Kisah Pilu Anak-anak di Gaza: Operasi Tanpa Dibius hingga Kondisi Badan Tak Utuh

8 November 2023 19:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak laki-laki berduka atas tewasnya warga Palestina dalam serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di sebuah rumah sakit, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 3 November 2023. Foto: Mohammed Salem/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Anak laki-laki berduka atas tewasnya warga Palestina dalam serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di sebuah rumah sakit, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 3 November 2023. Foto: Mohammed Salem/Reuters
ADVERTISEMENT
Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, sejak Israel menyerang Gaza dalam sebulan terakhir, sekitar 4.100 anak telah kehilangan nyawa. PBB juga mengungkap, setiap 10 menit ada 1 anak yang meninggal dunia dan 2 lainnya terluka akibat serangan brutal dan genosida pasukan zionis Israel di Gaza.
ADVERTISEMENT
Badan utama PBB untuk urusan pengungsi Palestina (UNRWA) menyebut, anak-anak acap kali menjadi target serangan saat sedang berlindung di tempat pengungsian, mengantre beli makanan, atau dirawat di rumah sakit. Bahkan Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut, Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak.
"Ratusan putra dan putri dilaporkan tewas dan terluka setiap harinya," kata Guterres seperti dikutip dari Al-Jazeera.
Menurut lembaga nonprofit internasional Save The Children, serangan Israel yang bertujuan menghancurkan Hamas ini merupakan konflik paling mematikan bagi anak-anak di era modern. Dibanding konflik atau perang lain seperti Afghanistan, Yaman, Suriah, Irak, hingga Ukraina, jumlah anak yang jadi korban di Gaza jauh lebih banyak.
Sejumlah warga Palestina antre mengambil air di Rafah, selatan Jalur Gaza, Minggu (5/11/2023). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/Reuters
Meski seruan gencatan senjata telah digaungkan dari berbagai belahan dunia, Israel masih belum menghentikan serangan ke Gaza. Bahkan Menteri Warisan Budaya Israel, Amihay Eliyahu, mengusulkan agar negaranya menggunakan nuklir untuk menyerang Gaza. Belakangan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mendisiplinkan menteri tersebut. Namun tetap saja serangan ke Jalur Gaza tidak juga diakhiri dan semakin mengancam warga sipil, terutama perempuan dan anak.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari berbagai sumber, berikut kisah memilukan anak-anak di Gaza selama serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.

Deretan Kisah Pilu Anak-anak di Gaza

1. Operasi Tanpa Dibius
Saat ini tim medis di Gaza sudah mulai kehabisan obat-obatan. Bahkan tak jarang operasi dilakukan tanpa dibius, termasuk operasi pada anak.
Dalam postingannya di akun X, ahli bedah, Dr. A. Murshid, membagikan video seorang anak yang kakinya sedang dioperasi tanpa diberikan bius atau anestesi. Perhatiannya dialihkan dengan membaca ayat-ayat Al-Quran.
2. Anak-anak Pakai Gelang Identitas dan Tulis Nama di Badan
Anak Palestina menggunakan gelang untuk membantu mengidentifikasi mereka, karena takut mereka terbunuh dalam serangan Israel di Khan Younis di selatan Gaza pada 24 Oktober 2023. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/Reuters
Para orang tua di Gaza memberikan anak-anak mereka gelang identitas dan menuliskan namanya di badan dengan tinta. Mereka khawatir apa pun bisa terjadi dan tidak ada yang bisa mengidentifikasi anak mereka.
ADVERTISEMENT
“Kami menerima beberapa kasus di mana orang tua menuliskan nama anak-anak mereka di kaki dan perut,” kata Kepala UGD RS Martir Al-Aqsa, Dr. Abdul Rahman Al Masri, kepada CNN.
3. Nasib Bayi di Inkubator Terancam
Bayi menjalani perawatan di dalam inkubator di bangsal bersalin Rumah Sakit Shifa, Gaza, pada 22 Oktober 2023. Foto: Mohammed Al-Masri/REUTERS
Dikutip dari Al-Jazeera, blokade total yang dilakukan Israel juga mengancam pasokan listrik di rumah sakit, termasuk inkubator untuk bayi-bayi prematur. Bayi-bayi itu bisa meninggal dalam hitungan menit jika pasokan listrik untuk inkubator berhenti.
4. Minum Air Asin
Warga Palestina mengambil air di Rafah, selatan Jalur Gaza, Minggu (5/11/2023). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/Reuters
Warga Gaza, termasuk anak-anak, akhirnya terpaksa mengonsumsi air yang terkontaminasi. Bahkan mereka harus rela mengantre berjam-jam untuk mendapatkan air kotor tersebut. Padahal, air yang terkontaminasi bisa menimbulkan berbagai penyakit dan mereka sadar akan bahaya tersebut.
Salah satu warga Gaza sekaligus korban serangan Israel, Eman Basher, mengatakan, anak-anaknya mulai merasa tidak sehat sejak meninggalkan rumah dan mengungsi ke selatan kota Gaza.
ADVERTISEMENT
"Anak-anak saya mengalami flu perut dengan gejala seperti kram, muntah-muntah, dan diare yang selama ini saya kira karena dampak tidur di lantai atau perubahan cuaca," ucap Basher dikutip dari The Guardian, Senin (6/11).
5. Banyak Anak Terluka Bakar dan Badan Tak Utuh
Seorang pria Palestina membawa jenazah putranya Ahmed al-Badrasawi yang tewas dalam serangan Israel, di rumah sakit Shuhada Al-Aqsa di Jalur Gaza tengah 31 Oktober 2023. Foto: Ahmed Zakot/Reuters
Dokter spesialis anak yang jadi relawan di Gaza, dr. Tanya Haj-Hassan, menyebut banyak anak-anak datang ke UGD dalam kondisi badan dan wajahnya terbakar. Tak sedikit juga yang kehilangan anggota tubuh, baik korban yang masih selamat maupun meninggal dunia.
Dalam sebuah potongan video, seorang anak menceritakan kengeriannya saat ia mesti menggotong mayat anak lain tanpa kepala.
ADVERTISEMENT
6. Tanpa Anggota Keluarga
Serangan bertubi-tubi itu membuat siapa pun bisa jadi korban. Tak sedikit anak-anak yang harus bertahan hidup tanpa keluarga karena jadi korban serangan Israel.
ADVERTISEMENT

Anak di Gaza Alami Trauma Serius

Konflik ini tak pelak membuat psikologis anak-anak di Gaza terganggu hingga trauma serius. Seorang psikiater di Gaza, Fadel Abu Heen, menyebut banyak orang tua yang melaporkan perubahan kebiasaan sang anak karena trauma yang muncul.
"Anak-anak mulai mengalami gejala trauma serius seperti kejang-kejang, ngompol, ketakutan, berperilaku agresif, gugup, dan enggan jauh dari orang tua mereka," kata Abu Heen.
Abu Heen menyebut, kurangnya tempat yang aman membuat masyarakat selalu ketakutan. Situasi ini membuat anak-anak menjadi salah satu yang paling terdampak secara fisik maupun psikologis.
"Mereka menangis sepanjang malam, mereka buang air kecil tanpa sengaja," kata seorang ibu di Gaza, Tahreer Tabash.