Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Makan Makanan Manis Selalu Picu Anak Hiperaktif? Ini Faktanya!
3 November 2023 19:19 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Salah satu yang sering diingatkan adalah makan makanan manis di malam hari bisa memicu perilaku hiperaktif. Anak justru jadi terlihat berenergi, berlari kesana-kemari, dan akhirnya tidur pun jadi tertunda.
Para ahli melakukan penelitian dari begitu banyaknya bukti yang menunjukkan hubungan antara makanan manis dan perilaku anak. Kenyataannya, memang bisa mengubah perilaku anak selama beberapa waktu. Tetapi, penyebab anak berperilaku hiperaktif bukan karena ada sesuatu dalam makanan manis mereka. Lantas, apa yang menyebabkan perilaku tersebut?
Benarkah Makanan Manis Memicu Anak Berperilaku Hiperaktif? Ini Penjelasan Studinya
Seorang ahli epidemiologi University of Wollongong di Australia, Gideon Meyerowitz-Katz, mengungkapkan ilmu pengetahuan yang sudah ada menunjukkan dengan cukup meyakinkan bahwa kandungan gula tidak membuat anak-anak menjadi hiperaktif. "Itu mitos perkotaan saja," ungkap Meyerowitz-Katz.
ADVERTISEMENT
Ide tersebut diyakini masuk akal, karena sebenarnya manusia membakar gula di dalam tubuh untuk menghasilkan energi. Perlu dipahami, tubuh dengan cepat dapat mengubah gula di dalam makanan menjadi gula sederhana (atau disebut juga karbohidrat), yang dibawa melalui aliran darah dan dikirim ke setiap sel. Inilah yang memberi kita energi dalam beraktivitas sehari-hari.
Gula sederhana ini adalah tipe gula yang sangat cepat dicerna. Saat gula sederhana masuk ke dalam aliran darah, maka gula inilah akan meningkatkan kadar gula darah secara signifikan dengan cepat. Gula sederhana boleh-boleh saja untuk dikonsumsi, namun tidak boleh dijadikan sebagai sumber karbohidrat utama.
Pada tubuh orang yang sehat, kemampuan metabolisme gula di dalam tubuhnya bisa diproses dengan baik. Namun, dampaknya akan berbeda pada orang dengan riwayat diabetes.
ADVERTISEMENT
Sumber gula atau karbohidrat sederhana ini banyak ditemukan pada buah-buahan dan sayuran, yang menyediakan sumber vitamin dan mineral secara alami. Sedangkan gula sederhana yang harus dibatasi adalah permen, minuman manis, es krim, soda, hingga kue-kue.
Nah Moms, anak-anak yang mengonsumsi banyak gula sederhana memang bisa memberi lonjakan energi yang besar secara cepat. Namun, lonjakan energi ini cenderung akan turun juga ke batas normalnya dalam waktu yang relatif singkat juga. Sehingga, disimpulkan bahwa hal ini tidak mengakibatkan perilaku hiperaktif pada anak-anak.
Sebenarnya, penelitian tentang makanan manis tidak memicu perilaku hiperaktif pada anak sudah dilakukan pada tahun 1990-an. Misalnya, penelitian pada tahun 1994 meneliti sejumlah anak-anak yang diberi gula atau pemanis buatan. Lalu, ibu dari anak-anak tersebut diminta untuk menilai tingkat keaktifan atau hiperaktif anak-anaknya. Dan kebanyakan dari mereka pun menilai anak mereka hiperaktif.
Tetapi, sebenarnya yang ditemukan para peneliti adalah bukan gula yang menyebabkan anak-anak jadi hiperaktif. Melainkan, itulah ekspektasi dan anggapan dari ibu itu sendiri, yang disebut juga self-fulfilling prophecy.
ADVERTISEMENT
Para ibu itu beranggapan bahwa gula yang membuat anak-anak mereka jadi hiperaktif, hanya karena mereka menafsirkan perilaku anaknya terlalu energik.
Beberapa penelitian justru menunjukkan hal yang sebaliknya, yakni konsumsi gula secukupnya dapat membantu seseorang menjadi lebih fokus, kurang agresif, dan perilakunya lebih terkendali.
"Banyak orang berpikir bahwa gula membuat anak-anak menjadi hiperaktif. Jadi, ketika melihat anak-anak terlalu bersemangat, mereka berasumsi bahwa anak mengonsumsi gula dalam jumlah banyak. Ini adalah 'lingkaran setan dari informasi bias' yang tidak berlaku dalam penelitian ilmiah," ungkap Meyerowitz-Katz.
Meyerowitz-Katz pun lebih menyarankan orang tua dapat mengurangi konsumsi garam pada anak-anak. Namun, pemberian gula juga disarankan tetap dibatasi, agar tidak memicu anak mengalami obesitas dan penyakit lainnya. Nah, gimana menurut Anda, Moms?
ADVERTISEMENT