Melahirkan Pervaginam, Apakah Vagina Harus Digunting?

15 Februari 2025 15:27 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi persalinan. Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi persalinan. Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Ibu hamil yang berencana melahirkan secara pervaginam mungkin akan menghadapi ketakutan, salah satunya ngeri vagina (perineum) akan digunting atau yang disebut juga prosedur episiotomi. Namun, apakah benar vagina kita akan digunting?
ADVERTISEMENT
Sebelum itu, Anda harus mengetahui dulu, kondisi apa saja yang membuat vagina harus digunting saat pervaginam.
Menurut Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, biasanya dokter memiliki berbagai pertimbangan dalam memutukan apakah perlu dilakukan episiotomi atau tidak.
"Indikasi pertama, bayi harus dilahirkan segera, karena contohnya gawat janin. Yang kedua, apabila persalinan berbantu seperti persalinan ekstraksi vakum [alat yang digunkan untuk membantu mengeluarkan bayi]," jelas dr. Dinda kepada kumparanMOM.
Selain itu, indikasi ketiga adalah ketika bayi yang akan dilahirkan berukuran besar, sehingga episiotomi harus dilakukan. Menurut dr. Dinda, episiotomi pada kondisi bayi yang besar dapat menurunkan risiko cedera pada area perineum, Moms.
"Teknik ini pasti akan lebih menguntungkan dibandingkan tidak melakukan episiotomi sama sekali," ucap dokter yang praktik di Brawijaya Hospital Antasari itu.
Ilustrasi persalinan. Foto: Shutter stock
Namun, perlu diingat, tidak semua ibu yang hendak melahirkan pervaginam harus menjalani prosedur tersebut.
ADVERTISEMENT

Risiko Tindakan Episiotomi pada Ibu Melahirkan Pervaginam

Meski begitu, bukan berarti tindakan ini juga tidak memiliki risiko. Salah satu risiko yang bisa dialami ibu adalah cedera pada otot sfingter ani, yang selama ini berfungsi dalam mengontrol proses buang air besar.
"Kemudian ada risiko melebarnya robekan perineum yang luas sampai ke anus, yang menyebabkan di masa yang akan datang, ibunya sulit untuk menahan buang air besar atau bahkan terjadi fistula (terbentuknya saluran abnormal antara saluran anus dan kulit di sekitar anus)," tutur dr. Dinda.
dr. Dinda pun menyarankan ibu hamil menjelang persalinan bisa berkonsultasi kepada dokter kandungannya, apakah memang dibutuhkan prosedur episiotomi atau tidak, saat mau melahirkan secara pervaginam. Serta, mempertimbangkan untung dan rugi bila ibu menjalani prosedur ini.
ADVERTISEMENT
"Tapi, sama-sama kita perlu ketahui, tidak ada tindakan medis yang tidak memiliki risiko. Dan salah satu risiko dari episiotomi yaitu rasa nyeri yang dapat dirasakan oleh ibu, sampai 6 bulan pascapersalinan," tutup dia.