya yang kurang baik.
“Dikasih tahu dari jauh hari, karena pas ketahuan posisi anaknya sungsang dan kembar dan satu kelilit tali pusar, dan karena pas ada komplikasi preeklamsia dan air ketubannya juga mulai dikit dan keruh,” ujar Caroline.
Caroline melahirkan kedua anaknya melalui ERACS, yaitu metode operasi caesar terbaru yang diklaim proses pemulihannya jauh lebih cepat dari caesar biasa. Biaya kelahiran kedua buah hatinya itu juga ditanggung oleh BPJS yang jika ditotal bisa mencapai Rp 50 juta.
ADVERTISEMENT
Stigma soal Ibu yang Melahirkan Caesar
Melahirkan caesar sering menimbulkan banyak stigma di masyarakat. Salah satunya adalah pendapat bahwa mereka belum menjadi ibu yang sesungguhnya jika belum melahirkan pervaginam. Rupanya, hal ini juga sempat mengganggu kondisi Caroline yang baru melahirkan.
Padahal, melahirkan melalui operasi caesar bukan semata-mata keinginannya. Melainkan ada kondisi yang mengharuskannya melewati jalan itu, yaitu kondisi autoimun yang dialaminya. Hal ini membuat Caroline lebih berisiko bila memaksakan untuk melahirkan pervaginam. Selain itu, hamil kembar merupakan salah satu kehamilan yang berisiko tinggi.
Kondisi yang Mengharuskan Ibu Melahirkan dengan Operasi Caesar
Posisi Bayi Tidak Normal
Agar bisa melahirkan secara pervaginam, posisi kepala bayi harus dekat jalan lahir. Beberapa bayi di dalam kandungan kadang posisinya tidak berada di jalan lahir saat sudah memasuki hari perkiraan lahir (HPL). Misalnya, kaki atau pantatnya yang berada di dekat jalan lahir sehingga sungsang.
ADVERTISEMENT
Beberapa bayi juga memposisikan bahu atau sisi tubuhnya di dekat jalan lahir, yang dikenal sebagai kelahiran melintang. Maka dari itu, ibu perlu mendapat tindakan operasi caesar agar aman saat melahirkan, terutama pada ibu yang hamil kembar.
Masalah Plasenta
Mengutip Healthline, dokter akan melakukan operasi caesar jika terjadi masalah plasenta. Misalnya, sebagian atau seluruh plasenta menutupi leher rahim atau dikenal dengan istilah plasenta previa. Operasi caesar juga diperlukan ketika plasenta terlepas dari lapisan rahim, sehingga menyebabkan bayi kehilangan oksigen.
Gawat Janin
Gawat janin disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah janin yang tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Kondisi tersebut ditandai dengan berat janin yang rendah, pasokan oksigen melalui tali pusat berkurang, dan adanya iritasi pada paru-paru janin. Sehingga ibu perlu melakukan operasi caesar agar tidak membahayakan janin.
ADVERTISEMENT
Preeklamsia
Tekanan darah yang tinggi menjelang persalinan, bisa dikategorikan sebagai preeklamsia. Preeklamsia adalah sindrom yang ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi saat hamil.