Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Ada beberapa jenis imunisasi yang bisa menimbulkan demam pada anak. Salah satunya adalah imunisasi DPT atau difteri, pertusis, tetanus. Namun, seiring berjalannya waktu jenis-jenis imunisasi terus berkembang.
ADVERTISEMENT
Salah satu perkembangan dari imunisasi tersebut adalah adanya vaksin yang bisa meminimalisir reaksi demam pada anak, Moms. Dengan begitu, Anda tidak perlu khawatir lagi anak akan demam setelah diimunisasi.
Lantas, dari kedua jenis imunisasi itu, manakah yang lebih baik untuk anak?
Dokter spesialis anak, dr. Kanya Fidzuno, Sp.A menjelaskan bahwa baik imunisasi yang bisa menyebabkan demam atau tidak, sama-sama baik dan aman diberikan untuk anak. Imunisasi dengan demam atau tidak sama-sama bisa melindungi anak dari berbagai penyakit yang berbahaya bahkan mematikan, Moms.
"Jadi kalau nanya lebih bagus otomatis ke proteksinya ya. Itu sama saja sebenarnya," ujar dr Kanya Fidzuno, Sp.A saat ditemui kumparanMOM beberapa waktu lalu pada acara perayaan hari cuci tangan sedunia yang diselenggarkan oleh Lifebuoy di SDN 1 Menteng, Jakarta Pusat.
Dokter Anak yang praktik di RS Hermina di Jatinegara ini menjelaskan bahwa demam setelah imunisasi adalah reaksi normal. Hal itu sangat umum terjadi, sehingga sebenarnya orang tua tidak perlu khawatir jika si kecil demam setelah diimunisasi. Demam setelah imunisasi menandakan vaksin sedang beradaptasi di dalam tubuh anak, Moms.
ADVERTISEMENT
"Demam itu menandakan bahwa tubuh sedang mengenali bakteri lalu membentuk kekebalan tubuh terhadap bakteri atau virus yang sudah dilemahkan atau bagian dari bakteri saat diimunisasi," kata dr. Kanya.
Meski begitu, bukan berarti vaksin yang tidak menimbulkan demam setelahnya tidak bekerja dengan baik pada tubuh anak. Demam memang reaksi yang normal pada tubuh setelah anak diimunisasi. Tapi demam atau tidak bukan menjadi tolok ukur apakah vaksin tersebut bekerja dengan baik atau tidak di dalam tubuh anak.
"Tidak demam bukan berarti tidak efektif vaksinasi atau imunisasinya jadi enggak. Tingkat kekebalan sebanding dengan tingginya demam enggak. Itu enggak banget," katanya.
Ya Moms, pilihan menggunakan vaksin dengan atau tanpa demam sepenuhnya ada di tangan orang tua. Kedua jenis vaksin itu sama-sama baik untuk anak. Yang terpenting anak mendapat imunisasi sesuai usianya.
ADVERTISEMENT
"Jadi mau pakai demam atau tidak, lokal pemerintah atau impor apa saja boleh. Daya proteksi dan perlindungannya sama, mau pake mana aja sama yang penting imunisasi", jelas dr. Kanya.
Sebagai pertimbangan, Anda juga perlu tahu, vaksin tanpa demam harganya relatif jauh lebih tinggi dibanding vaksin dengan demam. Menurut Prof Dr dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi, dokter spesialis anak yang juga Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, vaksin tanpa demam lebih mahal karena proses pembuatannya lebih rumit. Misalnya pada vaksin DPT terdapat dua pilihan jenis vaksin yang bisa Anda pilih, yaitu:
"Vaksin DTP berisi sel bakteri Pertusis utuh yang berisi ribuan antigen, termasuk antigen yang tidak diperlukan, sehingga sering menimbulkan reaksi panas tinggi. Sedangkan vaksin DTaP berisi bagian bakteri pertusis yang tidak utuh dan hanya mengandung sedikit antigen yang dibutuhkan saja, sehingga jarang menimbulkan reaksi tersebut. Karena proses pembuatan DTaP lebih rumit, maka harganya jauh lebih mahal," tulis Prof Dr dr Soedjatmiko, SpA(K) pada laman IDAI.
ADVERTISEMENT
Selain demam, pada laman IDAI juga dijelaskan bahwa mungkin saja timbul reaksi bengkak dan kemerahan pada tubuh anak setelah imunisasi . Jika sudah begitu, Anda jangan heran atau khawatir. Ini juga merupakan reaksi yang sangat normal.
Umumnya baik demam, bengkak atau kemerahan akan hilang dengan sendiri dalam 3-4 hari, Moms. Hanya saja mungkin si kecil akan lebih rewel dari biasanya.
Sebagai solusi untuk menenangkannya, Anda bisa memberikan obat penurun panas tiap 4 jam, dikompres menggunakan air hangat, menggunakan pakaian tipis, jangan diselimuti, dan mencukupi kebutuhan cairannya. Namun, bila tidak ada perbaikan, atau bertambah berat segera ke dokter.