Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Memasuki trimester ketiga, ibu hamil biasanya tengah membayangkan akan melahirkan dengan persalinan normal atau operasi caesar . Ya Moms, kedua metode persalinan itu tampaknya bisa menjadi kekhawatiran sendiri bagi banyak ibu hamil. Mereka dilema apakah akan bisa melahirkan sesuai dengan fitrah biologisnya atau harus dengan bantuan pembedahan yang dilakukan oleh tim medis.
ADVERTISEMENT
Mengutip laman Live Science, jika tak ada indikasi medis dan dokter menyatakan ibu hamil aman melahirkan normal, maka Anda bisa melakukannya. Namun, jika setelah diperiksa, dokter menyatakan Anda mengalami beberapa kondisi medis yang tidak memungkinkan untuk melahirkan normal, maka operasi caesar adalah jalan terbaik.
Misalnya saja, ibu hamil mengalami kondisi tekanan darah tinggi, preeklamsia, plasenta previa, atau kondisi gawat janin, yaitu sebuah kondisi di mana janin tidak memenuhi tuntutan persalinan.
Yang perlu dipahami adalah metode persalinan apa pun yang dipilih memang punya risikonya masing-masing. Namun, Anda tak perlu cemas bila ada tim ahli yang membantu persalinan Anda.
Lantas, bagaimana dengan operasi caesar? Apa saja risiko yang perlu dipahami?
ADVERTISEMENT
Melahirkan dengan Operasi Caesar, Apa Saja Risikonya?
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal, Dr. dr. Rima Irwinda, SPOG(K) dalam acara Webinar Danone dengan tema Rencanakan Persalinan Secara Matang dengan Tes Potensi Caesar, menjelaskan bahwa setiap metode persalinan memang punya risikonya masing-masing, termasuk operasi caesar.
“Ibu juga perlu memiliki pemahaman tentang keuntungan dan risiko dari metode persalinan yang dipilih karena bisa berisiko pada janin juga. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan persalinan secara matang adalah dengan melakukan tes potensi caesar,” kata dr. Rima.
Sementara itu, menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, dr. Molly D. Oktarina, SpA(K), metode persalinan caesar juga meningkatkan risiko adanya gangguan keseimbangan kolonisasi mikrobiota di saluran pencernaan, sehingga membuat bayi memiliki daya tahan tubuh yang kuran baik.
ADVERTISEMENT
“Salah satu risiko metode persalinan caesar adalah menyebabkan gangguan keseimbangan kolonisasi mikrobiota di saluran pencernaan bayi. Padahal, kolonisasi mikrobiota saluran cerna yang didominasi oleh mikrobiota sehat merupakan aspek penting dalam menjaga daya tahan tubuh bayi,” jelas dr. Molly.
Daya tahan tubuh yang kuat sangat penting bayi bayi agar terhindar dari ancaman berbagai virus dan penyakit. Oleh karena itu, orang tua perlu berusaha lebih ekstra untuk mengoptimalkan sistem daya tahan tubuh bayi yang lahir melalui operasi caesar dengan mengembalikan keseimbangan kolonisasi mikrobiota pada saluran pencernaannya.
“Salah satu yang bisa ibu lakukan adalah dengan memberikan ASI pada bayinya. Apalagi, ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan yang mengandung nutrisi lengkap seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan berbagai kandungan lain yang bisa mengembalikan kesehatan bayi,” lanjut dokter yang praktik di RS Metropolitan Medical Center (MMC) Jakarta ini.
ADVERTISEMENT
Menurut dr. Molly, ASI juga mengandung prebiotik dan probiotik yang berperan penting dalam mengembalikan keseimbangan mikrobiota pada saluran pencernaan bayi. Oleh karena itu, dr. Molly sangat menyarankan agar ibu menyusui selalu mengonsumsi makanan dengan gizi lengkap dan seimbang untuk mendukung kesehatan bayi.
Nah Moms, yang jelas, bila Anda memang harus melakukan operasi caesar karena kondisi medis, tak perlu bersedih atau kecewa, ya. Tenang saja, selama Anda dibantu oleh tenaga medis terpercaya dan tentunya operasi caesar dilakukan demi keselamatan ibu dan bayi.
Penulis: Hutri Dirga Harmonis